7 Langkah Penting dalam Paket Stimulus Ekonomi Terbesar China Pasca-Pandemi
China meluncurkan langkah-langkah signifikan, termasuk pemotongan suku bunga dan penurunan RRR, untuk memulihkan ekonominya. Simak analisis detail mengenai efektivitas langkah ini.
Kiki • Oct 2, 2024
China kembali mengambil langkah berani untuk mendongkrak perekonomiannya yang tengah lesu. Pada konferensi pers yang digelar di Beijing baru-baru ini, Gubernur Bank Rakyat China (PBOC) Pan Gongsheng, Menteri Administrasi Regulasi Keuangan Nasional Li Yunze, dan Ketua Komisi Regulasi Sekuritas China Wu Qing mengumumkan paket stimulus ekonomi yang disebut sebagai langkah paling signifikan sejak pandemi.
Paket ini melibatkan kombinasi kebijakan seperti pemotongan suku bunga, penurunan rasio persyaratan cadangan (RRR), dan kebijakan moneter struktural lainnya. Para analis menilai langkah ini cukup "berani" dan merupakan usaha nyata untuk memicu pertumbuhan ekonomi China yang kini belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan kuat.
Namun, mereka juga menegaskan bahwa masih dibutuhkan dukungan fiskal yang lebih besar untuk memastikan keberhasilan program ini.
Berikut adalah tujuh langkah kunci yang diambil China untuk memacu kembali pertumbuhan ekonominya:
1. Pemotongan Suku Bunga Jangka Pendek
Langkah pertama dan dianggap paling penting adalah penurunan suku bunga untuk reverse repo tujuh hari dari 1,7 persen menjadi 1,5 persen. Kebijakan ini dianggap sebagai langkah kunci dalam mempengaruhi tingkat suku bunga lainnya di dalam sistem perbankan.
Menurut Lynn Song, Kepala Ekonom ING untuk Greater China, pemotongan 20 basis poin ini lebih besar dari yang diharapkan pasar, yang sebelumnya memprediksi pemotongan bertahap sebesar 10 basis poin.
Dengan langkah ini, PBOC berharap dapat menurunkan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah satu tahun sebesar 0,3 persen dan tingkat suku bunga pinjaman utama sebesar 0,2 hingga 0,25 persen.
Selain itu, pemotongan ini dapat memperkuat likuiditas dalam sistem keuangan, mengingat reverse repo adalah instrumen yang digunakan bank sentral untuk mengatur pasokan uang.
2. Penurunan Suku Bunga Hipotek: Daya Beli Konsumen Masih Diragukan
PBOC juga mengumumkan pengurangan rata-rata setengah persen untuk tingkat suku bunga hipotek yang ada. Namun, para ekonom skeptis akan dampak kebijakan ini terhadap konsumsi masyarakat. Julian Evans-Pritchard, Kepala Ekonomi China di Capital Economics, menilai bahwa pemotongan suku bunga hipotek tidak cukup untuk meningkatkan daya beli masyarakat, terutama dengan adanya rencana penurunan tingkat suku bunga deposito.
Dengan demikian, langkah ini diprediksi hanya memberikan sedikit dorongan terhadap konsumsi. Meskipun demikian, langkah ini bisa memberi sedikit ruang napas bagi pemilik rumah dan mungkin menunda penurunan lebih lanjut di pasar properti.
3. Pemotongan RRR untuk Meringankan Beban Bank
PBOC juga memangkas reserve requirement ratio (RRR) bagi bank komersial sebesar setengah persen. Kebijakan ini akan mengurangi tekanan pada profitabilitas bank karena mengurangi porsi aset mereka yang harus disimpan di bank sentral dengan imbal hasil rendah.
Meski begitu, pemotongan RRR ini diperkirakan tidak langsung meningkatkan aktivitas pinjaman, terutama karena masalah saat ini lebih terkait dengan kurangnya permintaan pinjaman berkualitas tinggi dibandingkan dengan keterbatasan likuiditas.
Kebijakan ini lebih ditujukan untuk meningkatkan sentimen pasar dan diharapkan bekerja lebih efektif jika dikombinasikan dengan pemotongan suku bunga.
Langkah ini akan memberikan likuiditas sekitar 1 triliun yuan (US$141 miliar) ke dalam pasar, yang diharapkan dapat memberikan dorongan bagi sektor perbankan.
4. Penurunan Rasio Uang Muka untuk Pembelian Rumah Kedua
Untuk sektor properti, PBOC juga menurunkan rasio uang muka untuk pembelian rumah kedua dari 25 persen menjadi 15 persen. Meskipun ini merupakan langkah signifikan untuk memacu penjualan properti, para analis meragukan efektivitasnya.
Mengingat sentimen pasar yang masih lesu dan tren harga properti yang menurun, masyarakat cenderung enggan untuk mengambil pinjaman lebih besar guna membeli properti kedua.
5. Program Relending untuk Mengatasi Keraguan Bank
Dalam upaya mengatasi masalah di sektor perumahan, PBOC juga kembali menegaskan dukungannya terhadap program relending sebesar 300 miliar yuan (US$42,5 miliar) untuk mendorong pemerintah daerah membeli properti yang belum terjual dan mengubahnya menjadi perumahan bersubsidi.
Langkah ini diharapkan dapat mengurangi keengganan bank dalam menyediakan pinjaman yang terkait dengan sektor properti.
Dengan menyalurkan pinjaman ini, PBOC berharap dapat mempercepat akuisisi properti dan mengurangi kelebihan pasokan rumah di pasar. Keberhasilan kebijakan ini akan sangat bergantung pada bagaimana pemerintah daerah dan perusahaan milik negara bertindak dalam beberapa bulan mendatang.
6. Fasilitas Kebijakan Moneter Struktural 500 Miliar Yuan
Untuk mendukung pasar modal, PBOC mendirikan fasilitas kebijakan moneter struktural senilai 500 miliar yuan (US$70,9 miliar). Dana ini akan memungkinkan lembaga seperti perusahaan sekuritas, manajer dana, dan perusahaan asuransi untuk mendapatkan likuiditas saat membeli saham dengan menggunakan jalur pertukaran aset berkualitas tinggi.
7. Fasilitas Relending Baru untuk Dukungan Pembelian Saham
Selain itu, PBOC juga memperkenalkan fasilitas relending baru senilai 300 miliar yuan dengan tingkat bunga 1,75 persen. Dana ini ditujukan untuk membimbing bank dalam mendukung pembelian kembali saham dan pembelian saham oleh perusahaan terdaftar.
Apakah Ini Cukup untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi?
Meskipun langkah-langkah ini dianggap "berani", para analis masih meragukan apakah kebijakan ini cukup untuk mendorong pemulihan ekonomi yang solid. China membutuhkan lebih dari sekadar pemotongan suku bunga dan likuiditas tambahan.
Masalah fundamental seperti kurangnya permintaan dan sentimen konsumen yang lesu perlu ditangani melalui kebijakan fiskal yang lebih kuat.
Namun, langkah-langkah ini menunjukkan keseriusan China dalam mengatasi perlambatan ekonominya dan upaya untuk memulihkan kembali kepercayaan pasar. Apakah stimulus ini akan membawa dampak positif jangka panjang?
Waktu yang akan menjawab, tetapi setidaknya China telah mengambil langkah nyata untuk mencoba memutarbalikkan tren perlambatan ekonomi yang selama ini menjadi sorotan global.