Aksi Mogok Buruh Pelabuhan AS Ancam Rantai Pasokan dan Picu Inflasi Global

Mogok buruh di 36 pelabuhan Pantai Timur dan Teluk AS menghentikan distribusi barang, mengancam rantai pasokan global. Bagaimana dampaknya terhadap industri pangan, kimia, dan ekonomi? Simak analisis lengkapnya di sini.

article author image

KikiOct 3, 2024

article cover image

Untuk pertama kalinya dalam hampir lima dekade, buruh pelabuhan di 36 pelabuhan utama di sepanjang Pantai Timur dan Teluk AS melakukan aksi mogok. Aksi ini menghentikan aktivitas bongkar muat di berbagai pelabuhan, memicu kekhawatiran terhadap potensi kekacauan rantai pasokan global dan inflasi jika situasi ini terus berlarut-larut.

Mogok yang terjadi pada 30 September ini disebabkan oleh ketidakpuasan terkait upah dan penggunaan otomatisasi di pelabuhan.

Dalam aksinya, sekitar 45.000 anggota Asosiasi Longshoremen Internasional (ILA) menuntut kenaikan upah sebesar 77% selama masa kontrak baru yang berlaku selama enam tahun. Presiden ILA, Harold Daggett, menyatakan bahwa kenaikan ini diperlukan untuk mengimbangi inflasi dan stagnasi upah yang terjadi selama beberapa tahun terakhir.

Negosiasi dengan operator pelabuhan, termasuk perusahaan pengiriman kontainer Maersk dan APM Terminals North America, dilaporkan sedang berlangsung, meski hasil kesepakatannya masih belum jelas.

Dampak Luas Terhadap Berbagai Sektor

Aksi mogok ini mengancam akan menghentikan aliran berbagai jenis barang, mulai dari makanan hingga bahan kimia, di pelabuhan yang tersebar dari Maine hingga Texas. Berbagai analis memperingatkan bahwa gangguan ini dapat merugikan ekonomi hingga miliaran dolar per hari, mengancam lapangan kerja, dan berpotensi memicu inflasi.

Di antara pelabuhan yang terdampak, terdapat beberapa pelabuhan terbesar di AS yang melayani berbagai sektor industri. Pelabuhan Baltimore dan Brunswick, misalnya, merupakan pusat utama untuk pengiriman otomotif, sementara pelabuhan Philadelphia mengutamakan distribusi buah dan sayuran.

Pelabuhan New Orleans memiliki peran penting dalam distribusi kopi, bahan kimia, dan produk kayu seperti plywood, sebagian besar berasal dari Amerika Selatan dan Asia Tenggara.

Selain itu, pelabuhan lain seperti Boston, New York/New Jersey, Norfolk, Charleston, Savannah, Tampa, Mobile, dan Houston juga terkena dampaknya. Hal ini terjadi tidak lama setelah Badai Helene menerjang Carolina, Georgia, dan Florida, memperburuk situasi logistik di kawasan tersebut.

Industri Pangan dan Minuman: Belajar dari Pengalaman Pandemi

Industri pangan dan minuman kemungkinan akan mengalami dampak yang signifikan. Situasi ini mengingatkan pada krisis logistik yang terjadi pada tahun 2020 ketika pandemi COVID-19 melanda dunia.

Saat itu, banyak perusahaan di sektor ini mengalami penurunan kapasitas akibat gangguan pengiriman dan kelangkaan kontainer.

Mengulang skenario seperti itu bisa berdampak serius, terutama bagi para retailer yang belum pulih sepenuhnya dari gangguan rantai pasokan sebelumnya. Jika aksi mogok ini berlangsung lebih lama, banyak produk makanan dan minuman yang bergantung pada impor melalui pelabuhan-pelabuhan ini akan menghadapi penundaan, menyebabkan potensi kelangkaan dan kenaikan harga di pasaran.

Dampak Signifikan bagi Industri Kimia

Industri kimia juga menjadi salah satu sektor yang paling terpukul oleh aksi mogok ini. Chris Jahn, Presiden dan CEO Dewan Kimia Amerika (ACC), menyatakan bahwa pelabuhan-pelabuhan yang terkena dampak mogok ini menangani sekitar 90% dari pengiriman bahan kimia melalui laut ke dan dari AS.

Pada tahun 2022, sekitar 138 juta ton bahan kimia melalui pelabuhan di Pantai Teluk dan 31 juta ton melalui pelabuhan di Pantai Timur, dengan total nilai perdagangan mencapai lebih dari $100 miliar.

Jahn mengungkapkan bahwa bahan kimia memainkan peran penting di hampir semua sektor ekonomi, termasuk perawatan kesehatan, energi, pertanian, otomotif, dan elektronik. "Menutup pelabuhan-pelabuhan di sepanjang Pantai Timur dan Teluk akan menyebabkan gangguan besar dalam impor dan ekspor bahan kimia, yang pada akhirnya akan merugikan ekonomi global," ujar Jahn.

Ia juga mendesak pemerintah AS untuk segera turun tangan dalam negosiasi guna mencegah dampak yang lebih luas pada rantai pasokan Amerika dan perdagangan internasional.

Ancaman Terhadap Pertumbuhan Masa Depan

Selain dampak langsung, aksi mogok ini juga memiliki implikasi jangka panjang terhadap pertumbuhan industri kimia di AS. Saat ini, bisnis kimia adalah salah satu sektor pengiriman terbesar di AS, dengan total volume mencapai satu miliar ton pada tahun 2023.

Menurut ACC, investasi modal baru di industri ini diharapkan mendorong produksi bahan kimia dan polimer di AS tumbuh lebih dari 25 juta metrik ton pada tahun 2032, yang akan menghasilkan lebih dari 337 ribu tambahan pengiriman kontainer laut.

Namun, jika gangguan ini berlanjut, potensi pertumbuhan tersebut bisa terancam. Pelabuhan seperti Houston, Pelabuhan Greater Baton Rouge, New Orleans, dan New York/New Jersey, yang menjadi pusat utama lalu lintas bahan kimia, mungkin akan menghadapi hambatan besar dalam mengelola peningkatan volume perdagangan ini.

Krisis Rantai Pasokan: Risiko Ekonomi dan Inflasi

Aksi mogok ini menyoroti ketergantungan ekonomi AS pada rantai pasokan global dan pentingnya pelabuhan dalam menjaga aliran perdagangan. Jika mogok ini terus berlanjut, efek domino akan sangat terasa di berbagai sektor industri.

Produk yang bergantung pada bahan kimia seperti obat-obatan, produk rumah tangga, komponen elektronik, dan bahkan produk pertanian, kemungkinan akan mengalami keterlambatan produksi dan distribusi, yang berpotensi menaikkan harga barang dan memperparah inflasi.

Krisis ini mengingatkan kembali betapa rapuhnya rantai pasokan global saat berhadapan dengan gangguan, baik yang disebabkan oleh bencana alam, pandemi, maupun konflik tenaga kerja.

Dengan terhentinya aktivitas di pelabuhan, langkah-langkah mitigasi harus segera diambil untuk meminimalkan kerugian ekonomi dan menghindari kekacauan lebih lanjut.

Upaya Negosiasi dan Harapan Penyelesaian

Saat ini, negosiasi antara pihak operator pelabuhan dan serikat pekerja masih berlangsung. Presiden ILA, Harold Daggett, mengkritik kurangnya tawaran kenaikan upah yang memadai dari para operator pelabuhan dan ketidaksetujuan mereka terhadap tuntutan penghentian proyek otomatisasi pelabuhan yang dianggap mengancam lapangan pekerjaan.

Aksi mogok ini menambah tekanan pada pemerintah untuk turun tangan dan mencari solusi yang adil bagi kedua belah pihak. Jika kesepakatan tidak tercapai dalam waktu dekat, para pelaku industri dan pemerintah harus bersiap menghadapi guncangan besar pada rantai pasokan dan ekonomi global.

Sementara itu, pelaku industri dan pemerintah berharap akan adanya titik temu dalam perundingan, agar aktivitas di pelabuhan dapat segera kembali normal. Jika tidak, ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan kenaikan harga barang bisa menjadi kenyataan yang sulit dihindari.

Nanovest News v3.18.0