Axiym dan Avalanche Buka Jalan Baru untuk Remitansi Global Berbasis Blockchain

Dengan volume $132 juta dan target pasar Asia hingga Afrika, Axiym membawa blockchain ke jantung layanan pembayaran global. Akankah stablecoin menjadi standar baru di industri keuangan?

article author image

KikiApr 28, 2025

article cover image

Di tengah ketidakpastian global seputar efisiensi dan biaya transaksi lintas negara, satu nama baru mencuat dengan pendekatan inovatif: Axiym, platform pembayaran berbasis blockchain yang kini resmi mengandalkan jaringan Avalanche.

Dengan markas di Dubai, Uni Emirat Arab, Axiym mengumumkan telah memproses lebih dari $132 juta volume transaksi kumulatif melalui Avalanche, memanfaatkan keunggulan kecepatan dan biaya rendah dari teknologi blockchain ini untuk melayani pasar jasa keuangan yang semakin berkembang.

Namun, Axiym tidak serta merta memindahkan seluruh operasional kliennya ke blockchain. Sebaliknya, mereka dengan cerdas mengintegrasikan teknologi Avalanche ke belakang layar, memastikan klien seperti perusahaan pengiriman uang, platform fintech, hingga penyedia penukaran mata uang tetap menggunakan sistem pembayaran tradisional mereka dengan performa baru yang jauh lebih cepat dan murah.

“Kami membangun aplikasi yang memberikan kredit ke MSB global menggunakan stablecoin untuk mempercepat pembayaran lintas negara," ujar Morgan Krupetsky, Kepala Institusi dan Pasar Modal di Ava Labs.

Stablecoin Peluru Rahasia dalam Revolusi Pembayaran

Yang menjadi tulang punggung inovasi Axiym adalah stablecoin, yakni aset kripto yang nilainya dipatok pada mata uang fiat seperti dolar AS. Transaksi stablecoin di blockchain Avalanche memungkinkan penyedia jasa keuangan menikmati likuiditas real-time sesuatu yang sebelumnya mahal dan lamban lewat sistem lama seperti SWIFT.

Langkah ini menjadi jawaban atas tantangan lama dalam pengiriman uang internasional: biaya tinggi, waktu tunggu panjang, serta kerumitan regulasi antar negara.

Menurut laporan Chainalysis 2024, remitan berbasis stablecoin di Afrika Sub-Sahara kini 60% lebih murah dibanding metode fiat tradisional statistik yang tidak bisa diabaikan oleh industri remitan global.

Tak heran, perusahaan besar seperti Ripple juga mempercepat ekspansi mereka ke sektor ini, bermitra dengan Chipper Cash untuk memperluas layanan remitansi berbasis kripto di Afrika. Bahkan, Tether turut mendukung startup pembayaran lintas negara seperti Mansa, menandai meningkatnya minat modal ventura di sektor ini.

Tantangan dan Masa Depan Pembayaran Berbasis Blockchain

Namun, perjalanan menuju adopsi massal tidak sepenuhnya mulus. Fragmentasi regulasi global masih menjadi batu sandungan besar. Setiap negara memiliki standar berbeda dalam mengatur stablecoin dan infrastruktur blockchain, memperlambat adopsi luas.

CEO Axiym, Khibar Rassul, menegaskan:

“Kami fokus menanamkan kemampuan blockchain langsung ke dalam operasi pembayaran yang ada, bukan menggantikannya. Ini cara paling realistis untuk mempercepat transisi tanpa memicu konflik regulasi.”

Dengan klien utama di pusat keuangan seperti UAE, Inggris, dan Singapura, serta target pasar remitansi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, Axiym membangun ekosistem di mana teknologi blockchain tidak lagi menjadi pesaing sistem keuangan lama, melainkan pendukung senyap yang mempercepat transformasi.

Akankah Stablecoin Menjadi Standar Baru?

Melihat perkembangan ini, sulit mengabaikan bahwa stablecoin berbasis blockchain semakin mengancam dominasi metode pembayaran konvensional. Jika platform seperti Axiym berhasil dalam pendekatan mereka, masa depan remitansi mungkin akan didominasi oleh transaksi berbasis stablecoin cepat, murah, dan hampir tanpa batas.

Bagi sektor jasa keuangan, inilah panggilan untuk beradaptasi atau tertinggal.

"Teknologi baru tidak menghancurkan industri lama. Yang menghancurkan adalah kegagalan industri lama untuk beradaptasi."

— Analogi klasik, kini berlaku untuk dunia pembayaran global.

Nanovest News v4.8.0