Coca-Cola vs. PepsiCo vs. Procter & Gamble: Saham Barang Konsumen Mana yang Terbaik?

Di tengah ketidakpastian ekonomi, Coca-Cola, PepsiCo, dan Procter & Gamble menjadi pilihan saham defensif. Temukan mengapa Coca-Cola dinilai sebagai pilihan terbaik saat ini berdasarkan ketahanan dan strategi produknya.

article author image

KikiSep 17, 2024

article cover image

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, saham barang konsumen seperti Coca-Cola (KO), PepsiCo (PEP), dan Procter & Gamble (PG) muncul sebagai pilihan defensif bagi para investor. Ketiga perusahaan raksasa ini dikenal karena sifatnya yang anti-siklus, yang memungkinkan mereka bertahan dan bahkan tumbuh di saat perekonomian sedang lesu.

Namun, di antara ketiganya, Coca-Cola saat ini tampak menjadi pilihan terbaik berdasarkan beberapa faktor kunci.

Coca-Cola (KO) Ketahanan di Tengah Badai Ekonomi

Coca-Cola kembali menunjukkan ketahanannya di masa-masa sulit. Meskipun ekonomi global sedang dilanda ketidakpastian dan suku bunga yang tinggi, saham Coca-Cola telah menunjukkan performa yang mengesankan sepanjang tahun, naik lebih dari 20%.

Kejutan terbesar datang dari laporan pendapatan kuartal kedua (Q2) perusahaan, di mana Coca-Cola melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 3%, bertentangan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan.

Keberhasilan ini sebagian besar disebabkan oleh kemampuan perusahaan untuk meningkatkan harga atau menjual produk dengan nilai lebih tinggi. Coca-Cola melaporkan pertumbuhan harga/mix sebesar 9%, yang mengindikasikan bahwa perusahaan berhasil menghadapi tekanan inflasi dan tren pengeluaran konsumen yang lemah.

Selain itu, Coca-Cola juga meningkatkan panduan tahunan untuk pertumbuhan penjualan organik menjadi 9% hingga 10%, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Meskipun valuasi Coca-Cola mendekati titik tertinggi sepanjang masa, dengan rasio P/E (Price to Earnings) forward sekitar 25x, yang 40% lebih tinggi dari rata-rata industri, valuasi ini tampaknya wajar mengingat prospek bullishnya.

Saham ini juga menawarkan keuntungan dividen sekitar 3%, dengan payout ratio sebesar 67,7%, menjadikannya pilihan solid untuk investasi jangka panjang.

PepsiCo (PEP): Berjuang di Tengah Pasar yang Berubah

Di sisi lain, PepsiCo mengalami tahun yang lebih bergejolak dibandingkan pesaing utamanya, Coca-Cola. Perusahaan ini menghadapi tantangan serius dalam kategori makanan ringan, terutama setelah laporan keuangan kuartal kedua yang menunjukkan penurunan volume sebesar 4% di segmen makanan ringan Amerika Utara.

Salah satu faktor yang memengaruhi kinerja ini adalah munculnya obat GLP-1 yang menekan nafsu makan dan mungkin berdampak pada penurunan pembelian camilan.

PepsiCo juga melaporkan peningkatan harga bersih efektif sebesar 5% di seluruh kategori produknya, yang menyebabkan penurunan volume organik sebesar 3%. Perusahaan telah menaikkan harga produknya selama lebih dari satu setengah tahun, dan kini konsumen mulai menahan diri.

Valuasi PepsiCo saat ini cukup menarik dengan rasio P/E forward sebesar 21,7x, yang 10,4% lebih rendah dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir.

Bagi investor yang mencari pendapatan, PepsiCo menawarkan yield dividen yang sedikit di bawah 3%, namun sekitar 7,5% lebih tinggi dari rata-rata lima tahun terakhirnya. Meskipun menghadapi tekanan, konsensus Wall Street masih memberikan peringkat Moderate Buy untuk PepsiCo, dengan target harga rata-rata $186,35 yang menunjukkan potensi kenaikan 4,50% dari harga saat ini.

Procter & Gamble (PG) Sang Pemimpin Barang Konsumen yang Tangguh

Berbeda dari dua raksasa minuman, Procter & Gamble (P&G) memasuki perbandingan ini sebagai pemimpin dalam sektor barang konsumen dengan portofolio produk rumah tangga dan perawatan pribadi. Meski menghadapi tantangan dari inflasi dan perubahan pola belanja konsumen, P&G tetap mempertahankan profil yang tangguh.

Tahun fiskal 2024, yang berakhir pada 30 Juni 2024, menandai tahun keenam berturut-turut di mana perusahaan mencatat pertumbuhan penjualan organik minimal 4%.

Meskipun P&G menunjukkan penurunan pendapatan minimal di kuartal keempat, dengan penurunan hanya 0,1% year-over-year, ini tidak mengurangi daya tarik saham ini sebagai pilihan defensif.

P&G memiliki valuasi yang cukup tinggi dengan rasio P/E forward sebesar 25,2x, yang 40% lebih tinggi dari rata-rata industri. Namun, valuasi ini bisa dianggap wajar mengingat profil risiko yang lebih rendah.

Dividen P&G berada di tingkat 2,3%, yang lebih rendah dibandingkan Coca-Cola dan PepsiCo. Namun, P&G tetap menjadi pilihan menarik bagi investor konservatif yang mencari stabilitas dalam portofolio mereka.

Analis memberikan konsensus Moderate Buy untuk saham ini, dengan target harga rata-rata $176,50 yang menunjukkan potensi kenaikan 0,43%.

Coca-Cola Memimpin di Tengah Ketidakpastian

Meski ketiga saham ini memiliki daya tarik tersendiri sebagai bagian dari portofolio yang seimbang, Coca-Cola tampaknya menjadi pilihan terbaik saat ini. Dengan ketahanan yang kuat terhadap kondisi ekonomi yang tidak pasti dan strategi produk yang terbukti efektif, Coca-Cola menunjukkan kemampuan untuk tetap bertahan dan berkembang di tengah berbagai tantangan.

Peningkatan panduan pendapatan dan laba menunjukkan bahwa perusahaan ini memiliki kontrol yang baik atas operasinya, sekaligus memberikan prospek yang solid bagi para investor.

Meskipun valuasinya lebih tinggi dibandingkan dengan industri sejenis, hal ini sebanding dengan kekuatan mereknya, diversifikasi portofolio, dan kemampuannya untuk mengatasi tekanan makroekonomi.

Di sisi lain, PepsiCo dan P&G juga memiliki keunggulan masing-masing, namun menghadapi tantangan yang lebih besar dan volatilitas yang lebih tinggi.

Dengan begitu, bagi investor yang mencari stabilitas dan potensi pertumbuhan dalam satu paket, Coca-Cola tampaknya layak untuk menjadi pilihan utama di antara trio saham barang konsumen ini.

Nanovest News v3.17.0