Delisting Token Privasi 2024 Capai Rekor Tertinggi, Monero di Bawah Tekanan

Token privasi alami gelombang delisting besar-besaran di 2024, dengan Monero dan Zcash terpukul akibat tekanan regulasi global. Apakah masa depan token privasi terancam?

article author image

KikiOct 22, 2024

article cover image

Di tahun 2024, token privasi menghadapi salah satu tantangan terbesarnya dalam dunia kripto, dengan hampir 60 token dihapus dari daftar bursa kripto terpusat (CEX). Menurut laporan terbaru dari Kaiko, ini menjadi angka tertinggi sejak 2021.

Tren ini mencerminkan peningkatan tekanan regulasi yang semakin menggencet eksistensi token-token yang dirancang untuk menjaga anonimitas pengguna, seperti Monero (XMR), Dash (DASH), hingga Zcash (ZEC).

Token Monero (XMR), salah satu token privasi paling populer, mengalami dampak paling signifikan dengan lonjakan delisting hingga enam kali lipat dibandingkan tahun lalu. Dash (DASH) menyusul sebagai token kedua yang paling sering dihapus dari bursa.

Munculnya gelombang delisting ini menjadi tanda bahwa token privasi kian tersudut di bawah tekanan regulasi yang ketat.

Gelombang Regulasi Menekan Token Privasi

Sejak beberapa tahun terakhir, regulator di seluruh dunia mulai mengarahkan perhatian serius pada token privasi. Pemerintah khawatir token semacam ini digunakan untuk aktivitas ilegal, seperti pencucian uang atau pendanaan teroris, karena sifat transaksinya yang sulit dilacak.

Jepang memimpin langkah pertama dengan melarang perdagangan token privasi pada 2018. Australia dan Korea Selatan mengikuti jejak Jepang dua tahun kemudian, sementara Uni Emirat Arab (UAE) dan Uni Eropa (UE) juga memperketat peraturan mereka melalui penerapan regulasi Markets in Crypto-Assets (MiCA).

Langkah-langkah regulasi ini mendorong banyak bursa besar untuk menghapus perdagangan token privasi dari platform mereka. Baru-baru ini, Kraken menghapus pasangan perdagangan Monero di Eropa, sementara Binance, bursa kripto terbesar di dunia, mengambil langkah lebih jauh dengan menghapus token tersebut secara total dari daftar platformnya.

OKX dan Huobi juga telah mengambil langkah serupa dengan menghapus token privasi sejak 2022.

Penting untuk dicatat bahwa tekanan regulasi tidak hanya berlaku di bursa besar. Banyak platform yang lebih kecil, seperti Poloniex dan Yobit, yang tidak diawasi ketat oleh regulator besar, kini melihat lonjakan dalam volume perdagangan token privasi.

Kedua bursa ini bahkan menyerap hampir 40% dari volume perdagangan token privasi terkemuka, naik tajam dari hanya 18% di tahun 2021.

Lonjakan Permintaan, Kurangnya Likuiditas

Menariknya, meski token privasi semakin dihapus dari bursa besar, permintaan terhadapnya justru mengalami peningkatan. Pada bursa kecil yang masih menawarkan perdagangan token ini, volume perdagangan terkadang melampaui likuiditas yang tersedia di order book. Fenomena ini menunjukkan bahwa ada komunitas kripto yang masih sangat bergantung pada token privasi, terutama untuk memastikan anonimitas dan keamanan transaksi mereka.

Sebagai contoh, Monero, yang sering dianggap sebagai “raja token privasi”, tetap menjadi pilihan populer di kalangan pengguna kripto yang menghargai privasi. Namun, dengan semakin sempitnya ruang perdagangan legal untuk token semacam ini, apakah masa depan token privasi benar-benar terancam?

Masa Depan Token Privasi di Tengah Tekanan Regulasi

Delisting besar-besaran ini tentu memunculkan pertanyaan besar: apa yang akan terjadi dengan token privasi di masa depan? Seiring dengan regulasi yang semakin ketat, keberlangsungan token privasi mungkin akan terus bergantung pada pasar terdesentralisasi dan platform yang berada di luar jangkauan otoritas regulasi utama.

Sementara itu, tantangan legal akan semakin kompleks, dan kemungkinan besar token privasi harus menghadapi kebijakan baru yang lebih ketat.

Selain itu, adopsi regulasi seperti MiCA di Uni Eropa menunjukkan bahwa ke depan, peraturan semacam ini bisa merambah ke wilayah lain. Pasar Amerika Serikat, yang hingga kini masih memiliki ruang yang cukup luas bagi token privasi, bisa jadi ikut terpengaruh, terutama jika regulator global terus bersinergi dalam mengendalikan penggunaan kripto.

Tahun 2024 bisa jadi merupakan titik balik bagi token privasi. Dengan jumlah delisting yang mencapai rekor tertinggi, komunitas kripto dihadapkan pada dilema besar. Di satu sisi, regulator melihat token ini sebagai ancaman terhadap transparansi finansial.

Di sisi lain, ada segmen pasar yang masih menganggap privasi sebagai hak fundamental, terutama di era digital yang semakin diawasi.

Bagi investor dan pengguna kripto, perkembangan ini memberikan tantangan tersendiri dalam menavigasi lanskap yang semakin kompleks. Mampukah token privasi bertahan dalam tekanan regulasi yang kian masif?

Atau ini menjadi awal dari akhirnya era kripto yang sepenuhnya anonim? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Namun yang jelas, para pemain di industri kripto perlu terus mengikuti perkembangan regulasi yang cepat berubah ini. Setiap perubahan bisa berdampak besar pada strategi investasi dan keamanan pengguna, terutama bagi mereka yang masih mengandalkan token privasi untuk melindungi jejak digital mereka.

Nanovest News v3.23.0