Fed Pertimbangkan Pemangkasan Suku Bunga Lebih Lanjut di 2025, Inflasi Jadi Kunci
Christopher Waller menyebut suku bunga Fed cukup tinggi untuk menekan inflasi tanpa resesi. Fokus pada data inflasi dan tenaga kerja akan menentukan langkah kebijakan di tahun depan.
Kiki • Jan 9, 2025
Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, menyatakan bahwa penurunan inflasi di tahun 2025 membuka peluang bagi bank sentral Amerika Serikat untuk memangkas suku bunga lebih lanjut. Namun, Waller menegaskan bahwa kecepatan pemangkasan tersebut akan sangat bergantung pada perkembangan inflasi dan stabilitas pasar tenaga kerja.
Inflasi Melambat, Tapi Masih Jauh dari Target
Dalam pidatonya di acara OECD di Paris, Waller menyebut bahwa meskipun inflasi masih berada di atas target 2%, data terkini menunjukkan tren penurunan. Indikator inflasi jangka pendek memberikan sinyal bahwa ekonomi AS masih berada di jalur yang tepat untuk menurunkan tekanan harga secara bertahap.
"Saya percaya bahwa inflasi akan terus menuju target 2% dalam jangka menengah, sehingga pemangkasan suku bunga lebih lanjut akan menjadi langkah yang tepat," ujar Waller.
Namun, Waller juga mengingatkan bahwa pelambatan inflasi baru-baru ini tergolong minim, memicu perdebatan internal di antara pembuat kebijakan Fed. Beberapa pihak mendesak penghentian sementara pemangkasan suku bunga untuk menganalisis dampaknya lebih lanjut.
Suku Bunga Tinggi Tapi Terkendali
Waller merasa bahwa suku bunga acuan Fed saat ini, yaitu di kisaran 4,25%–4,5%, cukup restriktif untuk menekan inflasi tanpa menyebabkan resesi. Pada akhir 2024, Fed telah memangkas suku bunga sebesar 1% selama tiga pertemuan terakhir, namun diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan berikutnya, 28–29 Januari.
Di antara pejabat Fed, terdapat berbagai pandangan tentang prospek suku bunga di 2025. Waller mencatat ada perbedaan besar, mulai dari tidak ada pemangkasan hingga rencana lima kali pemangkasan, yang berpotensi menurunkan suku bunga hingga 1,25% sepanjang tahun.
Ekonomi AS Tetap Solid, Pasar Tenaga Kerja Stabil
Meski inflasi melambat, kondisi ekonomi AS menunjukkan performa yang kuat. Waller menyebut pertumbuhan ekonomi tetap berada di atas estimasi jangka panjang, dengan tingkat perekrutan dan kenaikan upah yang terus mendukung belanja konsumen.
"Saya percaya ekonomi AS berada dalam posisi yang solid, dan tidak ada data yang menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja secara drastis dalam beberapa bulan ke depan," ungkap Waller.
Laporan pekerjaan terbaru untuk Desember, yang akan dirilis Jumat mendatang, diperkirakan menjadi indikator penting untuk menilai kesehatan ekonomi secara keseluruhan.
Ketidakpastian Kebijakan Trump dan Dampaknya pada Ekonomi
Waller juga menyentuh potensi dampak kebijakan dari pemerintahan baru Donald Trump yang akan mulai menjabat pada 2025. Salah satu kekhawatiran adalah kemungkinan tarif impor yang lebih tinggi, yang dapat memberikan tekanan inflasi baru.
Namun, Waller menilai bahwa dampak tarif ini tidak akan cukup besar untuk mengubah kebijakan moneter secara signifikan. Ia juga meragukan implementasi kebijakan imigrasi yang "drakonian" akan menjadi kenyataan.
"Saya tidak yakin kebijakan yang paling ekstrem akan dilaksanakan, tetapi prediksi ekonomi untuk tahun depan menjadi lebih sulit karena ketidakpastian ini," tambahnya.
Dengan inflasi yang perlahan menurun dan ekonomi tetap solid, Federal Reserve menghadapi dilema untuk menentukan kecepatan pemangkasan suku bunga di 2025. Sementara itu, pengaruh kebijakan pemerintahan baru Donald Trump menambah lapisan ketidakpastian terhadap prospek ekonomi AS.
Bagi pasar, keputusan Fed pada awal tahun ini akan menjadi penentu arah bagi suku bunga, inflasi, dan stabilitas ekonomi di tengah dinamika global yang terus berubah. Para investor kini menanti data ekonomi terbaru dan sinyal lebih jelas dari pembuat kebijakan.