Harga Minyak Anjlok, Terendah Sejak Pandemi Akibat Kekhawatiran Resesi

Harga minyak anjlok ke level terendah sejak pandemi akibat kekhawatiran resesi dan lonjakan pasokan global, memicu tekanan di pasar energi dan saham.

article author image

MuhammadApr 8, 2025

article cover image

Harga minyak menyentuh level terendah sejak masa pandemi pada hari Senin, di tengah kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global yang mengaburkan prospek permintaan energi, sementara pasokan dunia justru diperkirakan akan meningkat.

Harga minyak mentah terus melanjutkan tren penurunan sejak pekan lalu. Brent crude, sebagai acuan internasional, turun hingga 5% dari penutupan hari Jumat dan sempat menyentuh level $62 per barel. West Texas Intermediate (WTI) juga anjlok 5%, diperdagangkan serendah $59 per barel pertama kalinya WTI turun di bawah $60 sejak tahun 2021.

Saham Perusahaan Energi Tertekan

Saham-saham perusahaan minyak juga ikut terpukul seiring dengan penurunan pasar saham secara keseluruhan. Saham Exxon Mobil turun hampir 2% pada perdagangan sore hari, dan tercatat sudah merosot 13% sejak Trump mengumumkan tarif baru pekan lalu.

Saham Chevron juga melemah sekitar 2% hari itu, dengan total penurunan mencapai 15% sejak pengumuman "Liberation Day" oleh Trump. Sementara itu, saham Shell turun hampir 3% pada akhir sesi perdagangan hari Senin, dengan penurunan total sebesar 14% sejak Rabu lalu.

Kekhawatiran Resesi Tekan Harga Minyak

Tekanan pada harga minyak juga dipicu oleh kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Trump bisa memperlemah ekonomi dan meningkatkan risiko resesi tahun ini, yang pada akhirnya akan mengurangi permintaan terhadap komoditas energi.

Goldman Sachs menaikkan peluang terjadinya resesi menjadi 45% minggu ini, dengan menyebut tarif sebagai penyebab utama. JPMorgan juga memperkirakan peluang resesi naik menjadi 60% pekan lalu akibat ketegangan perdagangan yang semakin memanas.

Pasokan Bertambah, Tekanan Meningkat

Prediksi peningkatan pasokan turut memperburuk tekanan pada harga minyak. Harga minyak turun lebih dari 7% pada hari Kamis lalu setelah OPEC+ mengumumkan akan meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari mulai bulan depan.

"Sejak Presiden Trump mengumumkan tarif baru pada Rabu malam, harga minyak mentah terus terjun bebas," tulis David Morrison, analis pasar senior di Trade Nation, dalam catatannya hari Minggu. Ia juga menambahkan bahwa peningkatan produksi dari OPEC+ menjadi "pukulan ganda" bagi pasar minyak.

“Namun sekarang kemungkinan besar harga minyak akan menetap dalam kisaran yang terbatas, dengan potensi kenaikan yang minim. Para investor mulai mempersiapkan diri menghadapi perlambatan ekonomi, di mana permintaan menurun sementara pasokan melimpah. Di sisi lain, inilah yang sebenarnya diinginkan Presiden Trump: energi yang murah dan berlimpah untuk mendorong kebangkitan kembali sektor manufaktur dan industri di AS,” tambahnya.

Nanovest News v3.23.2