Harga Minyak Dunia Melonjak Tajam di Tengah Ketegangan Timur Tengah

Harga minyak dunia melonjak tajam akibat konflik Israel-Iran dan muncul kekhawatiran terhadap gangguan pasokan global meningkat

article author image

MOct 4, 2024

article cover image

Harga minyak dunia melonjak drastis pada Kamis (3/10), dipicu kekhawatiran bahwa konflik yang semakin meluas di Timur Tengah dapat mengganggu aliran minyak mentah global. Brent crude futures melonjak sebesar $3,72 atau 5,03%, mencapai $77,62 per barel.

Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) juga meroket $3,61 atau 5,15% ke level $73,71 per barel.

Lonjakan ini merupakan respons dari pasar terhadap meningkatnya potensi serangan Israel terhadap infrastruktur minyak Iran, yang memicu kekhawatiran aksi balasan dari Teheran.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden, saat ditanya mengenai kemungkinan dukungan terhadap Israel dalam menyerang fasilitas minyak Iran, menyatakan, “Kami sedang membahas hal itu," meski ia juga menegaskan tidak ada tindakan yang akan diambil "hari ini."

Screenshot 2024-10-04 153014.png

Ketegangan antara Iran dan Israel telah meningkat setelah Iran dilaporkan melakukan serangan rudal terhadap Israel. Konflik ini memperparah kecemasan bahwa Iran dapat memperluas cakupan perangnya, termasuk dengan menargetkan titik strategis penting seperti Selat Hormuz, yang dikenal sebagai jalur transportasi utama untuk sepertiga suplai minyak dunia.

Ancaman Terhadap Pasokan Minyak Global

Iran, salah satu anggota OPEC yang memproduksi sekitar 3,2 juta barel minyak per hari, berkontribusi 3% terhadap pasokan minyak global.

Dengan intensifikasi konflik, analis memperingatkan bahwa hal ini bisa menjadi "pengubah permainan" bagi pasar minyak global. Apalagi, serangan yang menargetkan infrastruktur minyak besar seperti kilang Arab Saudi atau jalur distribusi utama lainnya bisa mengakibatkan lonjakan harga yang lebih signifikan.

Ashley Kelty, analis dari Panmure Gordon, menekankan bahwa risiko besar yang dihadapi pasar adalah jika Iran memutuskan untuk memblokir Selat Hormuz, jalur yang mengangkut seperlima suplai minyak dunia setiap hari. Penutupan selat ini akan menyebabkan guncangan besar pada harga minyak, yang dapat melampaui prediksi sebelumnya.

Sementara itu, dalam laporan terbarunya, analis StoneX, Alex Hodes, memperkirakan bahwa harga minyak bisa bergerak ke kisaran $78 hingga $80 per barel pada kuartal keempat 2024 jika konflik terus meningkat. Perkiraan ini sedikit lebih tinggi dibandingkan proyeksi awal sekitar $75 per barel.

OPEC Siap Tutupi Kekurangan Pasokan

Meskipun ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat, beberapa analis tetap optimis bahwa pasar masih dapat bertahan dari gangguan pasokan yang signifikan.

Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dilaporkan memiliki kapasitas cadangan yang cukup untuk menutupi potensi kehilangan pasokan dari Iran, jika negara tersebut terpaksa menghentikan ekspor minyaknya.

Selain itu, cadangan minyak Amerika Serikat juga menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan persediaan minyak mentah naik sebesar 3,9 juta barel pada pekan yang berakhir pada 27 September.

Angka ini jauh melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 1,3 juta barel. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar minyak global saat ini masih cukup “well supplied,” menurut analis dari ANZ.

Namun, beberapa analis tetap memperingatkan bahwa eskalasi konflik dapat berdampak pada jalur distribusi minyak yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada Iran. Dengan situasi yang semakin tidak menentu, pasar minyak global kini berada di persimpangan yang kritis.

Upaya Diplomasi di Tengah Krisis

Seiring dengan meningkatnya ketegangan, beberapa negara di kawasan Teluk Arab dilaporkan sedang berupaya meredakan situasi. Menteri-menteri dari negara-negara Teluk Arab dan Iran bertemu di Qatar dalam upaya meredakan konflik antara Israel dan Iran. Menurut sumber Reuters, negara-negara Teluk Arab menegaskan posisi netral mereka, mengkhawatirkan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat mengancam fasilitas minyak mereka sendiri.

Sementara Israel terus melakukan serangan terhadap target-target Iran di Lebanon, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Iran akan membayar atas serangan rudal yang mereka luncurkan ke Israel.

Di sisi lain, Iran memperingatkan bahwa balasan mereka akan mengakibatkan “kehancuran besar-besaran,” memicu ketakutan akan perang yang lebih luas di kawasan.

Dalam konteks ini, potensi gangguan pasokan minyak dunia tampaknya akan tetap menjadi fokus utama para pelaku pasar minyak dalam beberapa pekan mendatang. Meski pasokan global saat ini masih aman, perubahan situasi dapat terjadi sewaktu-waktu seiring meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Apapun yang terjadi, konflik ini telah membawa kekhawatiran baru bagi pasar minyak yang telah lama diwarnai volatilitas.

Nanovest News v3.23.0