Harga Minyak Melonjak Tajam: Sanksi AS ke Rusia Jadi Pemicu Utama
Harga minyak melonjak dalam tiga bulan terakhir setelah Amerika Serikat memberlakukan sanksi baru terhadap industri minyak Rusia. Sanksi ini bertujuan untuk menekan ekspor minyak Rusia dan kekhawatiran akan pasokan minyak global.
Ajeng • Jan 13, 2025
Minyak menetap di level tertinggi tiga bulan karena AS meningkatkan sanksi terhadap Rusia, menambah serangkaian perkembangan bullish yang telah mendorong minyak mentah ke awal yang kuat untuk tahun 2025.
Minyak mentah Brent berjangka naik 3,7% menjadi di atas US$79 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berjangka ditutup di atas US$76.
Sanksi besar-besaran menargetkan dua Perusahaan yang menangani lebih dari seperempat ekspor minyak laut Rusia, serta perusahaan asuransi penting dan armada kapal tanker yang luas. Brent sebelumnya melonjak 5% menjadi lebih dari US$80 karena spekulasi tentang langkah-langkah tersebut merebak di market.
“Presiden Biden memilih untuk mengambil langkah besar pada sanksi energi yang telah dipertimbangkan oleh timnya selama beberapa minggu terakhir, yang membuat para traders sebagian besar terlena dengan risiko gangguan terkait sanksi,” kata Bob McNally, Pendiri Rapidan Energy Group dan Mantan Pejabat Gedung Putih.
Minyak mentah naik lebih dari 6% tahun ini, sebuah awal yang baik yang telah mengejutkan beberapa pelaku pasar karena banyak Bank dan Agensi telah memperkirakan kelebihan pasokan yang signifikan yang akan membebani harga.
Kini, Citigroup dan Morgan Stanley telah menjadi yang pertama menaikkan perkiraan harga.
Hedge fund semakin bullish terhadap minyak mentah dalam beberapa minggu terakhir, dengan posisi _net_-long para Manajer Investasi di Brent mencapai level tertinggi dalam hampir delapan bulan terakhir.
Meskipun market telah mengantisipasi sanksi tambahan terhadap Rusia, cakupan potensial dari pembatasan tersebut masih belum jelas, dan penargetan sejumlah besar kapal tanker mengancam untuk secara signifikan membatasi kemampuan negara tersebut untuk mengakses kapal.
Para traders juga telah bersiap-siap untuk sanksi yang lebih keras terhadap minyak Iran, yang akan memperketat market yang sudah menghadapi penurunan stok AS.
Gambaran fundamental yang lebih ketat, di samping cuaca dingin dan ekspor minyak mentah Rusia yang lebih rendah telah mendukung rally baru-baru ini.
Di bawah kondisi yang semakin bullish, “tidak ada yang mau melakukan posisi jual di sini,” kata Dennis Kissler, Senior Vice President untuk trading di BOK Financial Securities.
Spread cepat Brent selisih harga antara dua kontrak terdekatnya melebar hingga US$1.02 dalam pola mundur, sebuah pola bullish.
Sebulan yang lalu, spread-nya hanya senilai 29 sen AS. Sementara itu, spread WTI naik menjadi 85 sen AS, membantu mendorong volatilitas pasar ke level tertinggi dalam lebih dari satu bulan terakhir.
Namun, para pelaku pasar memperingatkan bahwa rally ini mungkin akan berlangsung singkat. Pengukur teknikal, seperti indeks kekuatan relatif, memberi sinyal bahwa minyak mentah berjangka telah jenuh beli, dan beberapa traders memperingatkan bahwa sanksi dapat dibatalkan setelah Trump menjabat.