Harga Minyak Mentah AS Naik 3% Dipicu Krisis Produksi Libya
Minyak mentah AS melonjak lebih dari 3% setelah penghentian produksi di Libya dan ketegangan timur tengah.
Kiki • Aug 28, 2024
Pasar energi global kembali bergolak setelah harga minyak mentah AS melonjak lebih dari 3% pada hari Senin, menandai hari terbaiknya dalam dua pekan terakhir. Kenaikan ini dipicu oleh laporan penghentian produksi minyak di Libya serta ketegangan yang memanas antara Israel dan kelompok militan Hezbollah di perbatasan Lebanon.
Krisis di Libya Produksi dan Ekspor Minyak Terhenti
Pemerintah timur Libya di Benghazi mengumumkan penghentian produksi dan ekspor minyak akibat perselisihan dengan pemerintah barat yang diakui secara internasional di Tripoli. Konflik ini berpusat pada siapa yang berhak memimpin bank sentral negara tersebut, sebuah perdebatan yang telah berdampak langsung pada industri minyak Libya yang vital.
Libya, yang memproduksi sekitar 1,2 juta barel minyak per hari, mengekspor lebih dari 1 juta barel per hari ke pasar global. Menurut Matt Smith, analis minyak utama untuk Amerika di Kpler, penghentian produksi ini memiliki potensi dampak signifikan pada pasar global.
“Force majeure pada produksi dan ekspor minyak Libya dapat memiliki dampak besar pada pasar global,” kata Smith kepada CNBC.
Harga Minyak AS Melonjak
Pada hari Senin, kontrak Oktober untuk minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencapai level tertinggi sesi di $77,60 per barel, angka tertinggi sejak 16 Agustus. Minyak mentah AS ditutup pada $77,42 per barel, naik $2,59 atau 3,46%.
Sejak awal tahun, harga minyak mentah AS telah meningkat sebesar 8,05%.
Sementara itu, minyak mentah Brent, yang merupakan patokan global, juga mencatat kenaikan signifikan. Kontrak Oktober Brent naik $2,41 atau 3,05%, menjadi $81,43 per barel. Kenaikan ini menjadikan Brent telah naik 5,7% sejak awal tahun.
Dampak Global dan Pengalihan Pasokan
Penghentian produksi di Libya diperkirakan akan menguntungkan minyak mentah AS, terutama karena Eropa kemungkinan akan beralih membeli minyak serpih AS untuk menggantikan pasokan Libya yang hilang.
Hal ini memperkuat posisi minyak AS di pasar global, terutama di tengah ketidakpastian pasokan dari wilayah-wilayah penghasil minyak utama lainnya.
Selain itu, harga bensin dan gas alam juga mengalami perubahan. Kontrak September untuk bensin RBOB hampir tidak berubah, berada di $2,28 per galon, dengan kenaikan sebesar 8,4% sejak awal tahun.
Di sisi lain, gas alam turun lebih dari 6 sen atau 3,26%, menjadi $1,95 per seribu kaki kubik, dan telah turun 22,2% sejak awal tahun.
Ketegangan Timur Tengah Menambah Ketidakpastian
Sementara pasar energi terguncang oleh perkembangan di Libya, ketegangan yang meningkat di Timur Tengah semakin memperburuk ketidakpastian global. Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon pada hari Minggu, yang digambarkan sebagai serangan pencegahan untuk mencegah Hezbollah meluncurkan serangan misil.
Hezbollah mengklaim telah meluncurkan ratusan misil ke Israel sebagai balasan atas pembunuhan salah satu komandan senior mereka pada Juli lalu.
Wilayah Timur Tengah telah berada di tepi ketegangan selama beberapa minggu, terutama setelah pembunuhan komandan Hezbollah di Beirut dan pemimpin Hamas di Teheran, Iran. Iran juga telah bersumpah akan membalas serangan Israel, meskipun hingga kini ancaman tersebut belum terealisasi.
Pasar Minyak dalam Ketidakpastian
Lonjakan harga minyak mentah AS pada hari Senin mencerminkan betapa rentannya pasar energi terhadap gejolak geopolitik. Dengan krisis di Libya yang belum menemukan solusi dan ketegangan di Timur Tengah yang terus meningkat, harga minyak kemungkinan akan tetap fluktuatif dalam waktu dekat.
Bagi para pelaku pasar dan pengamat energi, perkembangan ini menunjukkan pentingnya memantau dinamika politik global yang dapat mempengaruhi pasokan dan harga energi secara signifikan.
Di tengah ketidakpastian ini, pasar akan terus mencari tanda-tanda stabilitas, meskipun untuk saat ini, volatilitas tampaknya akan menjadi norma baru.