Inflasi AS September Diprediksi Turun, Namun Risiko di Sektor Jasa Masih Mengintai

Data inflasi September AS diperkirakan turun, didorong oleh penurunan harga energi. Namun, sektor jasa dan kenaikan harga minyak bisa memicu risiko baru bagi Federal Reserve menjelang pertemuan November.

article author image

KikiOct 23, 2024

article cover image

Laporan inflasi terbaru yang akan dirilis untuk bulan September diperkirakan menunjukkan perbaikan lebih lanjut pada tekanan harga konsumen di Amerika Serikat. Turunnya harga energi menjadi faktor utama yang meredam inflasi, dengan inflasi umum diproyeksikan hanya naik 0,1% dari bulan sebelumnya lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,2% pada bulan Agustus.

Namun, meski berita ini terlihat menggembirakan, risiko di sektor tertentu masih tetap ada, terutama pada inflasi inti.

Faktor Utama Jasa dan Pasar Tenaga Kerja

Ekonom memperkirakan inflasi inti yang tidak memasukkan harga pangan dan energi karena volatilitasnya akan meningkat 0,2% secara bulanan dan 3,2% secara tahunan. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh harga mobil bekas, tarif hotel, biaya penerbangan, dan asuransi mobil, yang menunjukkan bahwa beberapa sektor tetap mengalami tekanan harga yang tinggi.

Salah satu perhatian terbesar datang dari sektor jasa. Dengan pertumbuhan upah yang masih kuat, khususnya di layanan-layanan esensial, ekonom memperingatkan bahwa kenaikan biaya tenaga kerja bisa mendorong inflasi jasa tetap di atas target Federal Reserve (Fed) sebesar 2%.

Josh Hirt, ekonom senior dari Vanguard, menyatakan bahwa Fed saat ini cukup puas dengan tren inflasi yang sedang menurun, namun ada kehati-hatian, khususnya di sektor jasa yang masih menunjukkan peningkatan harga.

Data Ketenagakerjaan Mengguncang Ekspektasi Pasar

Laporan pekerjaan untuk September yang dirilis sebelum data inflasi ini menunjukkan bahwa ekonomi AS menambah 254.000 pekerjaan baru, jauh di atas ekspektasi. Selain itu, tingkat pengangguran turun lebih lanjut, memberikan indikasi bahwa pasar tenaga kerja masih cukup solid meski ada tanda-tanda perlambatan ekonomi secara keseluruhan.

Hal ini tentu membawa dampak besar pada proyeksi kebijakan suku bunga Fed. Sebelumnya, investor memperkirakan kemungkinan besar bahwa Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan November.

Namun, data ketenagakerjaan yang kuat ini memicu revisi prediksi. Kini, pasar lebih condong memperkirakan pemotongan hanya 0,25% dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya sebesar 0,5%.

Brian Rose, ekonom senior di UBS Global Wealth Management, berpendapat bahwa ketangguhan pasar kerja ini menggeser kembali fokus pada inflasi sebagai risiko utama. “Risiko terhadap pasar tenaga kerja kini tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya.

Oleh karena itu, inflasi kembali menjadi perhatian utama bagi investor dan pembuat kebijakan," ujarnya.

Risiko yang Masih Menghantui Harga Minyak dan Pengiriman

Meski ada tanda-tanda positif dari penurunan harga energi, para analis memperingatkan bahwa kenaikan harga minyak global dan biaya pengiriman yang lebih tinggi bisa menjadi tantangan baru dalam beberapa bulan ke depan. Harga minyak, yang sempat naik tajam pada kuartal ketiga tahun ini, bisa memicu inflasi lebih lanjut di sektor-sektor yang sangat bergantung pada energi, seperti transportasi dan produksi barang konsumsi.

Biaya tempat tinggal juga menjadi faktor lain yang perlu diperhatikan. Harga sewa yang tinggi masih menjadi pendorong utama inflasi, dengan sektor perumahan tetap menunjukkan peningkatan signifikan.

"Biaya perumahan yang masih tinggi adalah salah satu komponen inflasi yang sulit diturunkan dengan cepat, dan ini bisa menambah tekanan bagi inflasi keseluruhan," tambah analis dari Bank of America.

Apa Arti Ini untuk Keputusan Fed di November?

Saat kita mendekati pertemuan Fed pada awal November, semua mata tertuju pada dua hal: inflasi inti dan laporan ketenagakerjaan berikutnya. Menurut alat FedWatch dari CME, pasar saat ini memprediksi kemungkinan sebesar 88% bahwa Fed akan memotong suku bunga sebesar 0,25%.

Namun, jika inflasi inti di bulan September lebih tinggi dari perkiraan, potensi penundaan pemotongan suku bunga bisa terjadi. Rose dari UBS menyatakan bahwa angka inflasi bulanan inti di atas 0,4% mungkin akan menambah kekhawatiran Fed dan bisa menggagalkan pemangkasan suku bunga pada bulan depan.

Stabilitas atau Risiko Lebih Lanjut?

Meskipun ada tanda-tanda bahwa inflasi sedang menuju stabilitas, para investor dan pembuat kebijakan perlu tetap waspada. Data inflasi September kemungkinan akan memberikan sinyal penting apakah ekonomi AS sudah berada di jalur yang benar atau masih menghadapi risiko kenaikan inflasi di masa depan.

Pasar tenaga kerja yang kuat memberikan sedikit ruang bernapas bagi Fed, namun dengan sektor jasa yang terus menunjukkan kekuatan, tantangan untuk menjaga inflasi pada level yang diinginkan masih besar.

Ke depan, apakah Fed akan terus menahan diri dalam menurunkan suku bunga, atau tekanan inflasi yang terus-menerus membuat mereka terpaksa mengambil tindakan lebih agresif? Semua ini tergantung pada data inflasi terbaru dan seberapa jauh tren ini dapat bertahan di tengah berbagai tantangan global, seperti harga energi dan ketidakpastian ekonomi dunia.

Pada akhirnya, keputusan Fed bulan depan akan menjadi penentu besar bagi prospek ekonomi AS di sisa tahun ini dan seterusnya.

Nanovest News v3.19.0