Inflasi AS Tembus 2,4% di September, Fed Diprediksi Tetap Pangkas Suku Bunga

Inflasi AS meningkat 0,2% di September, dengan laju tahunan 2,4%. Klaim pengangguran juga melonjak, namun pasar masih memprediksi Fed akan menurunkan suku bunga pada pertemuan November.

article author image

KikiOct 23, 2024

article cover image

Laju inflasi AS pada bulan September 2024 sedikit melampaui ekspektasi pasar, sementara klaim pengangguran mencatat lonjakan terbesar dalam 14 bulan terakhir. Berdasarkan laporan terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS, indeks harga konsumen (CPI) yang mengukur biaya barang dan jasa, naik 0,2% secara bulanan, membawa tingkat inflasi tahunan ke level 2,4%.

Angka ini lebih tinggi 0,1% dari perkiraan para ekonom dan menandai level inflasi terendah sejak Februari 2021, meskipun masih lebih tinggi dari yang diharapkan.

Di sisi lain, klaim pengangguran mingguan melonjak menjadi 258.000, tertinggi sejak Agustus 2023. Lonjakan ini dipicu oleh dampak dari Badai Helene dan pemogokan massal yang melibatkan pekerja Boeing.

Pendorong Utama Inflasi Harga Makanan dan Shelter

Menurut data Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), lebih dari tiga perempat dari kenaikan inflasi ini didorong oleh lonjakan 0,4% pada harga makanan dan kenaikan 0,2% pada biaya tempat tinggal (shelter).

Sementara itu, harga energi justru turun tajam sebesar 1,9%, mengimbangi sebagian besar kenaikan di sektor lain.

Beberapa komponen lain yang turut mendorong inflasi adalah kenaikan 0,3% pada biaya kendaraan bekas dan kenaikan 0,7% pada layanan kesehatan. Harga pakaian juga melonjak 1,1% pada bulan tersebut, menunjukkan bahwa tekanan harga tidak hanya terbatas pada sektor-sektor esensial.

Di sektor pangan, harga telur mengalami kenaikan 8,4% dalam sebulan, dengan peningkatan tahunan yang mencapai 39,6%. Harga mentega juga naik 2,8% dari bulan sebelumnya, menunjukkan bahwa beberapa komoditas pangan tetap menjadi tantangan utama dalam mengendalikan inflasi.

Kondisi Pasar Tenaga Kerja: Tanda Pelemahan?

Laporan klaim pengangguran mingguan mengungkapkan adanya peningkatan signifikan sebesar 33.000 klaim baru, yang jauh di atas proyeksi 230.000. Ini mencerminkan potensi pelemahan pasar tenaga kerja, meski di sisi lain AS baru saja mencatat lonjakan besar dalam payroll non-pertanian pada bulan sebelumnya.

Lonjakan klaim pengangguran ini terutama terkait dengan dua faktor besar: kerusakan yang disebabkan oleh Badai Helene yang melanda pada akhir September, serta pemogokan besar yang melibatkan 33.000 pekerja Boeing di Michigan.

Florida dan Carolina Utara, dua negara bagian yang terdampak langsung oleh badai, mencatat peningkatan klaim gabungan sebesar 12.376. Ini menambah tekanan pada pasar tenaga kerja yang telah menunjukkan tanda-tanda ketegangan sejak awal tahun.

Reaksi Pasar Saham Melemah, Suku Bunga Masih Diperdebatkan

Menanggapi laporan ini, pasar saham berbalik melemah, sementara imbal hasil Treasury menampilkan reaksi beragam. Meskipun inflasi tahunan sedikit di atas ekspektasi, hal ini tidak serta-merta memengaruhi arah kebijakan suku bunga Federal Reserve dalam jangka pendek.

Pasar berjangka bahkan meningkatkan ekspektasi mereka bahwa Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25% pada pertemuan kebijakan mereka pada 6-7 November mendatang.

Presiden Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, dalam wawancara dengan CNBC, menyatakan bahwa tren inflasi jangka panjang masih positif, meski ada fluktuasi jangka pendek. "Yang paling penting adalah tren keseluruhan, bukan angka bulanan," ujar Goolsbee.

Dia menekankan bahwa dalam 12 hingga 18 bulan terakhir, inflasi telah menurun drastis, sementara pasar tenaga kerja juga mulai mendingin ke tingkat yang lebih seimbang.

Meski CPI bukan satu-satunya indikator inflasi yang diawasi Fed, beberapa komponennya terutama biaya konsumsi pribadi (PCE) berkontribusi langsung pada pengambilan keputusan kebijakan moneter.

Oleh karena itu, meskipun inflasi September lebih tinggi dari perkiraan, Fed tampaknya tetap optimistis bahwa tren penurunan inflasi masih dalam jalur yang diharapkan.

Faktor Eksternal dan Implikasi ke Depan

Laporan ini juga mencerminkan dampak faktor eksternal yang memperumit perhitungan ekonomi. Selain Badai Helene, pemogokan industri besar seperti Boeing memiliki potensi mengacaukan data ekonomi dalam waktu dekat.

Namun, banyak ekonom melihat lonjakan klaim pengangguran sebagai reaksi sementara akibat bencana alam dan gangguan industri, bukan sebagai tanda penurunan jangka panjang dalam pasar tenaga kerja.

Namun, inflasi di sektor shelter, yang menyumbang lebih dari sepertiga bobot CPI, menunjukkan bahwa tekanan harga tetap bertahan lebih lama dari yang diantisipasi. Dengan shelter mengalami kenaikan tahunan 4,9%, ada indikasi bahwa tekanan harga mungkin akan terus terasa, meskipun ada tanda-tanda pelonggaran di beberapa komponen lainnya.

Stabilitas di Tengah Ketidakpastian

Secara keseluruhan, laporan inflasi September memberikan gambaran campuran bagi para pembuat kebijakan dan pelaku pasar. Di satu sisi, inflasi umum telah melambat secara signifikan dari level puncaknya, mendekati target Fed sebesar 2%.

Namun, kenaikan tak terduga dalam klaim pengangguran dan tekanan harga di sektor-sektor esensial tetap menjadi tantangan utama.

Dengan pertemuan kebijakan Fed yang semakin dekat, pertanyaan utama yang tersisa adalah apakah Fed akan tetap pada jalur pelonggaran suku bunga atau mengambil pendekatan yang lebih hati-hati.

Yang pasti, dengan banyaknya faktor eksternal yang mempengaruhi data, dari bencana alam hingga gangguan industri, volatilitas ekonomi kemungkinan akan tetap menjadi perhatian utama hingga akhir tahun ini.

Nanovest News v3.23.0