Kebijakan Trump Berpotensi Memperpanjang Perjuangan Fed Melawan Inflasi
Risalah Fed menunjukkan kekhawatiran atas dampak tarif dan kebijakan imigrasi Trump, yang dapat meningkatkan risiko inflasi dan memperpanjang upaya menurunkan tekanan harga, meski ekonomi tetap solid untuk saat ini.
Kiki • Jan 9, 2025
Federal Reserve (Fed) menghadapi tantangan baru dalam upayanya mengendalikan inflasi menyusul rencana kebijakan Presiden terpilih Donald Trump yang agresif. Pada pertemuan bulan Desember 2024, pejabat Fed mencatat bahwa rencana Trump untuk memberlakukan tarif tinggi dan deportasi imigran tertentu dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pengangguran, dan memperpanjang upaya mencapai target inflasi 2%.
Target Masih Jauh
Dalam risalah pertemuan 17-18 Desember, para pejabat Fed mencatat bahwa data inflasi terbaru menunjukkan tren yang lebih tinggi dari perkiraan. Hal ini, ditambah dengan kemungkinan perubahan kebijakan perdagangan dan imigrasi, memunculkan kekhawatiran bahwa proses disinflasi dapat memakan waktu lebih lama dari yang diantisipasi sebelumnya.
"Data baru dan potensi perubahan kebijakan telah menunjukkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil kemungkinan akan sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi," bunyi risalah tersebut.
Meskipun demikian, Fed tetap memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25% pada pertemuan tersebut, membawa kisaran suku bunga ke 4,25%–4,50%. Namun, keputusan ini dianggap "seimbang dengan hati-hati," mengingat inflasi yang tampaknya mengalami stagnasi.
Pendekatan Hati-Hati dalam Pemangkasan Suku Bunga
Pejabat Fed menekankan perlunya mengambil pendekatan yang hati-hati untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Christopher Waller, anggota dewan gubernur Fed, menyatakan bahwa inflasi masih diperkirakan menurun secara bertahap menuju target 2%. Namun, dia menambahkan bahwa kecepatan dan frekuensi pemangkasan suku bunga akan bergantung pada data inflasi mendatang.
"Saya percaya inflasi akan terus menunjukkan kemajuan menuju target kami dalam jangka menengah, dan pemangkasan lebih lanjut akan menjadi langkah yang sesuai," ujar Waller.
Namun, risalah pertemuan menunjukkan bahwa beberapa pejabat mempertimbangkan manfaat untuk menghentikan pemangkasan sementara, dengan alasan risiko inflasi yang masih tinggi dan kemajuan disinflasi yang terhenti.
Kebijakan Trump Menambah Ketidakpastian
Kebijakan Trump yang belum jelas menambah lapisan ketidakpastian bagi Fed. Para analis Fed mencatat bahwa rencana tarif tinggi yang diusulkan Trump dapat mendorong tekanan inflasi baru, meskipun dampaknya mungkin tidak berkelanjutan.
Selain itu, kebijakan imigrasi yang lebih ketat dapat mengurangi pasokan tenaga kerja, meningkatkan tekanan pada upah, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Namun, risalah menyebutkan bahwa dampak dari kebijakan ekstrem ini masih sulit diprediksi karena kurangnya rincian yang jelas.
"Kami berada dalam mode tunggu dan lihat," kata David Russell, kepala strategi pasar global di TradeStation. "Fed tidak lagi sepenuhnya bergantung pada data ekonomi, tetapi juga pada kebijakan Trump."
Stabil untuk Sementara Waktu
Pasar saat ini memperkirakan Fed akan mempertahankan suku bunga stabil hingga setidaknya Mei 2025, dengan kemungkinan pemangkasan kedua di tahun ini hanya 50%. Para pelaku pasar melihat kebijakan Trump sebagai faktor yang semakin mempersulit perkiraan arah kebijakan moneter Fed.
Dalam konteks ini, para investor dan ekonom menantikan data pekerjaan terbaru untuk Desember yang akan dirilis akhir pekan ini, serta arah kebijakan lebih jelas dari pemerintahan baru Trump.
Tantangan baru yang dipicu oleh rencana kebijakan Presiden terpilih Trump telah menempatkan Federal Reserve pada persimpangan jalan. Dengan inflasi yang belum sepenuhnya terkendali dan tekanan baru yang mungkin muncul, Fed harus berjalan di garis tipis antara menjaga stabilitas ekonomi dan menavigasi risiko kebijakan politik.
Keputusan Fed di bulan-bulan mendatang akan menjadi penentu utama apakah ekonomi AS dapat tetap stabil di tengah tantangan inflasi dan ketidakpastian kebijakan. Bagi pasar, "Trump-dependency" kini menjadi kenyataan baru.