Optimisme Pasar Dorong Saham Redfin, Compass, dan Zillow Tumbuh 250%
Optimisme terhadap pemulihan sektor properti membuat saham Redfin, Compass, dan Zillow melonjak drastis. Simak analisis mendalam tentang faktor-faktor yang mendukung lonjakan saham dan proyeksi masa depan.
Kiki • Sep 23, 2024
Dalam beberapa minggu terakhir, saham perusahaan proptech seperti Redfin (RDFN), Compass, dan Zillow telah menunjukkan pergerakan yang sangat kuat. Redfin, misalnya, melonjak hingga $14,5 pada 14 September, menandai kenaikan lebih dari 200% dari titik terendahnya tahun ini.
Saham Zillow juga mengalami lonjakan, mencapai $60, level tertingginya sejak Februari, sementara Compass melonjak 250% dari harga terendahnya di tahun ini. Apa yang mendasari kebangkitan dramatis ini?
Harapan Penurunan Suku Bunga Federal Reserve
Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan saham-saham tersebut adalah harapan pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera menurunkan suku bunga. Seiring dengan inflasi yang mulai melambat dan pasar tenaga kerja yang berada di bawah tekanan di mana tingkat pengangguran AS bertahan di atas 4% pelaku pasar memproyeksikan adanya pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat.
Inflasi yang diukur dengan Consumer Price Index (CPI) turun ke 2,5% pada Agustus, tingkat terendah dalam dua tahun terakhir.
Beberapa analis memperkirakan bahwa The Fed dapat memangkas suku bunga sebesar 0,50% dalam pertemuan mendatang dan mungkin akan ada penurunan lebih lanjut hingga 125 basis points pada akhir 2024.
Langkah ini diprediksi akan memberikan dorongan besar bagi sektor perumahan, yang selama ini terbebani oleh tingginya suku bunga pinjaman. Data terbaru menunjukkan bahwa suku bunga hipotek untuk skor kredit antara 700-719 turun dari hampir 8% menjadi 6,99%.
Jika tren ini berlanjut, permintaan perumahan bisa kembali naik, mendukung pemulihan saham di sektor properti.
Dampak Sejarah Suku Bunga terhadap Saham Properti
Kenaikan suku bunga selama beberapa tahun terakhir telah menjadi angin badai bagi perusahaan properti. Redfin, yang pernah diperdagangkan mendekati $98, jatuh hingga $3 ketika The Fed secara agresif menaikkan suku bunga. Begitu juga dengan Compass yang hancur dari level tertinggi $22 menjadi $1,86, dan Zillow yang jatuh dari $207 menjadi hanya $26,78.
Dengan latar belakang ini, munculnya harapan pemangkasan suku bunga membawa optimisme bahwa saham-saham ini akan pulih seiring pelonggaran kebijakan moneter.
Investor dan analis melihat pola bahwa penurunan saham-saham properti yang terjadi akibat kenaikan suku bunga berpotensi untuk berbalik ketika suku bunga mulai turun. Ini adalah siklus klasik di sektor properti, di mana perusahaan seperti Redfin, Compass, dan Zillow, yang hancur selama periode kenaikan suku bunga, kemungkinan besar akan pulih begitu biaya pinjaman turun dan pasar properti mendapatkan kembali momentumnya.
Sentimen Pasar dan Potensi Akuisisi
Di luar faktor suku bunga, sektor proptech juga diwarnai oleh berita tentang kemungkinan konsolidasi industri. REA Group, perusahaan properti asal Australia, baru-baru ini mengajukan tawaran senilai $7 miliar untuk membeli Rightmove, salah satu portal properti terbesar di Inggris.
Meski tawaran ini ditolak karena dianggap terlalu rendah, spekulasi bahwa REA mungkin akan mengalihkan fokusnya ke pasar AS telah menarik perhatian investor.
Pasar AS dianggap lebih dinamis dan prospektif, apalagi dengan potensi akuisisi di masa depan. REA sendiri sudah memiliki sebagian saham di Move, Inc., perusahaan di balik Realtor.com.
Berbagai analis memperkirakan bahwa konsolidasi lebih lanjut dapat terjadi, terutama setelah adanya perubahan peraturan yang memengaruhi komisi agen properti. Perubahan ini mengharuskan agen untuk meminta pembeli menandatangani formulir sebelum menunjukkan properti, yang berpotensi menekan komisi agen dan memicu restrukturisasi industri.
Optimisme Analis terhadap Saham Properti
Berbagai analis telah mulai bersikap optimistis terhadap prospek saham-saham seperti Redfin, Zillow, dan Compass. Analis dari B. Riley, misalnya, baru-baru ini meningkatkan peringkat Redfin menjadi "beli".
Mereka percaya bahwa meskipun komisi agen properti bisa tertekan akibat aturan baru, Redfin memiliki posisi yang kuat untuk memperoleh volume penjualan yang lebih besar.
"Margin EBITDA Redfin diproyeksikan akan berbalik positif pada tahun 2025 dan terus tumbuh dari sana. Dengan valuasi saat ini yang berada di 1,8 kali enterprise value/revenue untuk 2025, kami melihat risiko versus imbal hasil yang sangat menarik," tulis mereka dalam sebuah catatan.
Selain Redfin, Compass juga mendapat pandangan positif dari beberapa analis besar seperti Needham, Goldman Sachs, Barclays, dan Oppenheimer, yang semua merekomendasikan saham ini sebagai "beli".
Saham Zillow juga telah menarik perhatian pelaku pasar, dengan potensi peningkatan jika pasar properti AS kembali pulih.
Risiko yang Perlu Diperhatikan
Namun, meskipun tren saat ini tampak menjanjikan, masih ada risiko signifikan yang membayangi saham-saham ini. Suku bunga dan hipotek, meski diprediksi turun, diperkirakan tetap berada pada tingkat yang relatif tinggi dalam waktu dekat.
Hal ini bisa terus menekan permintaan perumahan dan memperlambat pemulihan di sektor properti.
Selain itu, ada fenomena yang dikenal sebagai "buy the rumor, sell the news", di mana investor membeli saham berdasarkan spekulasi menjelang sebuah peristiwa penting, lalu menjualnya segera setelah peristiwa tersebut terjadi. Ini bisa menyebabkan volatilitas tambahan di saham-saham ini, terutama jika pasar bereaksi negatif terhadap keputusan The Fed.
Terakhir, indikator teknis seperti Relative Strength Index (RSI) menunjukkan bahwa saham-saham ini mungkin telah memasuki wilayah overbought. RSI Redfin melonjak hingga 78, Zillow mencapai 72, dan Compass di 75, menunjukkan bahwa potensi penurunan atau koreksi jangka pendek bisa terjadi dalam waktu dekat.
Kebangkitan saham Redfin, Compass, dan Zillow memberikan sinyal bahwa investor mulai optimis terhadap pemulihan sektor properti, terutama dengan harapan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Namun, risiko tetap ada, baik dari sisi suku bunga yang mungkin masih tinggi, hingga volatilitas pasar yang selalu hadir di tengah perubahan kebijakan.
Bagi investor yang tertarik dengan sektor properti, saham-saham ini menawarkan potensi pertumbuhan yang menarik, terutama jika suku bunga benar-benar mulai turun dan pasar properti kembali aktif.
Namun, seperti halnya investasi lainnya, pendekatan hati-hati dan pemahaman mendalam tentang kondisi pasar tetap diperlukan untuk memaksimalkan peluang keuntungan.