Pasar Modal Eropa Butuh DLT dan Tokenisasi, Seruan Penting dari ECB

Piero Cipollone dari ECB menekankan pentingnya teknologi DLT dan tokenisasi untuk menciptakan pasar modal Eropa yang terintegrasi. Apa saja tantangan dan peluang yang dihadapi?

article author image

KikiOct 22, 2024

article cover image

Piero Cipollone, anggota Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa (ECB), menyerukan Eropa untuk segera mengadopsi Distributed Ledger Technology (DLT) dan tokenisasi sebagai langkah kunci dalam memperbaiki fragmentasi pasar modal di kawasan ini.

Pernyataan ini disampaikan Cipollone pada Simposium Bundesbank tentang Masa Depan Pembayaran, 7 Oktober lalu. Ia menegaskan bahwa teknologi digital dapat membawa perubahan besar pada sistem keuangan Eropa yang terfragmentasi, mengurangi biaya perantara, dan meningkatkan efisiensi pasar secara keseluruhan.

Fragmentasi Pasar Modal Eropa

Eropa saat ini menghadapi masalah fragmentasi yang parah, di mana terdapat 35 bursa pencatatan saham dan 41 platform perdagangan terpisah di seluruh kawasan. Hal ini menciptakan ketidakefisienan dalam pengelolaan pasar modal dan membuat Eropa sulit bersaing secara global.

Cipollone menyatakan bahwa meskipun ada inisiatif seperti TARGET2-Securities, platform yang bertujuan untuk menyelaraskan penyelesaian sekuritas lintas bursa di Eropa, hambatan regulasi dan kerangka legislatif yang tidak seragam terus menjadi penghalang utama integrasi pasar.

Dalam pandangannya, Eropa masih belum mampu memanfaatkan sinergi pasar modal yang terintegrasi sepenuhnya karena kurangnya aturan yang seragam dalam hal penjagaan aset, proses perpajakan, serta pengawasan regulasi.

“Kurangnya pengawasan yang terkoordinasi serta ketiadaan aset aman permanen membuat pasar modal Eropa tetap terfragmentasi,” tegas Cipollone.

Tokenisasi sebagai Solusi

Untuk mengatasi fragmentasi ini, Cipollone mendorong Eropa untuk mempercepat langkah menuju adopsi tokenisasi, yakni proses penerbitan aset keuangan menggunakan DLT. Tokenisasi menawarkan solusi untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menekan biaya transaksi.

Berbeda dengan aset keuangan konvensional, aset digital yang ditokenisasi tidak bergantung pada basis data terpusat, melainkan beroperasi di atas jaringan terdistribusi yang memungkinkan transaksi real-time dan terdesentralisasi.

“Ini bisa menjadi langkah besar, menggantikan sistem pembukuan yang sudah berabad-abad digunakan dengan sistem transaksi terdesentralisasi yang terjadi secara real-time,” jelas Cipollone.

Tokenisasi tidak hanya tentang efisiensi; teknologi ini juga membuka peluang baru bagi Eropa untuk menciptakan pasar yang lebih inklusif dan terintegrasi, yang mampu melayani kebutuhan finansial di era digital mendatang.

DLT dan Masa Depan Pasar Modal Eropa

Menurut Cipollone, lebih dari 60% bank di Uni Eropa saat ini sudah mulai mengeksplorasi solusi DLT, dengan 22% di antaranya aktif menggunakan aplikasi berbasis teknologi ini. Namun, Cipollone menegaskan bahwa potensi penuh dari DLT masih belum sepenuhnya dimanfaatkan.

Teknologi ini bisa menjadi tulang punggung dari pasar modal yang lebih terintegrasi, di mana transaksi dapat dilakukan tanpa hambatan lintas negara.

Untuk mempercepat transformasi ini, Cipollone menyarankan agar otoritas publik segera bertindak mendukung transisi ke pasar digital. Ia mengusulkan penciptaan "European ledger," sebuah platform terintegrasi di mana aset digital, uang bank sentral, dan uang komersial dapat beroperasi bersama dalam sistem yang saling terhubung.

Ini akan memungkinkan institusi keuangan, central securities depositories (CSDs), dan para pelaku pasar untuk memberikan layanan secara langsung pada infrastruktur yang seragam. Dengan mengurangi hambatan masuk, platform ini dapat membantu mempercepat integrasi pasar modal Eropa.

Ancaman Fragmentasi Lebih Lanjut

Meski optimis terhadap potensi teknologi ini, Cipollone juga mengingatkan akan bahaya jika adopsi DLT tidak dilakukan secara terkoordinasi. Jika setiap negara atau institusi di Eropa mengembangkan platformnya sendiri tanpa adanya integrasi, fragmentasi justru akan semakin parah.

Dalam konteks ini, kolaborasi antara regulator, bank sentral, dan para pelaku pasar menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa Eropa memimpin dalam menciptakan pasar modal digital yang terintegrasi.

Cipollone menegaskan bahwa pengadopsian teknologi ini tidak hanya bersifat teknis tetapi juga strategis. Dengan bertindak cepat, Eropa memiliki peluang besar untuk membentuk ekosistem keuangan yang terintegrasi secara digital dan lebih efisien dibandingkan sistem tradisional yang ada sekarang.

“Potensi transformasi tokenisasi melampaui efisiensi. Dengan bertindak sekarang, kita dapat membentuk ekosistem keuangan terintegrasi yang akan melayani pasar Eropa di masa depan,” tambahnya.

Langkah Lebih Lanjut Harmonisasi Regulasi

Di samping adopsi teknologi, Cipollone juga menekankan perlunya harmonisasi regulasi di seluruh negara anggota Uni Eropa. Tanpa aturan yang seragam dalam hal penjagaan aset digital, perpajakan, dan pengawasan regulasi, potensi teknologi DLT dan tokenisasi tidak akan bisa sepenuhnya dimanfaatkan.

Regulasi yang terfragmentasi hanya akan memperburuk masalah yang sudah ada, membuat pasar modal Eropa semakin sulit bersaing di panggung global.

Pernyataan Cipollone pada simposium ini menjadi penanda penting bahwa Bank Sentral Eropa melihat DLT dan tokenisasi sebagai solusi strategis untuk mengatasi fragmentasi pasar modal Eropa. Dengan mengadopsi teknologi ini, Eropa berpeluang menciptakan pasar modal yang lebih terintegrasi dan kompetitif di tingkat global.

Namun, untuk mencapai visi tersebut, diperlukan langkah-langkah cepat dan terkoordinasi dari seluruh pihak terkait, termasuk regulator, bank sentral, dan pelaku pasar.

Transformasi ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang masa depan pasar modal Eropa di era digital. Eropa harus bertindak sekarang untuk memastikan bahwa mereka memimpin dalam membentuk ekosistem keuangan yang modern, efisien, dan terintegrasi.

Nanovest News v3.19.0