Pendapatan Big Tech Melambat, Tantangan Baru Menghadang Saham Raksasa Teknologi

Pertumbuhan pendapatan Apple, Microsoft, Amazon, dan Alphabet diprediksi melambat. Investor mempertanyakan prospek jangka panjang Big Tech di tengah pengeluaran besar-besaran untuk AI.

article author image

RendyOct 29, 2024

article cover image

Pada pekan ini, lima raksasa teknologi AS—Apple Inc.Nvidia Corp.Microsoft Corp.Alphabet Inc., dan Amazon.com Inc.—bersiap merilis laporan keuangan kuartal ketiga mereka. Prediksi menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan kolektif mereka hanya akan mencapai 19%, turun dari periode sebelumnya, meskipun masih jauh di atas rata-rata kenaikan S&P 500 yang diproyeksikan sebesar 4,3% untuk kuartal yang sama.

Melambatnya laju keuntungan ini menimbulkan pertanyaan baru bagi investor yang sebelumnya telah menikmati lonjakan nilai saham Big Tech dalam satu tahun terakhir.

Ketakutan akan Perlambatan?

Pada dasarnya, angka-angka ini menggambarkan melambatnya ekspansi yang telah mendorong reli pasar saham sejak awal tahun. Menurut Bloomberg Intelligence, ini akan menjadi periode pertumbuhan paling lambat bagi raksasa teknologi dalam enam kuartal terakhir.

Tren ini berpotensi membuat Big Tech kehilangan posisi dominan mereka di pasar, dengan saham perusahaan-perusahaan utilitas, properti, keuangan, dan industri lainnya mulai memimpin kenaikan nilai indeks S&P 500.

Sejak mencapai puncaknya pada 10 Juli, indeks Bloomberg Magnificent 7—yang meliputi perusahaan Big Tech dan Meta Platforms Inc. serta Tesla Inc.—justru turun 2%, tertinggal dari sektor-sektor lain yang justru mencatatkan kenaikan.

Portofolio manajer Parnassus Investments, Andrew Choi, mencatat bahwa sentimen pasar terhadap Big Tech jauh lebih rapuh dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya. “Ketidakpastian soal valuasi Big Tech, momentum keuntungan yang melambat, serta beragam isu lain kini menjadi perhatian utama pasar,” ungkapnya.

Apakah Reli Big Tech Sudah Berakhir?

Saham Big Tech telah menarik perhatian pasar karena keuntungan yang terus tumbuh dan investor yang bersedia membayar harga tinggi untuk ekspektasi pertumbuhan mereka. Namun, penurunan nilai sejak Juli memperlihatkan adanya ketidakseimbangan antara harga saham yang tinggi dengan potensi pertumbuhan ke depan.

Kinerja yang lambat ini disertai dengan tekanan biaya yang besar, terutama dalam investasi infrastruktur teknologi AI yang membutuhkan kapital besar namun belum menghasilkan keuntungan signifikan.

Microsoft, Alphabet, Amazon, dan Meta Platforms diperkirakan telah menginvestasikan sekitar $56 miliar pada pengeluaran modal kuartal ketiga, naik 52% dari periode yang sama tahun lalu. Meskipun AI menjadi daya tarik besar bagi investor, hasilnya belum membuktikan peningkatan signifikan pada margin laba perusahaan.

“Kenaikan pengeluaran yang signifikan membuat margin laba mungkin telah mencapai puncaknya untuk sementara waktu,” kata analis Bloomberg Intelligence, Gina Martin Adams dan Michael Casper.

Valuasi yang Tertahan

Kekhawatiran soal valuasi yang terlampau tinggi juga semakin terlihat. Saham Apple, misalnya, diperdagangkan pada 32 kali proyeksi laba setahun ke depan, jauh di atas rata-rata 20 kali dalam sepuluh tahun terakhir. Sementara itu, Microsoft diperdagangkan pada 33 kali laba per tahun, dibandingkan dengan rata-rata historis sebesar 25 kali.

Kondisi ini memunculkan pertanyaan bagi investor—apakah pertumbuhan laba mereka akan cukup untuk menjaga nilai saham ini tetap layak atau justru investor akan mengalami FOMO yang bisa berujung pada kerugian jika reli berhenti.

Clark Bellin, Kepala Investasi di Bellwether Wealth, menegaskan, “Pada satu titik, momentum ini mungkin akan berhenti. Investor perlu menurunkan ekspektasi dalam musim laporan keuangan kali ini.”

Musim Laporan Keuangan yang Penuh Risiko

Dengan musim laporan keuangan yang dimulai pekan ini, para investor kini memantau dengan saksama setiap perusahaan Big Tech. Alphabet akan memulai pada Selasa, diikuti oleh Microsoft dan Meta Platforms pada Rabu, sementara Apple dan Amazon akan merilis laporan mereka pada Kamis.

Nvidia dijadwalkan untuk menyampaikan laporan pada akhir November. Tantangan yang dihadapi masing-masing perusahaan juga beragam, Microsoft menghadapi pertanyaan soal keberhasilan inisiatif AI-nya, Apple memperhatikan permintaan yang cenderung menurun untuk iPhone terbarunya, Amazon menghadapi pengeluaran modal yang berat, dan Alphabet berada di bawah penyelidikan Departemen Kehakiman AS terkait praktik monopoli.

Di balik ketidakpastian ini, Wall Street tetap optimis. Sekitar 90% analis tetap memberikan rekomendasi beli untuk Microsoft, Alphabet, dan Nvidia, sementara untuk Alphabet dan Apple angka rekomendasi beli masing-masing berada pada 83% dan 65%. Bagi sebagian besar analis, prospek pertumbuhan Big Tech di masa depan, terutama terkait AI, diyakini masih menawarkan keuntungan jangka panjang.

Antara Optimisme dan Risiko

Optimisme ini berakar pada fakta bahwa Big Tech masih menawarkan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata, terpapar pada sektor AI yang potensial, dan secara umum menawarkan risiko lebih rendah dibandingkan sektor-sektor pasar lainnya.

Namun, investor tetap dihadapkan pada tantangan, bagaimana menjaga ekspektasi yang realistis sambil memantau performa dari investasi besar-besaran dalam AI yang belum membuahkan hasil nyata dalam peningkatan laba.

Jika penurunan ini terus berlanjut, Big Tech mungkin akan kehilangan peran dominannya di pasar, membuka peluang bagi sektor lain yang justru lebih stabil dan matang. Sebaliknya, jika inovasi mereka—khususnya di bidang AI—berhasil mewujudkan ekspektasi pasar, posisi mereka sebagai pemimpin pasar akan kembali solid.

Nanovest News v3.23.0