Setelah LIBRA Runtuh, Popularitas Milei Juga Anjlok di Survei Nasional

Skandal token LIBRA menurunkan approval rating Milei hingga di bawah 45%. Dari kripto ke politik, Argentina kini di persimpangan antara harapan dan ketidakpastian.

article author image

KikiMar 27, 2025

article cover image

Argentina kembali bergejolak bukan karena inflasi dua digit atau utang luar negeri yang menumpuk, melainkan karena satu nama: LIBRA. Skandal kripto senilai $4,6 miliar ini kini tidak hanya mengguncang pasar aset digital, tetapi juga langsung menggoyahkan pondasi politik Presiden Javier Milei.

Sebuah survei nasional terbaru menunjukkan bahwa 57,6% warga Argentina menyatakan tidak lagi percaya kepada Presiden Milei, menandai titik terendah dalam reputasi politiknya sejak naik ke kursi presiden.

Sentimen negatif yang terus menanjak menciptakan bayangan panjang menjelang pemilu 26 Oktober mendatang.

Kepercayaan Runtuh Pascaskandal

Survei yang dilakukan oleh Zuban Córdoba, sebuah lembaga riset independen, mengungkap bahwa dari 1.600 responden, lebih dari separuh menyatakan ketidakpercayaan mereka terhadap Milei setelah keterlibatannya dalam promosi token LIBRA yang kontroversial.

Hanya 36% responden yang menyatakan masih mempercayai Milei, dan 6,4% sisanya belum mengambil sikap. Yang lebih mencemaskan, tingkat persetujuan terhadap kinerja pemerintah juga terus turun, dari 47,3% pada November menjadi hanya 41,6% pada Maret ini.

Zuban Córdoba mencatat bahwa “penolakan terhadap kepemimpinan Javier Milei meningkat secara perlahan tapi konsisten, dan tampaknya belum menemukan titik henti.”

Apa Itu LIBRA dan Mengapa Bisa Jadi Skandal?

LIBRA awalnya dipromosikan oleh beberapa tokoh media dan kripto di Argentina sebagai proyek aset digital dengan potensi besar. Namun, nilai token ini melonjak ke kapitalisasi pasar $4,6 miliar hanya dalam hitungan jam setelah Milei menyebutnya dalam sebuah unggahan di platform X (sebelumnya Twitter), sebelum kemudian anjlok hingga 94% tak lama setelahnya.

Pihak oposisi menuduh Milei menggunakan posisinya untuk memberi kredibilitas terhadap proyek yang akhirnya merugikan ribuan investor ritel. Gugatan hukum terhadapnya menuduh ia terlibat dalam promosi tidak langsung dan memberikan dorongan kepercayaan pasar yang tak berdasar terhadap token tersebut.

Milei membela diri dengan mengatakan ia “tidak pernah mempromosikan LIBRA, hanya menyebarkan informasi” dan menolak tuduhan bahwa ia punya afiliasi langsung dengan pengembang proyek tersebut.

Data Survei Beragam, Tapi Tren Menurun Konsisten

Meski survei dari University of San Andrés memberi hasil lebih “lunak” dengan menyatakan bahwa tingkat persetujuan terhadap Milei berada di 45%, tren menurunnya kepercayaan publik tetap jelas terlihat.

Sebaliknya, survei internasional dari Morning Consult masih mencatat dukungan 62,4% terhadap Milei pada awal Maret.

Ketimpangan data ini mencerminkan betapa terpolarisasinya opini publik Argentina. Namun satu hal yang tak bisa dibantah: skandal ini telah memicu efek domino di ranah politik, ekonomi, dan sosial negara tersebut.

Pilpres 2025 Milei Masih Diunggulkan?

Meskipun dilanda kontroversi, partai Milei, La Libertad Avanza, masih unggul dalam elektabilitas dengan 36,7% dukungan, mengungguli Unión por la Patria yang berada di angka 32,5%. Namun apakah tren ini bisa bertahan jika krisis kepercayaan makin memburuk?

Kritik juga datang dari sisi kebijakan ekonomi. Hanya 43% warga Argentina yang merasa Milei berhasil menekan inflasi, dan sebanyak 63% menolak upayanya mengamankan pinjaman baru dari IMF.

Ini menjadi paradoks menarik: Milei, seorang ekonom libertarian, kini justru dituding melakukan intervensi politik terhadap pasar bebas yang dia agung-agungkan.

Apa Implikasinya ke Dunia Kripto dan Politik Global?

Keterlibatan kepala negara dalam skandal kripto skala besar seperti ini jarang terjadi dan bisa menjadi preseden global. Jika terbukti bersalah, ini bisa menjadi pukulan telak terhadap legitimasi keterlibatan pejabat publik dalam promosi aset digital.

Lebih luas, kasus LIBRA ini menunjukkan bahwa regulasi kripto yang tidak jelas di negara berkembang dapat menjadi celah besar bagi manipulasi pasar. Pemerintah di berbagai belahan dunia, termasuk Brasil, Turki, dan bahkan Indonesia, kini semakin intens mengkaji perlunya aturan yang lebih ketat terhadap promosi aset kripto oleh figur publik.

Dari LIBRA ke Labil

Apa yang awalnya tampak seperti langkah komunikasi ringan di media sosial, kini berubah menjadi badai politik yang mengguncang negara. Argentina tengah memasuki fase penting bukan hanya karena pemilu yang semakin dekat, tetapi karena kepercayaan publik terhadap pemimpin tertinggi sedang diuji habis-habisan.

“Krisis kepercayaan adalah krisis yang paling mahal dan dalam politik, bisa berakhir dengan kehilangan segalanya.”

Nanovest News v3.23.2