Suku Bunga The Fed Masih Tertahan! Powell Waspadai Dampak Kebijakan Trump

The Fed menunda pemangkasan suku bunga di tengah inflasi tinggi dan kebijakan agresif Trump. Apakah pasar siap menghadapi suku bunga tinggi lebih lama? Baca selengkapnya di sini!

article author image

KikiMar 10, 2025

article cover image

Ketidakpastian ekonomi AS kembali meningkat setelah Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga.

Pernyataan ini menjadi sinyal bahwa The Fed akan menunggu kejelasan lebih lanjut terkait kebijakan Presiden Donald Trump sebelum mengambil keputusan lebih lanjut soal arah kebijakan moneter.

Pasar finansial, yang sebelumnya berekspektasi adanya tiga kali pemangkasan suku bunga sepanjang 2025, kini harus menghadapi kenyataan bahwa The Fed masih dalam mode "tunggu dan lihat".

"Kami tidak perlu terburu-buru dan berada dalam posisi yang baik untuk menunggu kejelasan lebih lanjut," ujar Powell dalam pidatonya di U.S. Monetary Policy Forum yang diselenggarakan oleh University of Chicago.

Lantas, apa yang membuat The Fed begitu berhati-hati?

Trump dan Ketidakpastian Ekonomi

Sejak kembali ke Gedung Putih, Trump mulai menggulirkan berbagai kebijakan agresif di sektor perdagangan, imigrasi, fiskal, dan regulasi. Namun, belum ada kejelasan mengenai dampak riil dari kebijakan-kebijakan tersebut terhadap ekonomi AS.

Powell menekankan bahwa The Fed harus memilah mana kebijakan yang benar-benar berdampak terhadap ekonomi dan mana yang hanya "kebisingan pasar". Ini berarti, sebelum memutuskan langkah berikutnya, The Fed ingin melihat dampak konkret dari kebijakan Trump terhadap inflasi, pasar tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi.

Salah satu faktor utama yang menimbulkan ketidakpastian adalah rencana tarif dagang Trump. Pasar bereaksi negatif terhadap wacana tarif baru yang bisa memicu kenaikan inflasi, membuat The Fed semakin waspada dalam menyesuaikan suku bunga.

Ekspektasi Pasar vs. Sikap The Fed

Sebelum pernyataan Powell, para investor memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak 75 basis poin di tahun ini, dengan pemangkasan pertama dimulai pada Juni.

Namun, dengan pernyataan terbaru Powell, skenario ini kini menjadi lebih tidak pasti. Powell menegaskan bahwa kebijakan moneter tidak berjalan dengan skenario tetap, melainkan akan menyesuaikan dengan data ekonomi yang berkembang.

"Kebijakan tidak berada di jalur yang sudah ditentukan. Kami siap menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian dalam mengejar mandat ganda kami," kata Powell.

Mandat ganda yang dimaksud adalah menjaga inflasi tetap terkendali di level 2% serta memastikan pasar tenaga kerja tetap kuat.

Inflasi Masih Jadi Tantangan Besar

Salah satu faktor utama yang menahan The Fed untuk memangkas suku bunga adalah inflasi yang masih di atas target. Data terbaru menunjukkan bahwa inflasi AS dalam 12 bulan terakhir mencapai 2,5% di atas target 2% The Fed. Jika makanan dan energi dikecualikan, inflasi inti bahkan lebih tinggi, yaitu 2,6%.

Powell mengakui bahwa jalan menuju inflasi yang stabil masih bergelombang, terutama dengan adanya wacana tarif baru yang berpotensi menaikkan harga barang impor.

Sementara itu, Gubernur The Fed Adriana Kugler menambahkan bahwa ada "risiko kenaikan inflasi yang signifikan", sehingga kebijakan suku bunga yang ketat mungkin masih diperlukan untuk beberapa waktu ke depan.

Pasar Tenaga Kerja Tetap Solid, Tapi Ada Tanda-Tanda Pelemahan

Dalam laporan terbaru Departemen Tenaga Kerja AS, nonfarm payrolls (jumlah pekerjaan di luar sektor pertanian) naik 151.000 pekerjaan di bulan Februari. Angka ini sedikit di bawah ekspektasi pasar, tetapi Powell tetap optimis bahwa pasar tenaga kerja masih berada dalam kondisi yang solid.

Beberapa indikator utama dari laporan ketenagakerjaan:

  1. Upah rata-rata per jam naik 0,3% di Februari dan meningkat 4% secara tahunan—lebih tinggi dari inflasi, yang berarti daya beli pekerja tetap terjaga.

  1. Tingkat pengangguran naik menjadi 4,1%, menandakan ada sedikit tekanan di pasar tenaga kerja.

"Pasar tenaga kerja masih kuat dan seimbang secara luas," ujar Powell.

Apa Dampaknya untuk Investor dan Ekonomi?

Keputusan The Fed untuk tetap berhati-hati berarti pasar finansial harus menyesuaikan ekspektasi mereka. Jika sebelumnya investor berharap pemangkasan suku bunga agresif, kini mereka harus bersiap dengan skenario di mana suku bunga tetap tinggi lebih lama.

Dampak utama yang bisa terjadi:

  • Pasar saham bisa mengalami volatilitas tinggi** seiring investor mencari kepastian dari The Fed.

  • Yield obligasi bisa tetap tinggi**, terutama di tenor jangka pendek.

  • Dolar AS berpotensi tetap kuat**, karena suku bunga yang lebih tinggi menarik arus modal global.

Sementara itu, dunia usaha juga akan memantau dampak kebijakan Trump terhadap inflasi dan daya beli masyarakat. Jika tarif dagang benar-benar diterapkan dan inflasi naik, The Fed bisa semakin enggan memangkas suku bunga.

Fed Tunggu Sinyal Jelas, Pasar Harus Bersiap

Jerome Powell mengirimkan pesan yang jelas: The Fed tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga. Dengan ketidakpastian yang masih tinggi, investor dan pelaku pasar harus siap menghadapi kemungkinan suku bunga bertahan lebih lama dari perkiraan.

  1. Inflasi masih menjadi tantangan utama dan belum cukup turun ke level target The Fed.

  1. Pasar tenaga kerja masih kuat, tetapi ada tanda-tanda pelemahan yang perlu diwaspadai.

  1. Ketidakpastian kebijakan Trump membuat The Fed memilih untuk menunggu kejelasan sebelum bertindak.

Dengan semua faktor ini, 2025 bisa menjadi tahun yang penuh kejutan bagi pasar keuangan, tergantung pada bagaimana kebijakan Trump akan berdampak terhadap ekonomi AS.

Apakah suku bunga benar-benar akan turun tahun ini? Atau justru tetap tinggi lebih lama? Semua mata kini tertuju pada data ekonomi berikutnya.

Nanovest News v3.23.2