Tokenisasi Obligasi Langkah Thailand Menuju Ekonomi Digital Masa Depan

Dengan G-tokens, Thailand ikuti tren global tokenisasi aset. Investasi obligasi kini lebih inklusif, dengan nilai minimum hanya $3 dan potensi imbal hasil menarik.

article author image

KikiMay 14, 2025

article cover image

Thailand tampaknya bersiap membuka lembaran baru dalam sejarah keuangan publik Asia Tenggara. Dalam sebuah langkah ambisius yang menjanjikan inklusi finansial secara masif, pemerintah Thailand akan menerbitkan obligasi pemerintah dalam bentuk token digital senilai $150 juta atau sekitar Rp2,4 triliun dan membuka pintu investasi mulai hanya dari $3, setara kurang dari Rp50.000.

Langkah ini bukan hanya gebrakan teknologi finansial. Ini adalah eksperimen sosial-ekonomi yang berani, yang bisa menjadi cetak biru masa depan pembiayaan negara dan peluang tak biasa bagi investor ritel.

“G-Tokens” Membuka Gerbang Investasi untuk Semua

Pengumuman resmi datang dari Menteri Keuangan Thailand, Pichai Chunhavajira, yang mengungkapkan rencana tersebut dalam konferensi pers pasca rapat kabinet pada 13 Mei lalu. Token yang disebut “G-tokens” ini bukanlah cryptocurrency seperti Bitcoin atau Ethereum. Ia adalah bentuk token investasi digital yang didukung oleh pemerintah dan dikelola melalui kerangka peraturan nasional.

Patchara Anuntasilpa, Direktur Jenderal Kantor Manajemen Utang Publik (Public Debt Management Office), menegaskan bahwa token ini tidak dikategorikan sebagai instrumen utang tradisional. Namun, fungsinya mirip: pemerintah meminjam dana dari masyarakat untuk pembiayaan publik.

Yang membuatnya berbeda? Aksesibilitas. Dengan nilai investasi awal serendah $3, G-tokens membuka jalan bagi segmen masyarakat yang sebelumnya terpinggirkan dari produk keuangan kelas atas.

“Satu nilai jual besar dari token ini adalah kemampuannya menarik lebih banyak investor ritel ke dalam ekonomi digital,” jelas Patchara.

Konteks Ekonomi Suku Bunga Rendah, Teknologi Tinggi

Thailand, seperti banyak negara lainnya, tengah bergulat dengan tantangan pertumbuhan ekonomi pasca-pandemi. Suku bunga perbankan stagnan di level rendah hanya 1,25% untuk deposito berjangka 12 bulan jauh dari suku bunga kebijakan bank sentral yang relatif tinggi.

Dalam kondisi seperti ini, produk investasi ritel yang menawarkan imbal hasil lebih menarik jelas menjadi magnet. Meski pemerintah belum mengumumkan berapa imbal hasil dari G-tokens, harapannya adalah jauh di atas simpanan bank konvensional.

Secara bersamaan, langkah ini juga sejalan dengan strategi digitalisasi ekonomi nasional. Pemerintah Thailand tengah menggenjot penggunaan teknologi blockchain dan digital asset exchange berlisensi sebagai sarana baru dalam pengelolaan dan distribusi pembiayaan negara.

Namun, ada catatan penting: G-tokens hanya akan diperdagangkan di bursa aset digital yang berlisensi dan hanya bisa diakses oleh warga negara Thailand kebijakan yang bisa membatasi potensi partisipasi asing, tapi sekaligus melindungi pasar domestik.

Tren Global Tokenisasi Obligasi Tumbuh Eksponensial

Langkah Thailand tidak terjadi dalam ruang hampa. Tokenisasi aset dunia nyata, termasuk obligasi, sedang mengalami lonjakan global. Menurut platform analitik RWA.xyz, nilai obligasi yang ditokenisasi secara on-chain telah melonjak dua kali lipat sejak awal 2025 menjadi $225 juta.

Bahkan untuk obligasi pemerintah AS, nilai yang ditokenisasi telah menyentuh $6,9 miliar naik 73% hanya dalam beberapa bulan pertama tahun ini.

Lembaga-lembaga besar seperti Goldman Sachs, JPMorgan, hingga European Investment Bank telah lebih dulu mencicipi pasar ini. Mereka memanfaatkan blockchain untuk efisiensi, transparansi, dan pengurangan biaya penerbitan obligasi.

Kini, Thailand menjadi negara berkembang pertama di kawasan ASEAN yang mengadopsi pendekatan serupa untuk pembiayaan publik.

Akankah Ini Menjadi Masa Depan Obligasi?

Pertanyaannya bukan lagi apakah tokenisasi akan menjadi norma, tapi kapan. Dengan biaya rendah, distribusi cepat, dan integrasi ke dalam sistem digital, obligasi digital dapat menyaingi sistem obligasi tradisional yang kompleks dan mahal.

Namun, tantangannya juga nyata: transparansi terhadap risiko, perlindungan investor, likuiditas pasar, serta kesiapan infrastruktur digital yang aman dan teruji.

Thailand mungkin tengah melakukan "uji coba pasar", sebagaimana dikatakan Menteri Keuangan, tapi hasilnya bisa membawa konsekuensi besar bagi dunia finansial Asia.

Thailand bukan hanya mengeluarkan produk keuangan baru. Mereka sedang menyusun ulang cara pemerintah dan rakyatnya berinteraksi secara ekonomi. Jika proyek G-token ini berhasil, bukan tak mungkin negara-negara lain akan mengikuti dan dunia investasi ritel tak akan pernah sama lagi.

Nanovest News v4.8.0