Tarif Baru AS Picu Reaksi Global, Lebih dari 50 Negara Ajukan Negosiasi
AS terapkan tarif baru, lebih dari 50 negara ajukan negosiasi. Dunia merespons, ketegangan meningkat, dan dampaknya terasa di pasar global.

Muhammad • Apr 8, 2025

Pemerintahan Presiden Donald Trump kembali memanaskan tensi ekonomi global dengan menerapkan tarif impor baru yang luas. Lebih dari 50 negara langsung menghubungi Gedung Putih untuk membuka jalur negosiasi. Kebijakan ini membuat pasar keuangan terguncang, memunculkan kekhawatiran akan resesi, dan mengacaukan sistem perdagangan internasional.
Tarif baru dijadwalkan mulai diberlakukan akhir pekan ini. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan bahwa praktik perdagangan tidak adil bukanlah hal yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Pemerintah AS akan melihat tawaran-tawaran dari negara lain dan menilai keseriusannya sebelum mengambil langkah lebih lanjut.
Sementara itu, Trump sendiri yang sedang berada di Florida menyampaikan pesan lewat media sosial: “WE WILL WIN. HANG TOUGH, it won't be easy.” Pernyataan tersebut mempertegas pendekatan keras yang diambil pemerintahannya, meskipun dampak negatif terhadap pasar mulai terasa.
Respon Dunia: Dari Israel Hingga Selandia Baru
Sejumlah negara, termasuk sekutu dekat AS, menyatakan keprihatinan atas langkah Trump. Israel terkena tarif sebesar 17% dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dijadwalkan bertemu Trump untuk membahas masalah ini. Vietnam juga menghubungi pemerintah AS, dan menyatakan kesediaan menurunkan tarif menjadi nol jika ada kesepakatan dagang yang tercapai.
Dari Eropa, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengaku tidak setuju dengan kebijakan Trump, namun siap menggunakan semua cara diplomatik dan ekonomi untuk membela sektor usaha di negaranya.
Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon, menyampaikan bahwa negaranya belum secara resmi terlibat dalam negosiasi tarif dengan AS, namun tetap menjalin komunikasi dengan pejabat pemerintah Amerika. Ia menegaskan bahwa Selandia Baru tidak akan menerapkan tarif balasan, demi mencegah inflasi yang bisa merugikan pelaku usaha dan konsumen di dalam negeri. Menurut Luxon, perdagangan bebas tetap menjadi jalur terbaik untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Perdebatan Memanas di Dalam Negeri AS
Di dalam negeri, kebijakan tarif ini menuai respons beragam. Meski banyak anggota Partai Republik mendukung langkah Trump, kekhawatiran tetap muncul, terutama soal dampak jangka panjang terhadap pasar dan dunia usaha. Sejumlah senator bahkan mendorong undang-undang baru yang mewajibkan presiden untuk mendapatkan persetujuan Kongres dalam memberlakukan tarif tambahan.
Sementara itu, Elon Musk tokoh bisnis dan kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan menyarankan agar AS dan Eropa menuju ke arah “zero tariff”. Namun pernyataan itu langsung ditanggapi sinis oleh penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, yang menuding Musk hanya membela kepentingan pribadinya sebagai produsen mobil.
Ekonom Lawrence Summers menambahkan bahwa pemerintah tidak bisa bersikap setengah-setengah. Jika tarif dimaksudkan untuk negosiasi semata, maka tidak akan ada keuntungan jangka panjang. Namun jika tujuannya adalah memindahkan manufaktur kembali ke AS, maka tarif harus menjadi kebijakan permanen. Menurutnya, Trump tidak bisa menginginkan dua hal yang saling bertentangan sekaligus.