Tekanan Deflasi Bayangi Pemulihan Ekonomi Tiongkok
Harga konsumen dan produsen Tiongkok turun pada Maret akibat perang dagang dan lemahnya ekspor, memicu seruan untuk stimulus ekonomi baru.

Muhammad • Apr 11, 2025

Harga konsumen di Tiongkok kembali turun untuk bulan kedua berturut-turut pada Maret, sementara deflasi harga produsen (factory-gate) semakin memburuk. Hal ini terjadi di tengah memanasnya perang dagang dengan Amerika Serikat, yang meningkatkan kekhawatiran atas meningkatnya tumpukan ekspor yang tak terjual dan dapat mendorong harga domestik turun lebih jauh.
Ekonomi terbesar kedua di dunia ini memulai tahun 2025 dengan langkah yang goyah. Meskipun ada sedikit peningkatan dalam penjualan ritel dan ekspansi kuat dalam aktivitas pabrik, hal tersebut tertutupi oleh meningkatnya angka pengangguran dan tekanan deflasi, yang memicu seruan untuk lebih banyak stimulus ekonomi.
Indeks harga konsumen (CPI) turun 0,1% pada bulan Maret dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data dari Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis pada Kamis. Penurunan ini lebih lambat dibandingkan penurunan 0,7% di bulan Februari, namun lebih buruk dari perkiraan jajak pendapat Reuters yang memperkirakan harga akan tetap stabil.
Perang Dagang Memperburuk Tekanan Ekonomi
“Tekanan deflasi terus berlanjut bulan lalu dan hampir dipastikan akan semakin dalam dalam beberapa kuartal mendatang, karena perusahaan-perusahaan Tiongkok semakin sulit mengekspor kelebihan pasokan mereka,” kata Julian Evans-Pritchard, kepala ekonom Tiongkok di Capital Economics.
Data yang lemah ini muncul di tengah minggu yang penuh gejolak bagi ekonomi global, di mana pasar keuangan terguncang setelah tarif besar-besaran dari AS terhadap semua mitra dagangnya mulai berlaku.
Meskipun Presiden AS, Donald Trump, memberikan sedikit kelonggaran dengan menarik kembali beberapa tarif pada Rabu, keputusannya untuk terus menaikkan bea masuk terhadap produk dari Tiongkok justru memperparah perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia ini.
Stimulus Tambahan dan Harapan pada Konsumsi Domestik
Secara bulanan, CPI turun 0,4% pada Maret, dibandingkan penurunan 0,2% di Februari, dan juga lebih buruk dari perkiraan penurunan 0,3%. Sementara itu, indeks harga produsen (PPI) turun 2,5% pada Maret dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi yang terlemah dalam empat bulan terakhir.
Evans-Pritchard memperkirakan PPI akan terus menurun seiring dengan turunnya harga komoditas dan tekanan terhadap ekspor. Inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan dan bahan bakar, naik 0,5% pada Maret dibandingkan tahun sebelumnya, membalikkan penurunan 0,1% pada bulan Juni.
Konsumsi menjadi fokus utama tahun ini, karena kontribusi ekspor bersih terhadap pertumbuhan diperkirakan akan negatif akibat kebijakan balasan dari Beijing terhadap tarif AS, yang menimbulkan keraguan terhadap target pertumbuhan PDB Tiongkok sekitar 5%.
Citi memprediksi akan ada stimulus tambahan sebesar 1 triliun hingga 1,5 triliun yuan pada pertengahan tahun. Ini bisa berupa subsidi tukar tambah barang, bantuan perawatan anak, dan dukungan untuk rumah tangga berpendapatan rendah.
Meskipun begitu, Evans-Pritchard menilai bahwa pengeluaran fiskal masih banyak difokuskan pada sisi penawaran ekonomi, sehingga dukungan terhadap konsumsi mungkin belum cukup untuk mengimbangi lemahnya ekspor.