Trump Mengecualikan Beberapa Produk Teknologi Tertentu Dari Tarif, Bagaimana Dampaknya Terhadap Kripto?
Para eksekutif dan investor teknologi mengkhawatirkan dampak tarif yang berdampak pada produk teknologi di berbagai tahap rantai pasokan.

Albert • Apr 14, 2025

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengeluarkan kebijakan yang cukup mengejutkan pasar global dengan memberikan pengecualian tarif terhadap berbagai produk teknologi penting. Produk-produk yang dibebaskan dari tarif timbal balik ini meliputi ponsel pintar, chip komputer, laptop, serta perangkat elektronik lainnya seperti modem, kartu penyimpanan, dioda, dan semikonduktor. Keputusan ini dianggap sebagai langkah strategis yang memberikan angin segar bagi industri teknologi Amerika yang selama ini menjadi salah satu sektor paling terdampak oleh memanasnya perang dagang global.
Menurut Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, kebijakan ini diambil untuk mengurangi tekanan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi besar yang mulai kehilangan daya saing akibat tarif tinggi. Dengan adanya pembebasan ini, banyak analis memperkirakan bahwa saham-saham teknologi akan mulai pulih, dan pasar secara keseluruhan akan menunjukkan reaksi yang lebih stabil. Hal ini terbukti dari respons cepat pasar keuangan, di mana indeks S&P 500 melonjak lebih dari 10% dan harga Bitcoin mengalami kenaikan sekitar 9% hanya dalam satu hari.
Kenaikan harga Bitcoin yang menembus $85.000 pada 12 April juga menandakan bahwa pasar kripto sangat responsif terhadap kebijakan ekonomi makro, terutama jika berkaitan dengan kestabilan perdagangan internasional. Hubungan erat antara saham teknologi dan aset kripto membuat investor semakin yakin bahwa suasana pasar sedang menuju arah yang lebih positif.
Selain itu, Trump juga menetapkan jeda selama 90 hari terhadap penerapan tarif timbal balik dan menurunkan besaran tarif menjadi 10% untuk negara-negara yang tidak memberlakukan tarif balasan terhadap produk-produk Amerika. Langkah ini dipandang sebagai bentuk strategi diplomasi ekonomi yang bertujuan membuka kembali ruang negosiasi antara AS dan Tiongkok.
Namun, beberapa pihak tetap skeptis. Trader makro Raoul Pal menyatakan bahwa kebijakan tarif ini lebih sebagai alat negosiasi ketimbang solusi permanen. Max Keiser juga menilai bahwa pelonggaran tarif tidak cukup untuk menurunkan imbal hasil obligasi. Terbukti, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun melonjak hingga 4,5% karena kekhawatiran investor terhadap arah ekonomi jangka panjang. Kepercayaan terhadap dolar AS dan obligasi juga masih goyah, menandakan bahwa tantangan makro ekonomi belum sepenuhnya mereda.