Laporan: AS Pertimbangkan Pengecualian Tarif Sektoral 2 April, Situasi Belum Pasti

Kebijakan tarif ini bertujuan untuk mengurangi defisit perdagangan barang global AS, yang mencapai $1.2 triliun.

article author image

AjengMar 25, 2025

article cover image

Presiden AS, Donald Trump, kemungkinan akan mengecualikan satu set tarif khusus sektor tertentu saat menerapkan pungutan timbal balik pada tanggal 2 April, Wall Street Journal dan Bloomberg melaporkan. Tetapi seorang Pejabat Pemerintahan Trump pada hari Senin memperingatkan bahwa situasinya berubah-ubah, dan belum ada keputusan akhir yang dibuat.

Trump sendiri pada akhirnya akan menentukan isi dari pengumuman 2 April, yang ia sebut-sebut sebagai “Hari Pembebasan” untuk ekonomi AS.

Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi defisit perdagangan barang global senilai $1.2 triliun dengan menaikkan tarif AS ke tingkat yang dibebankan oleh negara-negara lain dan melawan hambatan perdagangan non-tarif mereka.

Trump mengatakan pada bulan Februari bahwa ia bermaksud untuk memberlakukan tarif mobil “di sekitar 25%” dan bea serupa untuk impor semikonduktor dan farmasi, tetapi ia kemudian setuju untuk menunda beberapa tarif mobil setelah adanya dorongan dari tiga produsen mobil terbesar di AS untuk pengabaian.

Wall Street Journal dan Bloomberg sebelumnya melaporkan bahwa tarif khusus sektor ini diperkirakan akan ditunda, juga mengutip dari seorang Pejabat Pemerintahan.

Serangan tarif besar-besaran Trump sejak pelantikannya pada bulan Januari telah ditandai dengan ancaman, pembatalan, dan penundaan, kadang-kadang dalam beberapa jam setelah tenggat waktu pemberlakuan, karena tim perdagangannya merumuskan kebijakan dengan cepat.

Sejauh ini, ia telah memberlakukan bea masuk baru sebesar 20% untuk impor China, mengembalikan bea masuk 25% untuk impor baja dan aluminium global, serta menampar tarif 25% untuk impor dari Canada dan Mexico yang tidak sesuai dengan perjanjian perdagangan Amerika Utara terkait krisis overdosis fentanil di Amerika.

Dua Pejabat Aenior Trump yakni Menteri Keuangan, Scott Bessent, dan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, mengatakan pekan lalu bahwa pemerintah diperkirakan akan memfokuskan pengumuman tarif timbal balik 2 April yang telah dinanti-nantikan pada sekumpulan negara yang lebih sempit dengan surplus perdagangan terbesar, dan hambatan tarif juga non-tarif yang tinggi.

Bessent menyebutnya sebagai “Dirty 15” yang merujuk pada 15% negara, sementara Hassett mengatakan kepada Fox Business bahwa fokusnya adalah pada 10 - 15 negara.

Juru Bicara Kantor Perwakilan Dagang AS, yang memimpin upaya untuk menentukan tarif timbal balik, tidak segera menanggapi permintaan komentar. Juru bicara Gedung Putih juga tidak memberikan tanggapan.

Dalam sebuah permintaan komentar publik pada tarif resiprokal, USTR mengatakan bahwa pihaknya sangat tertarik dengan pengajuan untuk mitra dagang AS terbesar, dan mereka yang memiliki surplus perdagangan barang tertinggi.

USTR menyebut Argentina, Australia, Brasil, Canada, China, Uni Eropa, India, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Mexico, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Swiss, Taiwan, Thailand, Turki, Inggris, dan Vietnam sebagai negara yang paling diminati, dan menambahkan bahwa negara-negara tersebut mencakup 88% dari total perdagangan barang dengan AS.

Nanovest News v3.23.2