Buffett Lepas 510 Juta Saham Apple: Mengapa Ini Bisa Jadi Taruhan Terbaiknya?

Warren Buffett melakukan penjualan besar-besaran saham Apple di awal 2024. Apakah ini langkah defensif atau strategi jitu menghadapi pasar yang overvalued?

article author image

RendyAug 12, 2024

article cover image

Pada awal tahun 2024, dunia investasi dikejutkan oleh langkah berani Warren Buffett, salah satu investor paling disegani sepanjang masa. Melalui konglomeratnya, Berkshire Hathaway, Buffett mulai melakukan penjualan besar-besaran terhadap saham Apple yang selama ini menjadi salah satu andalan portofolionya. Dalam dua kuartal pertama tahun ini, Buffett telah menjual sekitar 510 juta saham Apple, mengurangi kepemilikan Berkshire di raksasa teknologi ini hingga 56%.

Langkah ini memicu spekulasi bahwa Buffett mungkin kehilangan optimisme terhadap masa depan Apple, terutama setelah lonjakan fantastis harga saham Apple selama tujuh tahun terakhir. Namun, meskipun menjual sebagian besar sahamnya, Apple tetap menjadi kepemilikan ekuitas terbesar Berkshire, menyumbang sekitar 41% dari portofolio konglomerat tersebut.

Pada rapat tahunan Berkshire Hathaway di bulan Mei, Buffett masih menunjukkan kekagumannya terhadap Apple. Dia bahkan menyebut Apple sebagai "bisnis yang lebih baik" dibandingkan dengan dua investasi lamanya yang lain, Coca-Cola dan American Express, yang juga dikenal sebagai investasi andalannya selama bertahun-tahun.

Langkah yang Cerdik di Pasar yang Mahal

Buffett tidak menjelaskan alasan di balik penjualan besar-besaran ini. Namun, langkah ini jelas mencerminkan sikap defensif Buffett di pasar yang semakin mahal. Berkshire Hathaway telah menjual saham senilai $90 miliar pada paruh pertama 2024, dan sebagian besar dari jumlah ini berasal dari penjualan saham Apple. Langkah ini meningkatkan cadangan kas Berkshire dari $189 miliar pada akhir kuartal pertama menjadi $278 miliar.

Selain Apple, Buffett juga melepaskan saham Bank of America, investasi besar lainnya yang juga terbukti sangat menguntungkan. Pada bulan Juli, Berkshire menjual saham Bank of America senilai $4 miliar, menambah tumpukan uang tunai yang besar untuk diinvestasikan kembali ke dalam aset-aset yang harganya telah tertekan, mirip dengan saat dia pertama kali membeli saham Apple dan Bank of America.

Keputusan Buffett untuk menjual saham Apple bisa dibilang sebagai contoh sempurna dari strategi "jual di harga tinggi". Dengan valuasi Apple yang melonjak dari rasio harga-pendapatan (PE) 16 ketika Buffett pertama kali membeli sahamnya, hingga PE 32 pada saat dia mulai mengambil keuntungan besar, saham Apple dianggap sudah terlalu mahal.

Buffett tampaknya menyadari bahwa di harga saat ini, pemegang saham baru atau mereka yang baru saja membeli saham Apple, akan menghadapi tantangan besar untuk mendapatkan keuntungan dua digit di tahun-tahun mendatang.

Memanfaatkan Momentum dengan Tepat

Namun, yang menarik adalah bahwa Buffett tidak berhasil menjual di puncak tertinggi. Saham Apple mencapai $211 pada akhir kuartal kedua—pada saat penjualan besar-besaran Berkshire—sebelum melonjak 12% menjadi rekor $235 pada 16 Juli. Sayangnya, saham Apple kemudian terguncang akibat gejolak yang melanda kelompok saham teknologi besar, yang dikenal sebagai "Magnificent Seven", sehingga kembali turun ke level $211 pada awal Agustus.

Pengumuman bahwa Berkshire telah menjual sebagian besar sahamnya pada 5 Agustus turut berkontribusi pada penurunan harga saham Apple. Meskipun demikian, penurunan ini bukan disebabkan oleh kinerja buruk dari perusahaan, melainkan ekspektasi pasar yang berlebihan.

Keputusan Buffett untuk menjual sebagian besar saham Apple ini sebenarnya adalah langkah yang cermat dalam mengantisipasi potensi koreksi harga yang lebih besar. Ini juga menjadi pengingat bagi investor lain bahwa bahkan perusahaan terbesar di dunia tidak kebal terhadap gejolak pasar dan ekspektasi yang terlalu tinggi. Buffett, dengan kecerdikannya, kembali menunjukkan bahwa dalam dunia investasi, mengetahui kapan harus mengambil keuntungan adalah kunci untuk bertahan dan terus berkembang.

Sebagai kesimpulan, langkah Warren Buffett untuk mengurangi eksposur pada Apple mencerminkan strategi yang bijak di tengah ketidakpastian pasar. Sementara banyak investor mungkin terpaku pada potensi kenaikan, Buffett memilih untuk mengamankan keuntungan dan mempersiapkan diri menghadapi peluang baru yang mungkin muncul di masa depan. Ini adalah pelajaran penting bagi semua investor—bahwa bahkan dalam keberhasilan, terdapat kebijaksanaan dalam pengelolaan risiko dan perencanaan jangka panjang.

Nanovest News v3.16.0