Bitcoin Naik 33% Setahun Setelah Halving, Siklus Pasar Dipercepat Institusi
Setahun pasca halving 2024, Bitcoin melonjak 33% dan capai ATH lebih cepat dari siklus sebelumnya. ETF dan investor institusi dorong percepatan tren harga BTC.

Kiki • Apr 21, 2025

Tepat setahun setelah peristiwa halving Bitcoin 2024, para pemegang BTC punya alasan kuat untuk tersenyum. Di tengah bayang-bayang perang dagang global, ketegangan tarif antara AS dan China, serta ketidakpastian moneter, Bitcoin tetap melesat naik 33% sebuah pencapaian yang bukan hanya mencerminkan ketahanan aset digital ini, tapi juga kemungkinan munculnya siklus pasar baru yang lebih cepat dan likuid.
Pertanyaannya kini bukan lagi “berapa harga tertinggi Bitcoin berikutnya?”, tetapi “seberapa cepat kita akan sampai ke sana?”
Halving 2024 Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Pada April 2024, jaringan Bitcoin mengalami halving keempat dalam sejarahnya mengurangi hadiah blok dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC. Mekanisme ini adalah bagian dari kebijakan moneter Bitcoin yang tertanam langsung dalam protokolnya: menciptakan kelangkaan terprogram (programmed scarcity), mirip seperti cadangan emas yang terbatas.
Tradisionalnya, halving memicu reli harga dalam jangka 12 hingga 18 bulan ke depan. Tapi tahun ini, pergerakan pasar tampak berbeda: lebih cepat, lebih tajam, lebih matang.
Menurut data Cointelegraph Markets Pro, harga Bitcoin mencapai ATH baru di atas $109.000 hanya dalam 273 hari setelah halving. Sebagai perbandingan:
Halving 2020: butuh 546 hari untuk capai ATH
Halving 2016: butuh 518 hari
Halving 2012: butuh lebih dari 370 hari
Siklus empat tahunan Bitcoin yang biasanya jadi acuan investor mungkin kini tak lagi berlaku secara klasik.
Masuknya Institusi Game Changer Siklus Pasar
Menurut analis pasar Enmanuel Cardozo dari platform tokenisasi aset Brickken, masuknya institusi seperti Strategy dan Tether bisa mempercepat durasi siklus harga Bitcoin yang dulu ditentukan oleh ritme halving.
"Kita mungkin akan lihat siklus puncak terjadi lebih awal, mungkin bahkan sebelum pertengahan 2026," katanya.
“Karena sekarang pasar lebih likuid, dengan partisipasi institusi dan produk derivatif seperti ETF Bitcoin.”
Pernyataan ini didukung oleh data aktivitas ETF BTC yang terus meningkat sejak produk ini disetujui SEC pada awal 2024. Produk seperti BlackRock iShares Bitcoin Trust (IBIT) dan Fidelity Wise Origin BTC Fund (FBTC) telah mengakumulasi lebih dari $15 miliar aset hanya dalam beberapa bulan.
Ketegangan Global Tidak Menghentikan Bitcoin
Yang lebih mengejutkan lagi, reli ini terjadi di tengah badai geopolitik. Tarik-ulur perang tarif antara AS dan China kembali memanas, mengancam rantai pasok global dan memperburuk sentimen pasar saham.
Namun alih-alih terseret turun, Bitcoin justru semakin diminati sebagai aset lindung nilai (hedging asset).
Jika dulu Bitcoin dianggap spekulatif, kini ia mulai disandingkan dengan emas sebagai "aset keras digital" (digital hard money), terutama di kalangan institusi manajemen kekayaan dan dana pensiun.
Tapi Arah Masih Tergantung The Fed
Meskipun semua indikator menunjukkan kekuatan, kebijakan moneter AS tetap jadi variabel utama. Jika Federal Reserve benar-benar menurunkan suku bunga pada Mei atau Juni, itu akan menyuntikkan likuiditas baru ke pasar dan bisa menjadi katalis tambahan bagi Bitcoin.
Namun jika Fed mempertahankan sikap hawkish, tekanan jual bisa terjadi, meski sifat deflasi Bitcoin tetap menjadi penopang jangka panjang.
Siklus Bitcoin 2024 Mungkin Bukan Sekadar Ulangan Masa Lalu
Perayaan 1 tahun halving kali ini mengirimkan sinyal tegas: Bitcoin tidak lagi mengikuti pola lama secara mutlak. Partisipasi institusi, produk ETF, kondisi makro, dan sentimen global kini jadi variabel utama yang membentuk siklus pasar berikutnya.
Dan jika tren saat ini berlanjut, kita bisa saja melihat Bitcoin menembus $120.000 bahkan sebelum Q4 2025.