Bitcoin Semakin Dipandang sebagai Aset Berisiko, Bukan Penyimpan Nilai
Bitcoin semakin dipandang sebagai aset berisiko, bukan penyimpan nilai. Korelasinya dengan saham meningkat, sementara hubungannya dengan emas melemah.

Muhammad • Feb 11, 2025

Perilaku pasar Bitcoin (BTC) terus berkembang, dengan tren terbaru menunjukkan bahwa aset ini lebih diperlakukan sebagai aset berisiko (risk-on asset) daripada penyimpan nilai tradisional, menurut laporan terbaru dari Bitfinex.
Selama lebih dari 75 hari, harga Bitcoin berada dalam kisaran konsolidasi antara $91.000 dan $102.000, mencerminkan volatilitas yang menurun dan stabilitas pasar yang meningkat.
Laporan tersebut menyoroti bahwa korelasi Bitcoin dengan pasar saham semakin kuat, sementara hubungannya dengan emas melemah. Hal ini menunjukkan bahwa peran Bitcoin lebih condong sebagai aset berisiko daripada alat lindung nilai jangka panjang.
Selain itu, Bitfinex mencatat bahwa Bitcoin masih sangat sensitif terhadap perkembangan makro ekonomi dan bereaksi tajam terhadap peristiwa geopolitik, termasuk kebijakan tarif baru yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump terhadap Meksiko, Kanada, dan China.
Bitcoin Sebagai Aset Berisiko
Meskipun sering disebut sebagai "emas digital," pergerakan harga Bitcoin tidak mencerminkan reli emas baru-baru ini. Korelasinya dengan indeks S&P 500 semakin menguat, sementara hubungannya dengan emas semakin melemah.
Bitcoin belum mengalami aliran dana institusional jangka panjang seperti yang mendorong kenaikan harga emas. Bank sentral, dana kekayaan negara, dan investor institusional telah meningkatkan kepemilikan emas secara signifikan di tengah ketidakpastian ekonomi. Sebaliknya, permintaan Bitcoin masih didorong oleh spekulasi.
Meskipun perdagangan ETF Bitcoin telah meningkatkan adopsi secara lebih luas, instrumen investasi ini tetap sangat fluktuatif.
Laporan Bitfinex mencatat bahwa ETF Bitcoin secara kolektif mengelola aset senilai lebih dari $116 miliar, setara dengan 6,08% dari total pasokan Bitcoin. Namun, aliran dana di ETF Bitcoin masih tidak konsisten, dengan arus keluar besar sebesar $234,4 juta dan $140,2 juta pada hari-hari tertentu minggu lalu.
Sebaliknya, emas mendapatkan dukungan dari pembelian struktural, karena investor mencari lindung nilai terhadap inflasi, ketidakstabilan ekonomi, dan kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Kebijakan perdagangan agresif dari pemerintahan Trump dan ekspansi fiskal yang sedang berlangsung semakin mendorong alokasi institusional ke emas, memperkuat perannya sebagai aset defensif. Sementara itu, Bitcoin masih dianggap sebagai aset dengan volatilitas tinggi.
Selain itu, meskipun imbal hasil obligasi pemerintah AS menurun, premi risiko meningkat akibat perang dagang dan ketidakpastian politik di AS, yang menyebabkan volatilitas pasar saham. Pergerakan harga Bitcoin mencerminkan tren ini, semakin menegaskan statusnya sebagai aset berisiko daripada penyimpan nilai yang stabil.
Bitcoin Semakin Matang sebagai Aset Investasi
Meskipun demikian, Bitfinex mengakui bahwa minat institusional terhadap Bitcoin terus meningkat, dengan sekitar $196 miliar Bitcoin yang kini dimiliki oleh ETF, negara, serta perusahaan publik dan swasta.
Hal ini menunjukkan bahwa peran Bitcoin sebagai lindung nilai jangka panjang terhadap inflasi dan devaluasi mata uang masih terus berkembang.
Selain itu, laporan tersebut mencatat bahwa volatilitas tahunan Bitcoin yang terealisasi telah mencapai level terendah sepanjang masa di 46%, menandakan peningkatan kematangan pasar.
Meskipun faktor makroekonomi masih dapat memengaruhi Bitcoin dalam jangka pendek, tesis investasinya tetap kuat. Kenaikan harga emas, meningkatnya minat institusional, dan penurunan volatilitas dapat mendukung peralihan Bitcoin menjadi aset keuangan yang lebih mapan di masa depan.