ETF Spot Bitcoin Mengalami Arus Keluar $772 Juta Karena Investor Bersiap Menghadapi Inflasi Yang Disebabkan Oleh Tarif
Meningkatnya arus keluar dari ETF Bitcoin spot mencerminkan kekhawatiran investor bahwa inflasi yang lebih tinggi dapat terjadi setelah tarif AS yang baru-baru ini diterapkan di beberapa negara.

Albert • Apr 11, 2025

ETF Bitcoin Spot Tertekan di Tengah Ketidakpastian Perang Dagang
Dana ETF Bitcoin spot mengalami tekanan besar akibat ketidakpastian yang dipicu oleh memanasnya perang dagang global. Dari 28 Maret hingga 8 April, tercatat arus keluar bersih mencapai $595 juta berdasarkan data Farside Investors. Meskipun pemerintah AS sempat menangguhkan sebagian besar tarif impor pada 9 April, dana ETF tersebut tetap mencatat penarikan dana tambahan sebesar $127 juta.
Hal ini memunculkan keraguan di kalangan investor, terutama mengapa kenaikan harga Bitcoin hingga $82.000 pada tanggal tersebut tidak mampu mengembalikan kepercayaan mereka terhadap ETF berbasis Bitcoin.
Risiko Kredit Meningkat, Investor Beralih ke Aset Aman
Menurunnya minat terhadap Bitcoin sebagian dipengaruhi oleh meningkatnya kekhawatiran akan resesi ekonomi. Michael Weidner dari Lazard Asset Management menyebutkan bahwa likuiditas di sektor kredit mulai mengering. Akibatnya, banyak investor mulai mengamankan dana mereka ke aset yang lebih stabil seperti obligasi pemerintah dan simpanan tunai, yang berpotensi memicu krisis kredit.
Krisis kredit merujuk pada penurunan tajam dalam ketersediaan pinjaman, yang bisa menghambat investasi dan konsumsi. Fenomena ini bisa terjadi bahkan saat imbal hasil obligasi pemerintah tetap, karena persepsi risiko peminjam yang tinggi dapat membatasi distribusi kredit.
Ross Mayfield dari RW Baird menambahkan bahwa meskipun Bank Sentral AS (The Fed) memangkas suku bunga untuk meredam gejolak ekonomi, perusahaan masih akan menghadapi tekanan biaya utang yang meningkat, terutama di tengah kondisi stagflasi akibat tarif impor.
Selisih antara imbal hasil obligasi korporasi dan obligasi pemerintah juga melebar secara signifikan—pelebatan tertinggi sejak krisis perbankan regional Maret 2023. Ini menunjukkan meningkatnya risiko yang dirasakan investor saat membeli obligasi perusahaan.
Perang Dagang Hambat Minat Terhadap Bitcoin
Di sisi lain, pemangkasan suku bunga oleh The Fed dipandang belum cukup untuk mengembalikan optimisme pasar. Bahkan laporan CPI AS bulan Maret yang menunjukkan inflasi hanya 2,8%—terendah dalam empat tahun terakhir—tidak mampu mendorong pasar saham. Ekonom Joe Brusuelas memperkirakan data ini bisa menjadi yang terakhir sebelum inflasi terdorong kembali akibat tarif.
Para pelaku pasar tampaknya menunggu pemulihan di sektor obligasi korporasi sebelum kembali tertarik pada ETF Bitcoin. Selama kekhawatiran resesi belum mereda, aset seperti obligasi pemerintah dan uang tunai masih menjadi pilihan utama. Untuk membalikkan tren ini, dibutuhkan perubahan persepsi besar terhadap keunggulan Bitcoin seperti kebijakan moneter tetap dan ketahanan terhadap sensor. Namun, hal ini kemungkinan baru akan terjadi dalam jangka panjang.