Kiyosaki Sebut Bitcoin Lebih Aman dari Emas Jelang Crash Pasar Global
Robert Kiyosaki prediksi kehancuran pasar saham dan real estat. Ia kritik The Fed, sebut dolar sebagai "uang palsu", dan dorong publik beralih ke Bitcoin. Ini penjelasannya.

Kiki • May 13, 2025

Robert Kiyosaki kembali memukul gong krisis. Dalam sebuah pernyataan tegas di platform X pada 6 Mei lalu, penulis buku legendaris Rich Dad Poor Dad menyebut bahwa bitcoin adalah perlindungan terbaik dari kehancuran finansial yang “paling besar dalam sejarah”. Bukan emas, bukan perak, dan tentu saja bukan dolar Amerika.
Di tengah kabar bahwa pasar saham, obligasi, dan real estat siap menghadapi badai besar, Kiyosaki menyatakan hanya ada tiga pelindung nilai yang ia percayai: emas, perak, dan bitcoin. Namun, yang paling ia pegang erat dalam arti harfiah dan ideologis adalah Bitcoin.
“Saya Punya Tambang Emas, Tapi Tetap Pilih Bitcoin”
Pernyataan Kiyosaki bukan main-main. Ia mengaku memiliki tambang emas, perak, dan sumur minyak tapi menegaskan bahwa Bitcoin lebih bisa dipercaya. “Jika harga emas atau perak naik, saya tinggal tambang lagi. Tapi tidak dengan Bitcoin. Jumlahnya tetap 21 juta. Titik,” tulisnya.
Pernyataan ini menjadi penegasan ulang atas argumen utama para maximalist BTC: digital scarcity. Tidak peduli seberapa kuat keinginan pasar, pasokan Bitcoin tidak akan pernah melebihi 21 juta koin.
Sebuah karakteristik yang tidak dimiliki bahkan oleh emas yang selama ini dijuluki “safe haven” utama.
Dalam konteks inflasi tinggi dan kepercayaan publik yang mulai rapuh terhadap bank sentral, argumen ini terdengar semakin relevan.
Prediksi Kiamat Finansial Mulai Menjadi Kenyataan?
Mengutip bukunya yang dirilis tahun 2002, Rich Dad’s Prophecy, Kiyosaki mengklaim bahwa "keruntuhan pasar terbesar sepanjang sejarah" sedang terjadi sekarang. Ia memprediksi kehancuran simultan pasar saham, obligasi, dan properti dalam waktu yang “sangat-sangat dekat”.
Apakah ini sekadar retorika dramatis khas penulis bestseller? Tidak sesederhana itu. Data makro memang mengindikasikan tekanan. Imbal hasil obligasi melonjak, indeks saham mulai goyah, dan suku bunga tinggi mulai menggerus daya beli masyarakat kelas menengah terutama di Amerika Serikat.
Bagi Kiyosaki, ini adalah saatnya mencairkan portofolio fiat dan memarkir nilai pada instrumen yang tidak bisa dimanipulasi oleh pemerintah. Dan untuk pertama kalinya secara eksplisit, ia menyebut Bitcoin lebih unggul dibanding emas dan perak, bukan hanya sebagai pelengkap.
“Uang Palsu” dan Ketidakpercayaan Terhadap The Fed
Kiyosaki juga menegaskan ketidakpercayaannya terhadap Federal Reserve dan Departemen Keuangan AS, menyebut keduanya sebagai pencetak “uang palsu”. Dalam pandangannya, setiap kali krisis datang, pemerintah hanya akan “menyalakan mesin cetak” dan membanjiri sistem dengan likuiditas yang pada akhirnya akan menghancurkan nilai dolar itu sendiri.
Ia memperkirakan bahwa jika crash benar-benar terjadi, The Fed akan kembali mencetak triliunan dolar, meningkatkan jumlah uang beredar (M2), dan memperparah inflasi. Dan itulah mengapa, menurutnya, “savers are losers” menabung dalam mata uang fiat hanyalah jalan pelan menuju kehancuran daya beli.
Arah Pasar Sentimen Investor Mulai Bergeser
Pernyataan Kiyosaki datang di saat yang krusial. Bitcoin baru saja menembus level $98.000, didorong oleh meningkatnya aliran dana institusional dan ketidakpastian makro. ETF spot BTC terus mencatatkan inflow, dan indeks Fear & Greed kembali berada di zona “Greed”.
Dengan latar ini, suara Kiyosaki bukan lagi suara pinggiran. Ia menjadi bagian dari narasi baru: bahwa Bitcoin bukan hanya spekulatif, tetapi juga strategis. Bukan hanya anti-inflasi, tapi juga anti-manipulasi.
Dari Buku ke Blockchain
Jika tahun 2002 adalah tahun saat Kiyosaki memperingatkan soal crash besar dalam bentuk buku, maka 2025 adalah momen ketika ia menyampaikannya dalam bentuk digital dan bertindak sesuai dengan itu.
Pilihannya terhadap Bitcoin atas emas adalah sinyal bahwa narasi “emas digital” kini benar-benar mendapat restu dari salah satu ikon finansial ritel paling berpengaruh.
Apakah dia benar kali ini? Waktu yang akan membuktikan. Tapi satu hal pasti: investor retail dan institusi sudah mulai mendengarkan, dan mungkin, bertindak.