Kontroversi Coinbase dan Bitcoin ETF: Benarkah Ada Manipulasi?
Coinbase menghadapi tuduhan memanipulasi pasar Bitcoin dengan dana BlackRock, namun analis Bloomberg dan CEO Coinbase menegaskan tuduhan tersebut tidak berdasar.
M • Sep 17, 2024
Rumor kontroversial kembali muncul di dunia kripto, kali ini menargetkan Coinbase, salah satu bursa kripto terbesar di dunia. Tuduhan yang menyebar di media sosial pada 16 September lalu mengklaim bahwa Coinbase tidak menggunakan dana dari BlackRock, manajer aset terbesar di dunia, untuk membeli Bitcoin (BTC) sungguhan. Alih-alih, rumor menyebut bahwa bursa ini menerbitkan surat utang dan menggunakan dana tersebut untuk memanipulasi harga Bitcoin.
Namun, klaim ini segera dibantah oleh Eric Balchunas, analis senior ETF di Bloomberg. Menurut Balchunas, tuduhan tersebut tidak masuk akal dan menegaskan bahwa BlackRock, sebagai manajer aset dengan reputasi global, tidak akan membiarkan hal semacam itu terjadi.
"BlackRock tidak main-main, mereka akan marah besar jika Coinbase melakukan hal seperti itu," tegasnya, sambil menambahkan bahwa tindakan semacam itu akan melanggar regulasi yang ketat.
Bantahan Coinbase: Semua Aman dan Transparan
CEO Coinbase, Brian Armstrong, juga merespons tuduhan ini dengan tegas. Ia menyatakan bahwa semua transaksi yang terkait dengan ETF Bitcoin sepenuhnya diselesaikan secara on-chain, yaitu menggunakan blockchain publik untuk transparansi.
Menurut Armstrong, para klien institusional Coinbase memiliki opsi perdagangan di luar jaringan melalui over-the-counter (OTC) sebelum transaksi tersebut diselesaikan di blockchain. Semua dana, tegasnya, disimpan dengan aman di Coinbase Prime Vaults dalam waktu satu hari kerja.
Lebih lanjut, Armstrong menjelaskan bahwa Coinbase memang sengaja menawarkan solusi yang memungkinkan aliran dana institusional yang besar masuk ke Bitcoin. Ia juga menghindari memberikan detail lebih lanjut terkait alamat spesifik dompet klien institusional, karena alasan privasi dan potensi risiko transaksi kecil acak yang mengganggu.
Alasan di Balik Teori Konspirasi
Eric Balchunas menjelaskan bahwa ada dua alasan mengapa teori konspirasi semacam ini muncul. Pertama, banyak investor Bitcoin yang frustasi dengan tekanan jual yang membuat harga BTC terus dalam tren penurunan sejak Maret 2024.
Balchunas menganggap para investor mencari kambing hitam untuk menyalahkan situasi ini, padahal, menurutnya, ETF seperti ini justru telah beberapa kali menyelamatkan pasar dari penurunan yang lebih parah.
Kedua, terdapat ketidakpercayaan umum di kalangan investor Bitcoin terhadap pemerintah dan institusi besar. Hal ini serupa dengan skeptisisme yang dulu dihadapi oleh ETF emas, di mana banyak orang menyebutnya sebagai "emas kertas." Balchunas menyebut fenomena ini sebagai "deja vu" yang berulang di dunia aset digital.
Kontroversi Produk cbBTC
Selain tuduhan terhadap ETF, produk cbBTC (Bitcoin sintetis) yang baru diluncurkan oleh Coinbase juga mendapat kritik dari komunitas kripto. Produk ini berhasil melampaui kapitalisasi pasar $100 juta pada hari peluncurannya.
Namun, beberapa kritikus, termasuk pendiri Tron, Justin Sun, menyatakan kekhawatiran bahwa produk ini tidak memiliki bukti cadangan yang jelas, dan menuduh bahwa pemerintah AS dapat membekukan saldo pengguna kapan saja.
Justin Sun menyebut bahwa cbBTC adalah "Bitcoin versi bank sentral" yang memberi terlalu banyak kekuasaan kepada pemerintah untuk mengontrol aset pengguna. Kritikan ini menyuarakan ketakutan yang meluas di komunitas kripto tentang potensi sentralisasi dalam produk-produk Bitcoin.
Brian Armstrong menanggapi kritik ini dengan menjelaskan bahwa pengguna harus, memang, mempercayai kustodian terpusat untuk menyimpan cadangan BTC yang mendukung produk Coinbase tersebut. Namun, ia tetap meyakinkan bahwa sistem mereka aman dan transparan.
Di tengah meningkatnya pengawasan dan regulasi di sektor kripto, Coinbase harus terus menjaga transparansi untuk menjaga kepercayaan investor, terutama di saat produk seperti ETF Bitcoin dan cbBTC terus berkembang pesat.