Korporasi Jadi Raja Pembeli Bitcoin 2025, Retail Malah Lepas Aset
Dari strategi agresif MicroStrategy hingga debut mengejutkan Rumble dan Metaplanet, tren kepemilikan Bitcoin bergeser drastis ke tangan korporat. Apa artinya ini bagi masa depan BTC dan investor ritel?

Kiki • May 13, 2025

Dunia keuangan kripto sedang mengalami perubahan dramatis dalam pola kepemilikan Bitcoin. Di tahun ini, bukan lagi investor ritel atau ETF yang paling agresif menumpuk BTC. Sebaliknya, para pemain korporat tampil sebagai pembeli terbesar.
Menurut laporan terbaru dari River, sebuah perusahaan investasi Bitcoin, korporasi telah menambah kepemilikan mereka sebesar 157.000 BTC sejak awal 2025. Nilai itu setara dengan sekitar $16 miliar pada harga saat ini.
Fakta mengejutkan lainnya: hampir 77% dari pertumbuhan itu berasal dari MicroStrategy, perusahaan pimpinan Michael Saylor yang kini makin dikenal sebagai "pangeran Bitcoin korporasi."
Dan Saylor tampaknya tidak main-main. Dalam satu gerakan besar, MicroStrategy membeli 13.390 BTC senilai $1,34 miliar, mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan publik dengan kepemilikan Bitcoin terbesar di dunia.
Namun bukan hanya raksasa teknologi atau investasi yang terjun. Perusahaan dari berbagai sektor mulai dari kesehatan, energi, pertanian, hingga platform streaming video seperti Rumble kini mulai menempatkan Bitcoin dalam neraca keuangan mereka.
Bahkan, sebuah perusahaan konstruksi asal Hong Kong, Ming Shing, ikut dalam gelombang ini. Sementara Metaplanet, perusahaan Jepang, kini menyimpan lebih banyak BTC daripada negara El Salvador.
Mengapa Korporasi Kini Lebih Agresif daripada ETF atau Investor Ritel?
ETF Bitcoin memang sempat mencuri perhatian dengan peluncuran berbagai produk di AS dan Eropa. Tapi hingga saat ini, pertumbuhan bersih kepemilikan ETF hanya sekitar 49.000 BTC atau sekitar $5 miliar jauh di bawah angka yang dicatat para korporat.
Yang lebih menarik lagi, investor ritel justru mencatat penurunan drastis. River melaporkan bahwa investor individu telah melepas sekitar 247.000 BTC sepanjang 2025. Penurunan ini bisa diartikan sebagai realokasi aset, hilangnya keyakinan jangka pendek, atau bahkan tekanan ekonomi mikro.
Bitcoin dan Paradoks Deflasi Strategi vs. Miner
Satu fakta menarik lainnya: strategi akumulasi MicroStrategy melampaui laju produksi Bitcoin oleh para miner, yang saat ini hanya mampu menghasilkan sekitar 450 BTC per hari. Hal ini menciptakan fenomena baru yang disebut oleh analis sebagai “synthetic halving”.
Ki Young Ju, CEO CryptoQuant, menyebut bahwa strategi semacam ini menciptakan tekanan deflasi sebesar -2,3% per tahun, yang sangat langka dalam konteks aset digital dengan suplai terbatas.
Artinya, selama permintaan tinggi tetap terjadi, harga Bitcoin bisa mengalami tekanan naik yang konstan hanya karena kelangkaan pasokan.
Dampak dan Implikasi Jangka Panjang
Pertumbuhan kepemilikan korporasi sebesar 154% sejak awal tahun menandakan bahwa Bitcoin tak lagi dilihat sekadar sebagai aset spekulatif. Dalam perspektif bisnis, BTC mulai berfungsi sebagai:
Lindung nilai terhadap inflasi fiat**
Cadangan strategis perusahaan multinasional**
Aset treasury jangka panjang yang melampaui emas dalam keluwesan dan likuiditas**
Dengan semakin banyak perusahaan masuk dan membeli dalam jumlah besar, satu pertanyaan besar mengemuka: Apakah ini era baru Bitcoin sebagai aset institusional penuh? Jika ya, investor ritel perlu bersiap dengan strategi baru karena lanskap kepemilikan sudah berubah.
Bitcoin Kini Milik Mereka yang Punya Neraca Besar
Masuknya puluhan korporasi baru ke pasar Bitcoin sepanjang kuartal pertama 2025 bukan hanya tren sementara. Ini adalah sinyal kuat bahwa Bitcoin telah naik kelas, dari sekadar aset investasi alternatif menjadi komponen utama dalam strategi keuangan perusahaan global.
Dan jika pola ini berlanjut, masa depan BTC mungkin akan dikendalikan oleh neraca raksasa dan strategi jangka panjang para korporasi bukan lagi keputusan impulsif para investor ritel.
Satu hal yang pasti: bila Anda adalah investor individu, sekarang waktunya untuk berpikir ulang apakah siap bersaing dengan strategi akumulasi berskala miliaran dolar?