Penurunan Harga Bitcoin di Bawah $90 Ribu Didorong Oleh Investor yang Bersiap Menghadapi Risiko Ekonomi yang Akan Datang

Permintaan jangka pendek Bitcoin dapat diredam oleh risiko ekonomi global dan tantangan fiskal.

article author image

AlbertJan 14, 2025

article cover image

Bitcoin Mengalami Tekanan Jual Besar-Besaran

Pada 13 Januari, harga Bitcoin (BTC) mengalami penurunan signifikan, turun di bawah Rp90.000 untuk pertama kalinya dalam delapan minggu terakhir. Penurunan tersebut mencapai 12,5% selama sepekan, yang berujung pada berkurangnya optimisme para pelaku pasar. Kendati demikian, indikator derivatif Bitcoin memperlihatkan pandangan netral hingga bearish, menunjukkan bahwa investor besar dan pelaku pasar utama tidak terlalu terpengaruh oleh situasi ini.

Premi Tahunan Futures Bitcoin Selama 2 Bulan

Kontrak bulanan futures Bitcoin biasanya diperdagangkan dengan harga lebih tinggi dibandingkan pasar spot, karena waktu penyelesaian yang lebih panjang. Saat ini, premi tahunan sebesar 11% berada di atas kisaran netral 5% hingga 10%, yang menunjukkan optimisme para pelaku pasar. Selain itu, tingkat pendanaan untuk kontrak perpetual BTC, yang lebih sering digunakan pedagang ritel, masih tetap positif, menandakan adanya sentimen netral hingga positif.

Tingkat Pendanaan Kontrak Perpetual Bitcoin

Pada 13 Januari, tingkat pendanaan sempat negatif dalam waktu singkat karena tingginya minat terhadap posisi jual. Kondisi ini sejalan dengan terjadinya likuidasi sebesar $107 juta dari posisi long yang menggunakan leverage. Namun, tingkat pendanaan segera kembali ke 0,5% bulanan, menandakan tidak adanya tekanan bearish yang bertahan lama di pasar futures Bitcoin.

Tekanan Harga Bitcoin Seiring Penarikan Investor dari Pasar Berisiko

Sentimen investor memburuk setelah indeks S&P 500 tidak mampu bertahan di atas level 6.000 pada 6 Januari, yang diikuti penurunan sebesar 4,1% selama minggu berikutnya. Laporan tenaga kerja AS yang lebih baik dari perkiraan memunculkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lebih lama.

Ketidakpastian ini menyebabkan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi sejak November 2023, yang menunjukkan bahwa para investor meminta imbal hasil lebih tinggi sebagai kompensasi untuk memegang obligasi pemerintah. Hal ini biasanya mencerminkan kekhawatiran terhadap inflasi atau kemungkinan resesi, diperparah oleh melemahnya kinerja pasar saham.

Penguatan Dolar AS dan Sikap Hati-Hati Investor

Penguatan dolar AS terhadap mata uang utama lainnya, yang diukur dengan indeks DXY, menunjukkan bahwa para investor besar cenderung mengamankan asetnya dengan memilih uang tunai dan obligasi jangka pendek. Situasi geopolitik juga memanas setelah Amerika Serikat memperketat sanksi terhadap ekspor minyak mentah Rusia, yang berisiko mengganggu rantai pasokan ke negara konsumen utama seperti China dan India.

Beberapa analis menyatakan bahwa kinerja Bitcoin belakangan ini sangat dipengaruhi oleh MicroStrategy. Pada 13 Januari, perusahaan ini mengumumkan telah membeli tambahan 2.530 BTC dalam sepekan terakhir, sehingga total kepemilikan Bitcoinnya meningkat secara signifikan. Pembelian tersebut didukung oleh dana hasil penjualan saham sebesar $6,5 miliar, dan perusahaan juga merencanakan penggalangan dana sebesar $2 miliar melalui penerbitan saham preferen perpetual.

Arus Masuk dan Keluar Bitcoin dari Institusi Menunjukkan Sentimen Campuran

ETF Bitcoin berbasis spot yang diperdagangkan di bursa AS mengalami arus keluar sebesar $718 juta dalam dua hari terakhir, yang menimbulkan kekhawatiran terhadap minat investor institusional. Namun, arus masuk sebesar $1,94 miliar selama tiga hari sebelumnya menunjukkan bahwa kesimpulan mengenai berkurangnya minat terhadap Bitcoin mungkin terlalu dini. Meskipun sempat berfluktuasi, Bitcoin tetap mencatatkan kenaikan sebesar 37% dalam 90 hari terakhir, yang menegaskan ketangguhannya.

Investor perlu memperhitungkan risiko yang muncul akibat potensi perlambatan ekonomi global, karena ketidakpastian membuat mereka cenderung memilih instrumen berbasis uang tunai. Terlepas dari kebijakan yang akan diambil Presiden terpilih Donald Trump, prospek fiskal AS pada 2025 diperkirakan tetap sulit.

Dengan ruang gerak kebijakan yang terbatas untuk mencegah inflasi tanpa memicu resesi, risiko terjadinya perlambatan ekonomi tetap tinggi. Kondisi ini bisa menekan minat investor terhadap Bitcoin dalam jangka pendek, karena mereka akan lebih mengutamakan keamanan dibandingkan investasi pada aset yang dianggap berisiko.

Nanovest News v3.23.0