Volatilitas Bitcoin Tembus 3,6% di Tengah Ketidakpastian Ekonomi AS

Volatilitas Bitcoin mencapai level tertinggi sejak Agustus 2024, dipicu kebijakan fiskal AS dan inisiatif baru pemerintahan Trump. Investor bersiap hadapi dinamika pasar yang tidak menentu.

article author image

KikiMar 21, 2025

article cover image

Di tengah gejolak pasar yang semakin sulit diprediksi, volatilitas Bitcoin kembali mencuri perhatian. Pada 19 Maret 2025, volatilitas aset digital ini menanjak ke level 3,6%, tertinggi sejak Agustus 2024, menurut data CoinGlass.

Angka ini bukan sekadar statistik melainkan refleksi dari ketidakpastian struktural yang mencengkeram perekonomian Amerika Serikat dan menggema hingga ke pasar global.

Bitcoin Barometer Ketidakpastian Baru

Lonjakan volatilitas ini menandai betapa Bitcoin kini bukan hanya dianggap sebagai store of value, tapi juga sebagai indikator kegelisahan pasar terhadap dinamika makroekonomi. Uldis Tearudklans, Chief Revenue Officer Paybis, menyebut bahwa pasar tengah bergulat dengan kebijakan fiskal yang semakin tidak konvensional, termasuk keberadaan entitas baru: Department of Government Efficiency sebuah inisiatif yang konon diinisiasi oleh Elon Musk.

Departemen ini mengklaim telah menghemat $115 miliar lewat pemangkasan birokrasi, penjualan aset negara, penghentian hibah, dan penyederhanaan regulasi. Tapi bagi pelaku pasar, kebijakan efisiensi ini justru memunculkan ketakutan baru: pemangkasan belanja pemerintah bisa menghambat pertumbuhan dan memperparah kontraksi likuiditas jika tidak disertai pelonggaran moneter yang memadai.

“Jika pengetatan fiskal berjalan berdampingan dengan suku bunga yang stabil atau menurun perlahan, hasil akhirnya bisa berupa policy mismatch,” ujar Tearudklans. “Itu bisa mengaburkan efek stimulatif dari pemangkasan suku bunga.”

Trump, Bitcoin, dan Strategi Nasional Kripto

Presiden Donald Trump kembali jadi tokoh sentral dalam drama kripto global. Sejak menjabat kembali pada Januari 2025, ia menandatangani perintah eksekutif untuk membentuk Cadangan Strategis Bitcoin sebuah langkah yang disebut-sebut sebagai upaya menjadikan AS sebagai “Bitcoin superpower”.

Langkah ini sempat memicu reli harga hingga mencapai puncak $109.590 pada 20 Januari. Namun euforia itu tak bertahan lama. Hanya dalam dua bulan, harga Bitcoin terkoreksi hingga 30%, menyentuh $77.041 sebelum rebound ke kisaran $84.000.

Investor Terjebak, Pasar Menanti Kejelasan

Gelombang penurunan harga tersebut membuat banyak investor jangka pendek dalam posisi merugi, memperparah tekanan jual. Meskipun terdapat sedikit tanda-tanda pembalikan arah, pasar tetap bergerak dalam ketidakpastian tinggi.

Menurut Tearudklans, tingginya volatilitas saat ini mencerminkan pandangan pasar yang terpecah antara keyakinan akan pelonggaran moneter dan kekhawatiran akan kontraksi fiskal. “Ini menciptakan lingkaran umpan balik yang kompleks,” katanya.

“Penghematan fiskal bisa menekan pertumbuhan dan memaksa The Fed bersikap lebih hati-hati atau bahkan menunda pemotongan suku bunga berikutnya.”

Di sisi lain, Federal Reserve sendiri pada 19 Maret memilih menahan suku bunga tetap, namun tetap membuka kemungkinan adanya dua kali pemangkasan suku bunga dalam tahun ini. Keputusan ini memberikan sedikit kejelasan, namun belum cukup untuk mengatasi kekacauan makro yang lebih luas.

Tarif, Tensi Global, dan Masa Depan Bitcoin

Trump mungkin ramah terhadap komunitas kripto, tapi pernyataan kerasnya soal tarif perdagangan dan eskalasi tensi geopolitik menciptakan arus balik bagi pasar. Di saat sentimen domestik mencoba mendorong Bitcoin naik, kekhawatiran eksternal menahan pergerakannya.

Volatilitas bukan sekadar gejala harga naik turun, tapi manifestasi dari tarik-menarik kebijakan fiskal, moneter, dan geopolitik yang makin tidak sinkron.

Refleksi Di Titik Mana Bitcoin Menjadi Indikator Ekonomi Global?

Volatilitas Bitcoin hari ini bukan semata akibat spekulasi teknikal, melainkan cerminan dari sesuatu yang lebih dalam: kepercayaan publik terhadap arah kebijakan ekonomi. Ketika pemerintah bicara efisiensi dan bank sentral bicara kehati-hatian, Bitcoin menjadi semacam "sensor tekanan" terhadap ketidakseimbangan kebijakan.

Dalam dunia yang makin sulit dipetakan, mungkin Bitcoin tidak hanya menjadi lindung nilai tapi juga barometer ketidakpastian ekonomi global.

Nanovest News v3.23.2