Pendapatan Jaringan Ethereum Anjlok 99%, Muncul Kekhawatiran “Death Spiral”
Pendapatan harian Ethereum jatuh dari $35 juta menjadi $200.000. Apakah Layer-2 memicu krisis bagi Ethereum? Simak dampaknya pada ekosistem kripto dan prediksi analis.
Kiki • Sep 13, 2024
Ethereum, blockchain terbesar kedua setelah Bitcoin, sedang menghadapi krisis yang dapat memicu gejolak besar di ekosistemnya. Data terbaru menunjukkan bahwa pendapatan jaringan Ethereum anjlok 99% sejak Maret 2024, sebuah penurunan drastis yang memicu kekhawatiran terjadinya “death spiral” atau spiral kematian di kalangan investor dan analis kripto.
Pada puncaknya, pada 5 Maret 2024, pendapatan jaringan Ethereum mencapai lebih dari $35 juta dalam sehari. Namun, hanya dalam beberapa bulan, tepatnya pada 2 September 2024, pendapatan harian Ethereum terjun bebas menjadi hanya $200.000, level terendah sepanjang tahun.
Penyebab Utama Pertumbuhan Layer-2 (L2) dan Upgrade Dencun
Salah satu faktor utama di balik merosotnya pendapatan ini adalah migrasi besar-besaran aktivitas transaksi dari jaringan utama Ethereum (Layer-1 atau L1) ke jaringan Layer-2 (L2), yang menawarkan biaya transaksi lebih rendah dan efisiensi yang lebih tinggi.
Upgrade besar yang dijuluki "Dencun" yang diluncurkan pada bulan Maret lalu, berperan penting dalam mengubah dinamika pendapatan Ethereum. Dengan memperkenalkan perubahan yang mengurangi biaya transaksi di L2, banyak pengguna mulai memindahkan aktivitas mereka ke jaringan L2 seperti Arbitrum, Optimism, dan Base milik Coinbase.
Menurut laporan Token Terminal, meskipun transaksi dan pengguna aktif di jaringan L2 meningkat, hal ini secara langsung menggerus pendapatan jaringan utama Ethereum.
Sebagai contoh, Base, salah satu jaringan L2 yang sedang naik daun, berhasil menghasilkan $2,5 juta hanya pada bulan Agustus 2024. Namun, untuk menyelesaikan transaksinya di Ethereum L1, Base hanya membayar sekitar $11.000, angka yang sangat kecil dibandingkan dengan apa yang biasanya dihasilkan oleh Ethereum dari transaksi L1 sebelum upgrade Dencun.
Ancaman bagi Valuasi Ethereum
Sejumlah pengamat pasar dan analis mulai meragukan kemampuan Ethereum untuk mempertahankan valuasinya yang saat ini sekitar $300 miliar. Kun, seorang analis kripto, memperingatkan bahwa jika tren ini berlanjut, jaringan L2 berpotensi meninggalkan Ethereum L1 untuk aplikasi konsumen, yang dapat merusak nilai jangka panjang Ethereum.
Ia menyarankan bahwa Ethereum L1 perlu mengembangkan kasus penggunaan baru yang tidak bisa dilakukan oleh L2, atau risiko penurunan drastis nilai asetnya semakin mendekat.
Pendapat ini juga didukung oleh Fred Krueger, seorang investor Bitcoin terkenal. Krueger berpendapat bahwa dengan pendapatan saat ini hanya $200.000 per hari, yang jika diakumulasi hanya sekitar $73 juta per tahun, sangat jauh dari cukup untuk mempertahankan kapitalisasi pasar Ethereum yang begitu besar.
Menurutnya, valuasi realistis Ethereum mungkin lebih mendekati $3 miliar, menandakan bahwa pasar saat ini mungkin sudah melebih-lebihkan nilai dari jaringan tersebut.
Krueger menambahkan, dengan pendapatan sebesar $73 juta per tahun, Ethereum tidak akan mampu menutupi inflasi alami yang terjadi melalui proses validasi ETH di jaringan. Artinya, ada ancaman serius bahwa Ethereum bisa jatuh ke dalam "death spiral", di mana rendahnya pendapatan mempercepat penurunan nilai lebih lanjut dan menciptakan tekanan pasar yang tak terhentikan.
Apa Langkah Selanjutnya untuk Ethereum?
Muncul pertanyaan besar di komunitas kripto: Bagaimana Ethereum bisa keluar dari situasi ini? Jawaban sederhana adalah Ethereum harus menemukan cara untuk meningkatkan nilai dan relevansi jaringan utamanya.
Beberapa ide telah diusulkan, seperti memperkenalkan aplikasi keuangan yang lebih kompleks atau meningkatkan adopsi dari institusi besar yang membutuhkan keamanan dan desentralisasi tingkat tinggi yang ditawarkan oleh jaringan utama Ethereum.
Namun, tanpa solusi konkret, spekulasi tentang masa depan Ethereum semakin bergejolak.
Para pendukung Ethereum juga berharap bahwa meskipun L2 semakin mendominasi, volume pengguna dan transaksi pada L2 akan meningkat cukup besar sehingga mereka tetap akan membutuhkan L1 untuk penyelesaian akhir dalam jumlah besar.
Ini akan menciptakan siklus penggunaan yang bisa menghidupkan kembali pendapatan Ethereum.
Namun, hingga saat ini, tren penurunan terus berlanjut, dan pasar akan terus mengamati bagaimana Ethereum beradaptasi dengan lanskap yang berubah ini. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana Ethereum bisa memperbaiki model pendapatannya tanpa mengorbankan keunggulannya sebagai jaringan desentralisasi yang aman.
Penurunan drastis pendapatan Ethereum menjadi sinyal peringatan bagi komunitas kripto. L2 memang menawarkan solusi skalabilitas yang sangat dibutuhkan, tetapi keberhasilan mereka tampaknya menciptakan masalah baru bagi Ethereum L1.
Kegagalan untuk mengatasi masalah ini dapat menyebabkan dampak yang luas, tidak hanya bagi Ethereum tetapi juga ekosistem DeFi dan NFT yang sangat bergantung pada keamanan dan stabilitas jaringan Ethereum.
Apakah ini awal dari akhir bagi Ethereum atau hanya fase sementara yang bisa dilalui? Waktu yang akan menjawabnya, tapi yang jelas, langkah Ethereum berikutnya akan menentukan masa depannya di pasar kripto.