FedEx Alami Penurunan Laba Kuartalan Akibat Berkurangnya Permintaan Pengiriman Cepat
FedEx melaporkan laba yang menurun di tengah melemahnya permintaan pengiriman prioritas dan hilangnya kontrak USPS senilai $1,75 miliar. Apa langkah strategis selanjutnya untuk FedEx?
Kiki • Sep 25, 2024
FedEx Corp (FDX.N), salah satu raksasa industri logistik global, melaporkan penurunan laba kuartalan yang signifikan pada Kamis lalu. Hal ini terjadi setelah pelanggan beralih dari layanan pengiriman cepat yang mahal ke opsi yang lebih lambat namun lebih murah.
Selain itu, FedEx juga menurunkan proyeksi pendapatan tahunannya, memicu kekhawatiran di pasar.
Saham perusahaan yang berbasis di Memphis ini jatuh hampir 11%, mencapai $267,74 dalam perdagangan setelah jam kerja. Dampaknya turut dirasakan oleh rival utama mereka, United Parcel Service (UPS.N), yang sahamnya turun sekitar 2,5%.
Tekanan ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi sektor logistik di tengah perubahan tren konsumen dan ekonomi global yang tidak menentu.
Penurunan Permintaan dan Dampaknya pada Laba
Peralihan konsumen dari pengiriman prioritas ke layanan yang lebih ekonomis semakin menekan margin keuntungan FedEx dan UPS. Sementara UPS mengaitkan hal ini dengan lonjakan volume dari e-commerce yang berbasis di China, seperti Temu dan Shein, FedEx menyalahkan penurunan permintaan untuk pengiriman prioritas antar bisnis.
Pengiriman antar industri terutama antara produsen dan perusahaan lain—merupakan segmen yang paling menguntungkan bagi FedEx. Karena itu, penurunan dalam volume ini memengaruhi profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.
CEO Raj Subramaniam mengatakan bahwa permintaan dari sektor industri lebih rendah dari perkiraan. Sebagai salah satu indikator utama bagi perekonomian AS, kinerja FedEx sering mencerminkan kondisi ekonomi yang lebih luas.
Subramaniam juga menyoroti bahwa pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve baru-baru ini sebesar 0,5% menandakan kelemahan ekonomi saat ini.
Restrukturisasi Kompleks dan Efisiensi Biaya
Di tengah tantangan ini, FedEx sedang menjalani proses restrukturisasi besar-besaran di bawah kepemimpinan Subramaniam. Perusahaan berencana memangkas miliaran dolar biaya overhead dengan menggabungkan unit pengiriman darat (Ground) dan ekspres (Express).
Namun, meski ada pemotongan biaya, FedEx mengakui bahwa pengurangan overhead tidak mampu sepenuhnya menutupi dampak dari menurunnya permintaan untuk layanan pengiriman prioritas yang lebih menguntungkan.
FedEx juga melaporkan bahwa kuartal terakhir memiliki satu hari operasional lebih sedikit, yang semakin memperburuk situasi. Dalam proyeksi terbaru mereka, perusahaan memperkirakan pendapatan untuk fiscal year 2025 hanya akan tumbuh dalam persentase satu digit yang rendah, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Penyesuaian Proyeksi Laba dan Pengakhiran Kontrak USPS
FedEx juga menurunkan proyeksi laba operasi yang disesuaikan untuk setahun penuh, dari perkiraan awal $20-$22 per saham menjadi $20-$21 per saham. Pada basis yang disesuaikan, laba kuartalan perusahaan turun menjadi $3,60 per saham, dibandingkan $4,55 per saham pada periode yang sama tahun lalu.
Salah satu faktor lain yang memperburuk situasi adalah penghentian kontrak kerja FedEx dengan United States Postal Service (USPS), pelanggan terbesar perusahaan. Pengakhiran kontrak ini diperkirakan akan menjadi angin sakal sebesar $500 juta bagi pendapatan FedEx dalam tahun fiskal saat ini.
Kontrak USPS, yang bernilai sekitar $1,75 miliar pada tahun fiskal terakhir layanan pos, akan berakhir pada 29 September mendatang. UPS telah berhasil mengambil alih kontrak tersebut, memberikan tekanan lebih lanjut pada FedEx.
Restrukturisasi atau Divestasi?
Saat ini, FedEx juga sedang mempertimbangkan langkah-langkah strategis lainnya, termasuk kemungkinan untuk memisahkan atau menjual unit bisnis FedEx Freight, segmen yang berfokus pada pengiriman barang dengan volume besar.
Langkah ini bisa menjadi bagian dari upaya perusahaan untuk memperbaiki struktur biaya dan menjaga profitabilitas di tengah ketidakpastian ekonomi.
Tantangan dan Peluang di Tengah Transisi
Penurunan laba FedEx dan peralihan konsumen ke opsi pengiriman yang lebih murah mencerminkan perubahan signifikan dalam perilaku pasar dan kondisi ekonomi global. Di sisi lain, restrukturisasi besar-besaran dan efisiensi biaya yang diupayakan oleh FedEx menunjukkan bahwa perusahaan berusaha keras untuk beradaptasi dengan kondisi pasar yang terus berubah.
Namun, kehilangan kontrak USPS dan berkurangnya permintaan dari sektor industri menjadi tantangan besar yang harus dihadapi.
Ke depan, investor akan dengan seksama memantau apakah langkah-langkah strategis yang diambil oleh FedEx termasuk kemungkinan divestasi segmen Freight akan mampu mengembalikan perusahaan ke jalur pertumbuhan.
Dengan dinamika pasar yang semakin kompetitif, FedEx harus mampu memanfaatkan setiap peluang untuk tetap relevan dan kompetitif di industri logistik global.