Tarif dan Ketidakpastian Ekonomi Tekan Pendapatan Super Micro
Super Micro sebut ketidakpastian global ganggu minat pelanggan, laba turun, dan saham terkoreksi di tengah sorotan praktik akuntansi dan persaingan AI.

Ajeng • May 7, 2025

Saham Super Micro Computer Inc. (SMCI) tertekan hingga 6% dalam after-hours trading pada Selasa, setelah perusahaan penyedia server berbasis AI tersebut memangkas panduan pendapatan tahun 2025 akibat tekanan dari tarif global, dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi makro.
Perusahaan kini memperkirakan pendapatan tahun fiskal 2025 akan berada di kisaran $21.8 miliar hingga $22.6 miliar, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar $23.5 miliar hingga $25 miliar.
CEO Charles Liang menyatakan bahwa kebijakan perdagangan Presiden Trump dan ketegangan ekonomi global memengaruhi keputusan pembelian pelanggan, khususnya dalam adopsi server AI berbasis GPU terbaru.
“Ketidakpastian tarif dan kondisi makro membuat pelanggan menunda adopsi teknologi kami,” ujar Liang dalam panggilan pendapatan kuartal ketiga.
Terpukul oleh Tarif dan Peralihan Teknologi AI
Super Micro—yang memiliki fasilitas manufaktur di AS, Taiwan, dan Belanda—ikut terkena dampak tarif global 10% atas produk teknologi dan semikonduktor yang diberlakukan Pemerintahan Trump.
CFO David Weigand menyebut, akibat kondisi ini, gross margin perusahaan akan turun menjadi sekitar 10%, dari 14% pada FY 2024 dan 18% pada 2023.
Persaingan juga memanas di AI server market, terutama seiring pergeseran industri ke GPU Nvidia Blackwell, yang menyebabkan tekanan harga di seluruh segmen.
Liang mengakui bahwa sebagian pelanggan menunda pembelian karena menunggu integrasi chip Blackwell yang sebelumnya mengalami keterlambatan produksi.
Penurunan Saham dan Sorotan Praktik Akuntansi
Kinerja kuartal ketiga Super Micro meleset dari ekspektasi. Pendapatan tercatat $4.6 miliar, di bawah proyeksi Analis sebesar $4.76 miliar, sementara laba per saham disesuaikan hanya $0.31, jauh dari estimasi $0.37.
Saham Super Micro telah anjlok hampir 39% sepanjang 2025, menjadikannya salah satu saham bertema AI dengan kinerja terburuk.
Tekanan tak hanya datang dari sisi fundamental, tetapi juga dari dugaan praktik akuntansi yang dipertanyakan, termasuk potensi pelanggaran kontrol ekspor dan konflik kepentingan antara eksekutif dan pemasok utama.
Tahun lalu, Hindenburg Research menerbitkan laporan yang menuduh adanya pelanggaran akuntansi dan mendorong pengunduran diri Auditor Eksternal Ernst & Young.
Perusahaan sempat terancam didepak dari Nasdaq sebelum akhirnya menyelesaikan pelaporan keuangan tertunda pada April lalu.
“Kami telah memulai langkah remediasi, namun belum bisa menjamin efektivitas jangka panjang kontrol internal kami,” tulis Super Micro dalam pengajuan ke SEC.