Weekly Insight – Week l September 2023
Weekly Insight – Week l September 2023
Kiki • Jul 1, 2024
Current News
Oleh Nanovest Research & Strategy Team
1. Perbankan AS Sedia Payung (Sebelum Hujan)
Sejumlah bank di AS, khususnya bank kelas menengah, menyediakan dana cair untuk menjaga likuiditas jika terjadi resesi dalam waktu dekat. Tentunya hal ini untuk menghindari kasus SVB yang terjadi awal tahun ini. Umumnya publik AS masih khawatir jika hal serupa terulang. Seperti yang kita ketahui kasus SVB dan Signature Bank dipicu oleh bank-run besar-besaran yang tidak mampu ditopang oleh dana cair kedua bank tersebut. Walaupun memiliki aset yang cukup, aset-aset tersebut tidak bisa cair dalam waktu dekat. Salah satu cara dengan menjual aset tersebut dengan harga jauh di bawah harga pasaran ataupun modal awal. Resesi AS sendiri ditenggarai kemungkinannya makin kecil untuk terjadi dalam 12 bulan mendatang, namun langkah perbankan AS ini dinilai sebagai respons yang masuk akal jika ingin tetap beroperasi. Baru-baru ini Goldman Sachs merevisi kemungkinan resesi AS pada 12 bulan mendatang datang 20% ke 15%. Namun tetap saja kemungkinan resesi masih ada. Total dana cair yang disediakan industri perbankan AS sampai 30 Agustus tercatat $3,3 triliun. Angka ini naik 6,5% dari posisi pada akhir tahun 2022 yang berada pada $3,1 triliun. Adapun sebelum pandemi, dana cair ini hanya berkisar $1,7 triliun sampai 1,9 triliun. Dana cair perbankan AS mencapai rekor tertinggi pada akhir 2021 yang mencapai $4,1 triliun. Khusus untuk bank-bank regional, terjadi perubahan strategi operasional. Jika sebelumnya bank-bank ini berfokus pada utang jangka panjang saat ini beralih pada sekuritas jangka pendek. Terlebih muncul isu bahwa otoritas AS akan mengetatkan aturan modal dan likuiditas untuk bank dengan aset di atas $100 miliar. S&P memperkirakan untuk unrealized losses aset bank di bawah perlindungan FDIC, yaitu selisih available-for-sale dan held-to-maturity sudah mencapai $550 miliar pada pertengahan tahun ini. Atas dasar ini S&P memperkirakan pertumbuhan kredit di AS selama 2023 hanya akan mencapai 2%, jauh di bawah pertumbuhan kredit di tahun 2022 yang berada pada angka 9%. Strategi jangka pendek yang merupakan strategi “main aman” ini tentunya tidak akan membawa laba yang lebih besar, namun setidaknya strategi ini merupakan pembelajaran dari kolapsnya SVB dan Signature Bank. Apalagi suku bunga The Fed saat ini masih menyulitkan manuver perbankan AS.
2. AS Membatasi (Kembali) Eksplorasi Minyak, OPEC+ Pangkas Produksi
Administrasi Presiden Biden membatalkan beberapa konsesi minyak dan gas di negara bagian Alaska, termasuk di antaranya proyek Willow Oil oleh ConocoPhillips. Pembatalan ini menyusul protes keras aktivis lingkungan yang keberatan dengan aktivitas pertambangan di Arctic National Wildlife Refuge (ANWR). Langkah ini menyulut keberatan dari Parta Republik yang menguasai DPR AS. Memang Partai Republik cenderung memihak energi fosil, sementara Partai Demokrat cenderung mendukung energi alternatif. Partai Republik beranggapan jika aktivitas pertambangan di Alaska akan membuka ribuan lapangan pekerjaan dan juga untuk pemenuhan kebutuhan energi AS dan sekutunya di tengah kondisi geopolitik global yang tidak stabil. AS saat ini membutuhkan sekitar 20 juta barel minyak per hari untuk konsumsi domestik. Sementara produksi minyak AS mencapai 13 juta barel per hari, dari jumlah ini sekitar 4-5 juta barel diekspor. Selisihnya AS mengimpor dari Kanada 52% dari total impor, Meksiko 10%, Arab Saudi 7%, Irak 4%, Kolombia 3%. Sisanya dari negara OPEC lain seperti Nigeria, Aljazair dan Libya. Proyek Willow sendiri siap menyuplai 180 ribu barel per hari. Presiden Biden awalnya menolak eksplorasi minyak di lahan milik pemerintah Federal sekaligus menghentikan praktek fracking, teknik pengeboran minyak berbiaya rendah namun dengan hasil yang lebih banyak, untuk fokus pada energi alternatif. Baru setelah Perang Ukraina, pemerintahan Biden mulai memberikan kelonggaran eksplorasi minyak bumi seperti presiden terdahulu, Donald Trump. Sementara itu, organisasi pengekspor minyak ditambah Rusia (OPEC+) mengumumkan akan tetap berkomitmen untuk memangkas produksi. Arab Saudi akan mengurangi produksi sampai 1 juta barrel per hari, sedangkan Rusia mengurangi produksi sampai 300 ribu barel per hari. Rusia sebelumnya setengah hati mengikuti arahan Arab Saudi ini mengingat Perang Ukraina masih membutuhkan sumber daya. Total pemangkasan produksi minyak OPEC+ ini mencapai 2 juta barel per hari. Langkah OPEC+ ini ditenggarai sebagai bentuk tekanan Arab Saudi bagi pemerintahan Biden. Seperti yang kita ketahui salah satu penyebab tingginya inflasi pada medio 2022 adalah sumbangan dari sektor energi. Saat ini inflasi menunjukan tren perbaikan walaupun dengan kompensasi suku bunga yang tinggi. Namun pada bulan Juli dilaporkan inflasi meningkat 3,2% dibandingkan dengan inflasi Juni yang berada di level 3,0%. Untuk inflasi bulan Agustus akan dirilis pada pertengahan minggu ini. Ekspektasi tingkat inflasi untuk Agustus berada di level 3,6%. Masih perlu dilihat lagi bagaimana moratorium tambang domestik AS dan langkah OPEC+ ini terhadap inflasi AS secara keseluruhan mengingat OPEC+ sudah melakukan pembatasan produksi sejak tahun lalu yang memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kenaikan inflasi AS. Jika harga minyak naik dan kemudian berimbas pada naiknya inflasi, maka paling tidak ekonomi AS masih akan menanggung suku bunga yang tinggi dalam waktu yang tidak singkat.
Rangkuman Saham yang Upgrade Selama 4 - 8 September 2023
[table id=40 /]
Rangkuman Saham yang Downgrade Selama 4 - 8 September 2023
[table id=41 /] Rilis Laporan Kinerja Keuangan Minggu Ini (11 - 15 September 2023) 11 September: Oracle Co. (ORCL) 14 September: Adobe Inc. (ADBE), Copart, Inc. (CPRT), Lennar Co. (LEN) 15 September: Centrais Elétricas Brasileiras S.A. - Eletrobrás (EBR)
Weekly Top Movers
Gainers
- Wheels Up Experience Inc (UP) +31,00%
- Knop Offshore Partners LP (KNOP) +24,67%
- Nextgen Healthcare Inc (NXGN) +22,40%
Losers
- AMC (AMC) -45,23%
- VinFast Auto Ltd. (VFS) -42,13%
- System1 (SST) -37,84%
Technical Analysis – U.S. Stocks
By. Frederick Marvel – Frederick.marvel@nanovest.io
Stockpick
1. AYX - BUY Swing / Scalping
AYX mengalami kenaikkan yang cukup tinggi dari base yang ada. Saat ini, AYX telah breakout MA20 MA50 dan Buy Scalping/Swing dapat dilakukan dengan trading plan berikut ini. Price: Rp. 53000 Take Profit: Rp. 103000 Stop Loss: Rp. 44000
2. NFLX – Take Profit // HOLD
Selamat bagi yang sudah DCA dan BUY NFLX beberapa minggu lalu, sekarang ini NFLX telah berada pada posisi floating profit yang cukup tinggi berdasarkan trading plan kita. Kita dapat melakukan aksi Take Profit untuk secure profit kita. Aksi hold dapat dilakukan dengan trailing stop mengingat market yang cenderung sideways. Price: Rp. 6.418.000 Take Profit: Rp. 7.117.000 Stop Loss: Rp. 6.007.000
3. UBER – BUY SCALPING
Ada peluang Buy Scalping di UBER pada hari ini. Ada pergerakan rally base rally yang dapat dilakukan oleh UBER untuk menyelesaikan polanya. Tetap berhati - hati dan jaga resiko dalam setiap aksi trading. Price: Rp.722000 Take Profit: Rp. 785.000 Stop Loss: Rp. 687.000