Weekly Insight – Week lll September 2023

Weekly Insight – Week lll September 2023

article author image

KikiJul 1, 2024

article cover image

Current News

Oleh Nanovest Research & Strategy Team

The Fed Tahan Suku Bunga

Seperti yang sudah diduga sebelumnya, The Federal Reserve dalam pertemuan FOMC kali ini menahan suku bunga di posisi 5,25% - 5,50%. Ini merupakan kali kedua tahun 2023 The Fed menahan suku bunga tahun ini. Setahun lebih belakangan ini, setiap pertemuan FOMC hampir dipastikan suku bunga naik. Suku bunga acuan AS telah naik lebih dari 500 basis points (bps) sejak awal 2022. Hal ini untuk menahan laju inflasi AS yang tajam sejak 40 tahun terakhir. Kebijakan suku bunga yang agresif ini tentu saja membuat ancaman resesi menguat utamanya pada akhir 2022. Diyakini ekonomi AS akan menanggung sekitar $1 triliun biaya tambahan per tahun akibat kenaikan suku bunga ini. Selain itu suku bunga yang tinggi akan berimbas kepada belanja rumah tangga dan korporat. Namun itulah mengapa The Fed mengambil kebijakan ini. Intinya untuk mengurangi permintaan di tingkat konsumen selanjutnya diharapkan akan menurunkan harga berbagai barang dan jasa.   Tahun ini kita sudah melihat beberapa bank yang kolaps akibat aset mereka yang turun harga karena suku bunga yang tinggi. Namun The Fed tetap yakin jika secara keseluruhan industri perbankan AS masih aman dan tangguh. The Fed juga menyatakan jika ekonomi AS bertumbuh secara ‘solid’, sebelumnya The Fed menyatakan jika ekonomi tumbuh dengan ‘moderat’. Jika melihat dari ketahanan ekonomi AS saat ini, maka banyak yang yakin jika skenario soft-landing akan terjadi. Soft-landing merujuk pada keadaan keluar dari masa sulit (inflasi yang tinggi) tanpa harus mengorbankan ekonomi AS secara keseluruhan (masuk resesi). Walaupun banyak pihak yang memuji langkah The Fed sejauh ini, namun hampir semua pejabat The Fed belum menyatakan jika suku bunga yang tinggi saat ini sudah jitu menahan laju inflasi. Jerome Powell, Ketua The Fed, sendiri masih yakin akan ada kenaikan suku bunga di tahun ini. Entah awal November atau akhir Desember. Memang jika dilihat dari tren inflasi dua bulan terakhir, laju inflasi ini mulai menanjak naik kembali. Faktor utama yang menjadi pendorong adalah mulai naiknya harga minyak mentah akibat faktor OPEC+, negara-negara OPEC ditambah Rusia, yang kompak untuk memangkas produksi. Adapun target inflasi The Fed adalah 2% per tahun. Mengapa 2% per tahun? Karena ini adalah doktrin The Fed sejak kepemimpinan Alan Greenspan, Ketua The Fed dari 1987-2006 yang legendaris. Menurut The Fed, 2% adalah sweet spot di mana angka ini masih cukup rendah bagi konsumen namun juga masih membuka ruang untuk mengembangkan ekonomi secara umum. Hal ini merupakan hasil intuisi dan teori, di luar fakta empiris. Jika dilihat dari data historis, inflasi 3% per tahun masih bisa diterapkan sebelum kepemimpinan Greenspan. Banyak pendapat yang mengusulkan agar The Fed melunakan threshold 2% ini, alasannya adalah lebih sulit untuk menurunkan inflasi dari 4% ke 2%, daripada 9% ke 4%. Jika usul ini diterima maka The Fed diharapkan akan memangkas suku bunga. Namun kemungkinan The Fed mengambil pandangan secara jangka panjang, artinya walaupun ekonomi AS berat menanggung suku bunga tinggi, setidaknya inflasi masih cukup terkendali. Salah satu riset di AS menyebutkan jika sejak akhir 2022, masyarakat AS mulai kehabisan simpanan dana, termasuk bantuan tunai semasa pandemi. Hal ini dikuatkan dengan rekor transaksi lewat kartu kredit. Survey lain juga mengindikasikan jika terjadi penurunan daya beli masyarakat. Laporan resmi juga melaporkan jika beberapa bulan terakhir mulai terjadi perlambatan dalam jumlah perekrutan pekerja di AS, padahal angka ini selalu tinggi dalam 2,5 tahun terakhir. Di satu sisi, hal ini positif karena mengurangi faktor permintaan sehingga mengendalikan demand-pull inflation. Namun di sisi lain pengeluaran konsumen, sebagai motor penggerak utama ekonomi AS, dipastikan juga berkurang.

Mogok Massal Pekerja Otomotif AS

Sekitar 13 ribu pekerja otomotif AS yang tergabung dalam United Auto Workers (UAW) melakukan mogok massal sejak pertengahan September. Mogok massal terbesar dalam beberapa ini pada dasarnya untuk memprotes gaji dan jaminan jangka panjang pekerjaan para pekerja. Mogok ini awalnya dilakukan pada 3 pabrik besar di negara bagian Michigan khususnya kota Detroit yang merupakan ibukota industri otomotif AS, tempat bernaung Ford (F), General Motors (GM)  dan Stellantis/Chrysler (STLA). Belakangan mogok serupa muncul di negara bagian Alabama. Untuk sementara produksi Ford Bronco, Jeep Wrangler dan Chevrolet Colorado dihentikan. Salah satu yang menjadi permintaan para pekerja ini adalah jaminan akan pekerjaan. Mayoritas pekerja ini adalah pekerja pabrik kendaraan bermesin bahan bakar fosil. Beberapa tahun belakangan, produsen otomotif AS berlomba-lomba untuk masuk di industri kendaraan listrik. Lini produksi kendaraan listrik tentunya sangat berbeda jauh dengan produksi kendaraan BBM fosil, bahkan sebagian besar keahlian pada produksi kendaraan BBM fosil tidak lagi diperlukan pada produksi kendaraan listrik. Pemerintah federal AS, termasuk juga beberapa negara bagian seperti California, berambisi untuk menghilangkan kendaraan BBM fosil untuk mengaspal pada tahun 2035 dengan alasan perubahan iklim. Jika semua para pekerja inipun dilatih untuk lini produksi kendaraan listrik maka kemungkinan besar gaji mereka akan turun drastis. Karena upah pabrik kendaraan BBM fosil tergolong besar dibandingkan dengan upah pabrik kendaraan listrik. Sebagai perbandingan gaji pekerja pabrik di Tesla mencapai $45-$50 per jam, sedangkan pada ketiga pabrik di Detroit ini berkisar $64-$67 per jam. Adapun para pekerja Tesla dilarang untuk bergabung dalam serikat pekerja. Selain itu, UAW menuntut kenaikan gaji sebesar 40%, di mana pabrikan hanya sanggup sampai 20%. Pabrikan beralasan jika permintaan para pekerja lewat UAW akan menimbulkan situasi keuangan yang tidak stabil. Stellantis merencanakan untuk menutup 18 pabrik jika permintaan tersebut dipenuhi, sedangkan GM & Ford mengatakan jika permintaan dipenuhi maka produk mereka akan kehilangan kompetitif dengan pesaing mereka yang tidak mempunyai serikat buruh. UAW menaungi sekitar 150 ribu pekerja yang tersebar di negara bagian Michigan, Ohio, dan Indiana. Mogok massal ini kemungkinan besar menjadi pukulan telak bagi proyek kendaraan listrik ketiga pabrikan tersebut. Apapun hasil kesepakatan antara pabrikan dengan para UAW dipastikan proyek kendaraan listrik mereka sedikit terhambat. Terlebih jika mogok massal ini berkepanjangan.

Rangkuman Saham yang Diupgrade Selama 18 - 22 September 2023

[table id=45 /]

Rangkuman Saham yang Didowngrade Selama 18 - 22 September 2023

[table id=46 /]

Weekly Top Movers (18 - 22 September 2023)

Gainers

  • Rackspace Technology, Inc. (RXT) +43,18%
  • Steelcase, Inc (SCS) +24,89%
  • Mirati Therapeutics (MRTX) +24,03%

Losers

  • Cazoo Group Ltd (CZOO) -42,81%
  • Travere Therapeutics (TVTX) -42,73%
  • Icecure Medical (ICCM) -42,42%

Technical Analysis – U.S. Stocks

By. Frederick Marvel – Frederick.marvel@nanovest.io

Stockpick

1. Ford – BUY

Walaupun terlihat Ford terkontraksi dari lower high nya ebberapa minggu lalu, terdapat breakout major pattern yang sedang testing demand di level saat ini. Kita dapat memanfaatkan peluang ini dengan trading plan berikut; Price: Rp. 191.000 Take Profit: Rp. 231.000 Stop Loss: Rp. 171.000

2. General Motors (GM) – HOLD // Partial Take Profit

Secara Teknikal GM masih berada dalam area trading plan kita. Walaupun terkontraksi dari titik take profit kita. Kita dapat melakukan aksi HOLD atau partial take profit juga ingin menghindari resiko yang ada. Price : Rp. 533.000 Take Profit : Rp. 770.000 Stop Loss: Rp. 440.000

3. STLA – BUY LIMIT

STLA atau Stellantis sudah naik cukup tinggi beberapa waktu lalu dan membuat pattern double top. Pattern ini dapat mengindikasikan harga akan mengalami penuruann. Perlu diperhatikan saham ini tidak cukup likuid dilihat dari chart dan juga market depth yang ada. Trading plan berikut dapat dilakukan dan tetap hitung resiko yang anda taruh dengan benar. Price: Rp. 257.000 Take Profit: Rp. 240.000 Stop Loss: Rp. 290.000

Nanovest News v3.23.0