Weekly Insight – Week lV Agustus 2023

Weekly Insight – Week lV Agustus 2023

article author image

KikiJul 1, 2024

article cover image

Current News

Oleh Nanovest Research & Strategy Team

1. Powell: Suku Bunga Akan Naik Lagi, Wall Street Justru Menguat

Pada iven Jackson Hole Economic Symposium tahun ini, ketua The Fed, Jerome Powell, mengungkapkan jika perlu ada kebijakan yang lebih agresif untuk menanggulangi inflasi. Dengan kata lain suku bunga akan tetap naik. Seperti yang kita ketahui inflasi yang makin turun dalam 14 bulan, namun justru sedikit naik pada bulan Juli. Kemungkinan besar koreksi terhadap suku bunga ini akan terjadi pada tahun ini mengingat The Fed akan menggelar FOMC sebanyak 2 kali pada sisa 2023 ini. Namun Powell juga menambahkan jika telah mengalami kemajuan berarti dalam menghadapi inflasi. Kebijakan yang akan diambil akan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Pasar saham sepertinya sudah mengerti dan maklum akan kebijakan The Fed ini dengan asumsi kenaikan suku bunga tidak seagresif kebijakan sebelumnya. Hampir semua indeks acuan AS ditutup menguat pada perdagangan Jumat waktu setempat. Sampai saat ini semua kekhawatiran resesi dan jatuhnya pasar saham masih bisa diimbangi oleh kinerja perusahaan publik AS secara umum.

2. Tiongkok Pangkas Suku Bunga

Beda AS, beda Tiongkok dalam urusan suku bunga. People’s Bank of China (PBoC), bank sentral Tiongkok, memangkas suku bunga 15 bps ke level 3,45%. Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pasca pandemi. Beberapa laporan menyebutkan jika beberapa sektor di Tiongkok belum pulih sepenuhnya dari pandemi khususnya dalam beberapa bulan terakhir. National Bureau of Statistics of China (NBS) melaporkan jika beberapa indikator seperti penjualan retail, output industri dan angka investasi masih belum bertenaga. Indikasi ini menunjukan jika perputaran konsumsi dan produksi Tiongkok belum sesuai ekspektasi pelaku usaha. Laporan lain juga menyebutkan jika angka pengangguran Tiongkok mencapai 21,3% di bulan Juni. Sektor properti juga menjadi salah satu penyebab ekonomi Tiongkok melambat. Saat ini harga properti Tiongkok jatuh yang kemudian mendorong beberapa raksasa developer  properti Tiongkok gulung tikar. Nilai tukar mata uang Yuan terhadap Dolar AS saat ini pun masih tertekan. Tiongkok merupakan negara yang penting dalam ekonomi global. Dengan penduduk sekitar 1,4 miliar jiwa, Tiongkok memiliki GDP sekitar $18 triliun atau hampir seperlima GDP global. Tiongkok juga memiliki peran penting dalam rantai pasok global, mengingat Tiongkok adalah pabrik dunia (world’s factory) dan berbagai kemudahan berbisnis serta sumber daya yang ada. Bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa saham AS, tahun 2023 ini bukan merupakan tahun yang terbaik. Indeks Nasdaq Golden Dragon (indeks gabungan perusahaan Tiongkok yang terdaftar di Nasdaq) masih bergerak -3,72% sejak awal tahun, padahal Nasdaq sendiri sudah naik lebih dari 30%. Pemerintah Tiongkok tentu saja tidak tinggal diam menyikapi hal ini. Berbagai paket stimulus disiapkan untuk mendorong konsumsi dan melonggarkan berbagai aturan properti. Bahkan kebijakan moneter seperti yang disebutkan di atas siap untuk diambil jika dipandang masih diperlukan. Krisis seperti ini bukan sekali saja dialami Tiongkok. Pada pertengahan 2015, bursa saham Tiongkok turun 30% dalam waktu 3 minggu. Namun krisis ini bisa dilewati para pelaku usaha. Krisis 2008 juga sepertinya tidak memiliki banyak pengaruh terhadap ekonomi Tiongkok. Secara kuantitas dan kualitas sumber daya manusia Tiongkok masih unggul dibanding negara-negara lain. Tiongkok juga masih kokoh mengingat berbagai sumber daya alam dan efisiensi produksi negara ini.

3. Big Tech VS Uni Eropa

Beberapa perusahaan besar Teknologi AS (big tech) sedang menghadapi berbagai aturan baru di kawasan Uni Eropa. Salah satunya adalah Undang-undang Kecerdasan Buatan Uni Eropa (EU AI Act). Aturan ini dimaksudkan untuk melindungi konsumen dari berbagai aplikasi AI dengan membatasi surveilans, diskriminasi dan misinformasi. Big tech termasuk Microsoft, Meta, Google, dan Apple telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi terhadap aturan ini. Kemungkinan besar aturan ini, yang walaupun hanya berlaku di kawasan EU, nantinya akan berdampak secara global mengingat belum adanya aturan serupa di berbagai negara. Sedangkan bagi big tech, aturan ini akan membatasi kreativitas mereka untuk mengembangkan berbagai aplikasi terkait AI. Aturan ini juga akan mendorong terjadinya kompetitor-kompetitor teknologi AI baru khususnya dari dalam EU sendiri. Aturan lain yang mengganjal big tech di Eropa adalah Undang-undang Pasar Digital (Digital  Markets Act - DMA). DMA akan memungkinkan platform e-commerce untuk berkompetisi lebih adil. DMA akan menerapkan kriteria (gatekeepers) untuk platform penjualan online antara lain harus memiliki posisi ekonomi yang kuat selama 3 tahun di beberapa negara anggota EU. DMA akan ditemani oleh Undang-undang Layanan Digital (Digital Services Act - DSA). DSA akan menanggulangi praktek manipulatif, konten berbahaya dan berbagai tindakan kriminal di dunia maya lainnya. Pelanggaran terhadap DSA akan berujung pada denda yang sangat besar bagi big tech. Maklum denda DSA ini berdasarkan tingkatan operator besar dan kecil. Bahkan ada tingkatan ‘very large onlline platform’ yaitu Facebook dan Amazon, serta ‘very large online search engines’ yang merujuk pada Google dan Bing. Ada pula aturan yang sudah lebih dulu diberlakukan yaitu device elektronik yang bersifat modular dan kompatibel satu sama lain. Salah satu yang tujuan aturan ini untuk mengurangi penggunaan plastik dan bahan-bahan tidak ramah lingkungan yang lain. Aturan ini akan mendorong penyeragaman standar charging dan berbagai konektivitas lainnya serta mendorong produsen untuk menerapkan baterai perangkat elektronik yang bisa diganti.

Notable Stocks

A. Menakar Bisnis Disney

Sepanjang 2023 ini kinerja saham Walt Disney Co. (DIS) tidak terlalu bagus. Sejak pembukaan perdagangan tahun ini, DIS mencatat sudah turun sekitar 6%, padahal pada bulan Februari DIS sempat berada di level Rp 1,7 juta per lembar saham. Saat ini DIS berada di level Rp 1,2 juta. Laporan kinerja Q3 Walt Disney Co juga tidak terlalu membangkitkan selera beli untuk DIS. Pendapatan Disney untuk Q3 2023 ini mencapai $22,3 miliar, angka ini berada di atas pendapatan Disney di periode yang sama pada 2022 yang berada pada $21,5 miliar. Namun di Q3 2023 ini Disney mencatat rugi bersih $460 juta, berbanding terbalik dengan Q3 2022 yang mencatat laba bersih sebesar $1,4 miliar. Maklum di tahun ini Disney melakukan restrukturisasi besar-besaran di bawah pimpinan CEO baru stok lama, Bob Iger. Stok lama karena Bob Iger juga pernah menjabat CEO Disney dari 2005-2019. Adapun restrukturisasi ini menelan dana sekitar $2,6 miliar untuk Q3 2023. Disney sebenarnya mempunyai setidaknya 4 lini bisnis yaitu televisi (ABC, FX, Disney Channel, National Geographic, ESPN), film (Walt Disney Pictures, Walt Disney Animation, Marvel, Pixar, Lucasfilm), streaming (Disney+, Hulu) dan taman hiburan (Disney Worlds, Disneyland). Bagi Iger, 3 terakhir adalah fokus utama Disney di masa datang, mengingat industri televisi secara keseluruhan saat ini mengalami penurunan. Pendapatan operasional Disney dari bisnis televisi pada Q3 2023 mencapai $1,9 miliar, turun signifikan dari $2,5 miliar pada Q3 2022. Faktor penyebab turunya angka ini antara lain semakin berkurangnya pendapatan dari iklan. Ada laporan yang menyebutkan jika Disney sedang mempertimbangkan rencana penjualan kepemilikan mereka di ESPN mengingat persaingan untuk mendapatkan hak siar olahraga domestik AS mendapat saingan besar dari Apple TV dan Prime Video. ESPN sendiri tidak terlalu terpengaruh oleh penurunan pendapatan iklan mengingat ESPN menggunakan fitur subscription. Beberapa proyek film Disney terbaru juga tidak menyumbang pendapatan besar sebagaimana seharusnya film produksi Disney. Beberapa film yang dimaksud antara lain Indiana Jones and the Dial of Destiny, Ant-Man and the Wasp: Quantumania, The Little Mermaid, dan Elemental. Walaupun film-film ini menyumbang arus kas positif namun kinerja box office tidak sesuai dengan ekspektasi. Iger sendiri mengakui jika kinerja pemasaran film-film Disney terbaru mengecewakan. Sebagai perbandingan, beberapa film flagship Disney seperti Avenger Endgame, Star Wars Ep. VII: The Force Awakens, dan Frozen II dengan mudah mencapai threshold $1 miliar di box office. Walaupun demikian kinerja Disney dari film masih jauh di atas Universal, Sony Pictures dan Warner Bros. Disney mencatat pendapatan sebesar $3,4 miliar sedangkan masing-masing para pesaing ini mencatat $2,9 miliar, $1,1 dan $898 juta. Sejarah Disney yang mencatat karya film terbaik yang juga mendapatkan tempat di hati penonton ini yang coba dimaksimalkan oleh lini bisnis streaming. Berbagai layanan streaming Disney menyediakan berbagai karya dari Disney ditambah berbagai rumah produksi yang sudah dibeli Disney seperti Lucasfilm (franchise Star Wars) dan Pixar (Toy Story). Sayangnya bisnis streaming masih belum menyumbang arus kas positif bagi Disney, walaupun terlihat adanya tren perbaikan. Pada Q3 2023, layanan streaming Disney mengalami rugi $512 juta, lebih sedikit dari ekspektasi yang mencapai $676 juta. Angka rugi ini secara signifikan membaik dari Q3 2022 yang mencapai $1 miliar. Secara keseluruhan bisnis streaming telah menyedot dana sekitar $11 miliar. Laporan lain menyebutkan jika Disney berencana akan menaikan biaya langganan layanan streaming sekitar 30%-40%. Bisnis taman hiburan Disney terlihat belum pulih sejak pandemi Covid-19 melanda. Taman hiburan menyumbang pendapatan bagi Disney sebesar $1,1 miliar, masih jauh di bawah pendapatan Q3 2022 yang berada pada $1,9 miliar. Dua angka ini tentunya masih tercecer jauh pendapatan pada Q3 2018 yang berada pada $4,2 miliar. Disney juga terancam kehilangan hak otonomi mereka untuk lahan Disney World di Orlando, Florida. Di lahan 10 ribu hektar ini, Disney mendapatkan hak otonomi khusus untuk mengatur semua kebutuhan mereka dengan kata lain semacam kota otonomi. Namun seiring makin besarnya perbedaan pandangan politik antara petinggi Disney dan otoritas Florida khususnya Gubernur Ron DeSantis menyebabkan negara bagian Florida mengevaluasi kembali hak otonomi ini. Secara umum Walt Disney Co sedang mengalami tantangan pada berbagai lini bisnis mereka. Namun Disney memiliki sejarah panjang termasuk pernah melewati resesi besar AS di penghujung tahun 1920an. Bob Iger sendiri merupakan tangan dingin yang pernah mengangkat kapitalisasi pasar Disney 8 kali lipat pada periode pertamanya. Kreativitas Disney juga terlihat masih belum lekang melihat dua proyek 2023 ini yaitu Oppenheimer dan Barbie yang menyumbang pendapatan signifikan bagi Disney. Khusus untuk Barbie, Disney berencana membangkitkan Mattel Universe, mengikuti kesuksesan Marvel Universe yang sudah menyumbang hampir $30 miliar bagi Disney.

B. NVidia Meningkatkan Proyeksi Pendapatan

NVidia, perusahaan yang lagi naik daun akibat tren AI, mengungkapkan jika mereka memproyeksikan pendapatan mereka akan melebihi ekspektasi Wall Street. NVidia juga percaya diri akan melakukan buyback saham senilai $25 miliar. Seperti yang kita ketahui NVDA telah naik 3 kali lipat lebih di tahun ini menyusul euforia teknologi AI. Berbagai jenis produk NVidia belum menunjukan tanda-tanda pelemahan di tengah gencarnya persaingan hardware AI Para analis sendiri memperkirakan jika supply NVidia terhadap pasar chip AI masih terlalu kurang untuk ukuran saat ini. Hal ini tentunya mendorong NVidia untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kapabilitas penelitian.

Rangkuman Saham yang Upgrade Selama 21 - 25 Agustus 2023

[table id=36 /]

Rangkuman Saham yang Downgrade Selama 21 - 25 Agustus 2023

[table id=37 /]

Rilis Laporan Kinerja Keuangan Minggu Ini (28 Agustus  - 1 September)*

28 Agustus:

  • HEICO Co. (HEI)

29 Agustus:

  • Bank of Montreal (BMO)
  • Best Buy Co., Inc. (BBY)
  • Hewlett Packard Enterprise (HPE)
  • HP Inc. (HPQ)
  • Nio Inc - (NIO)
  • PDD Holdings Inc. (PDD)
  • The Bank of Nova Scotia (BNS)
  • The J. M. Smucker Company (SJM)
  • ZTO Express Inc. (ZTO)

30 Agustus:

  • Chewy, Inc. (CHWY)
  • CrowdStrike Holdings, Inc. (CRWD)
  • Okta, Inc. (OKTA)
  • Prudential plc (PUK)
  • Pure Storage, Inc. (PSTG)
  • Salesforce, Inc. (CRM)
  • The Cooper Companies, Inc. (COO)
  • Veeva Systems Inc. (VEEV)

31 Agustus:

  • Broadcom Inc. (AVGO)
  • Campbell Soup (CPB)
  • Canadian Imperial Bank of Commerce (CM)
  • Dell Technologies Inc. (DELL)
  • Dollar General Co. (DG)
  • Hormel Foods Co. (HRL)
  • KE Holdings Inc. (BEKE)
  • Lululemon Athletica Inc. (LULU)
  • MongoDB, Inc. (MDB)
  • Samsara Inc. (IOT)
  • VMware, Inc. (VMW)

1 September:

  • Centrais Elétricas Brasileiras S.A. - Eletrobrás (EBR)

Weekly Top Movers

Gainers

  • Fulcrum Therapeutics Inc (FULC) +40,54%
  • Apellis Pharmaceuticals Inc (APLS) +33,08%
  • Fabrinet (FN) +32,97%

Losers

  • AMC Entertainment (AMC) -69,26%
  • Rite Aid Corporation (RAD) -57,79%
  • NAPCO Security Technologies (NSSC) -40,85%

Technical Analysis – U.S. Stocks

By. Frederick Marvel – Frederick.marvel@nanovest.io

Stockpick

1. NVDA – DCA // BUY LIMIT

NVDA salah satu saham penahan penurunan indeks AS kali ini berpeluang untuk diperdagangkan. Ada pola Rally Base Rally yang telah usai dan sekarang sedang berada di base pertama dan kemungkinan besar akan turun ke level - level yang digambar, kita dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk Buy Scalping dengan trading plan berikut. Tetap hati - hati dalam perdagangan aset saham karena volatilitas yang cukup tinggi belakangan ini.   Price: Rp. 6581000 Take Profit: Rp. 7905000 Stop Loss: Rp. 6049000

2. TSMC – BUY DCA

Beberapa waktu lalu TSCM sempat menjadi stockpick kita dan sedang berada di buy limit. Sekarang TSMC telah menutup gap dan berada di demand dan juga sesuai dengan trading plan kita. Kita dapat mengikuti trading plan berikut untuk TSMC. Tetap jaga resiko dan juga perhatikan kondisi market terbaru. Price: Rp. 1349000 Take Profit: Rp. 1661000 (23%) Stop Loss: Rp. 1231500 (8%)

3. Boeing Company (BA) – BUY

Boeing menunjukan simple resistance become support pattern yang dapat mengindikasikan kenaikan harga saham kedepannya. Tetap ikut trading plan dan jaga resiko.  Price: Rp. 3.400.000 Take Profit: Rp. 3.846.000  Stop Loss: Rp. 3.241.000

Nanovest News v3.23.0