Weekly Insight – Week lV Juli 2023

What is Happening in the Market?

article author image

NonaJul 1, 2024

article cover image

Current News

Oleh Nanovest Research & Strategy Team

1. The Fed Kerek 25 bps Suku Bunga Acuan

Bank Sentral AS, The Federal Reserve, menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points ke level 5,25%-5,50%. Kebijakan suku bunga ini merupakan yang tertinggi dalam 22 tahun terakhir. The Fed menyatakan jika kenaikan suku bunga ini merupakan konsekuensi dari inflasi yang masih belum mencapai 2%. Masih juga terbuka kemungkinan untuk menaikkan suku bunga pada tahun ini. Inflasi menjadi fokus utama The Fed, selain laporan data pekerjaan dan angka PPI, dalam kebijakan suku bunga. Selama 2 tahun terakhir AS mengalami inflasi tinggi, khususnya pada pertengahan 2022. Tingginya inflasi ini merupakan akibat dari berbagai faktor antara lain, melonjaknya harga energi akibat perang Ukraina, dan jaminan sosial semasa pandemi. Saat ini inflasi AS memang semakin terkendali. Laporan BLS terakhir menyebutkan jika inflasi berada di level 3.0% berdasarkan CPI-U, namun seperti yang diungkapkan di atas, target inflasi The Fed adalah 2,0%. Pelaku pasar umumnya sudah bisa memperkirakan kebijakan The Fed ini. Indeks-indeks acuan AS bergerak bervariasi menyusul pengumuman ini, biasanya pasar akan bereaksi negatif jika The Fed menaikkan suku bunga. Pertemuan FOMC selanjutnya akan dilaksanakan pada 19 September 2023 ini. Ini berarti akan ada 2 laporan inflasi sebelum rapat tersebut, yaitu laporan inflasi Juli dan Agustus. Di samping itu ada laporan data pekerjaan dan PPI. Patut kita lihat bagaimana laporan-laporan ini nantinya sebab pasti akan mempengaruhi kebijakan The Fed selanjutnya.

2. Inflasi Melunak, Sentimen Konsumen Membaik

Universitas Michigan merilis laporan indeks sentimen konsumen (US Index of Consumer Sentiment - ICS) untuk Juli 2023 ini yang berada pada level 71,60. Angka ini merupakan perbaikan dari angka indeks sentimen konsumen pada bulan Juni yang berada pada 64,40 (naik 11,18%), dan dari 51,50 (naik 39,03%) periode yang sama tahun lalu. Laporan ini juga menyebutkan bahwa ekspektasi konsumen untuk tingkat inflasi untuk 1 tahun ke depan adalah 3,4%, sedangkan untuk ekspektasi inflasi konsumen untuk 5 tahun ke depan mencapai 3,0% y-o-y.  US Index of Consumer Sentiment (ICS) adalah hasil pelacakan terhadap sentimen konsumen yang dilakukan secara acak dengan rumah tangga AS sebagai responden. Laporan ini dirilis oleh Universitas Michigan. Secara historis, konsumen akan menunjukan sentimen pesimis pada masa resesi dan, sebaliknya, akan menunjukkan sentimen optimis pada masa ekonomi yang ekspansif. Secara umum semakin tinggi angka indeks ini, maka semakin banyak pula pembelian konsumen. Sejak Mei 2022 akan indeks ini menunjukkan tren yang meningkat walaupun belum sebaik 2018 sampai awal 2020.

3. Pertumbuhan Biaya Tenaga Kerja AS Melambat Pada Triwulan Kedua 2023

Pertumbuhan biaya tenaga kerja (Employment Cost Index - ECI) berada pada +1,0% pada periode April-Juni 2023. Angka ini sedikit melambat dibanding pertumbuhan ECI periode Januari-Maret 2023 yang berada pada +1,2%. Secara y-o-y, kompensasi pekerja sipil telah tumbuh 4,5%. Sebagai perbandingan pertumbuhan ECI pekerja sipil pada Juni 2022 dan Maret 2023 masing masing 5,1% dan 4,8% y-o-y. Sedang untuk kompensasi pekerja swasta y-o-y untuk Juni 2022, Maret 2023 dan Juni 2023 masing-masing 5,5%, 4,8% dan 4,1%. Employment Cost Index (ECI) mengukur perubahan biaya per jam tenaga kerja. Biaya tenaga kerja yang diukur adalah kompensasi total yang terdiri dari gaji dan tunjangan lainnya. ECI sering dipakai oleh The Fed untuk mengukur sejauh mana implikasi kebijakan moneter terhadap pertumbuhan gaji. Selain itu ECI dipakai oleh pihak swasta yang ingin kompensasi terhadap pekerjanya tetap kompetitif.

4. GDP AS Tumbuh 2,4% Pada Q2 2023

Ekonomi AS pada triwulan kedua 2023 ternyata tumbuh lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya. Gross Domestic Product AS tumbuh 2,4% selama April-Juni 2023, lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang berada di level 1,8%. Sebagai perbandingan GDP AS tumbuh 2,0% pada periode Januari-Maret 2023. Diyakini faktor utama yang menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi AS ini adalah kuatnya sektor tenaga kerja, pengeluaran konsumen dan investasi sektor swasta. Untuk sementara kekhawatiran mengenai resesi ekonomi AS bisa dikesampingkan. Kemungkinan skenario soft-landing oleh The Fed terbuka lebar.

5. AS Akan Membatasi Investasi Sektor Teknologi di Tiongkok

Presiden AS, Joe Biden, akan segera menandatangani keppres untuk membatasi investasi teknologi penting dari AS ke Tiongkok pada pertengahan Agustus ini. Teknologi penting yang dimaksud adalah semikonduktor, kecerdasan buatan dan komputasi kuantum. AS sedang gencar-gencarnya mendorong kemajuan teknologi penting domestik. Hal ini untuk menyikapi pesatnya pertumbuhan teknologi yang sama oleh Tiongkok. Untuk sektor teknologi semikonduktor, AS banyak bergantung oleh pasokan dari Taiwan. Namun ancaman kondisi geopolitik, di mana Tiongkok sedang menaikkan aktivitas militer di dekat Taiwan menimbulkan kekhawatiran invasi. Beberapa produsen semikonduktor AS diberikan subsidi untuk meningkatkan kapabilitas produksinya. Selain itu, AS akhir-akhir ini sedang berkonsentrasi pengembangan AI beserta dengan regulasi yang mendorong perkembangan AI dengan meminimalisir risiko yang ada.

6. Twitter Jadi X, Threads Jadi Proyek Gagal

Ternyata tuah Twitter-killer yang disematkan kepada Threads usungan Meta tidak menjadi ancaman serius untuk Elon Musk. Dilaporkan banyak pengguna yang sudah meninggalkan Threads. Para pengguna menilai Threads membosankan dan tidak ada kreativitas. Di lain pihak, Meta kesulitan menemukan formulasi fitur yang tepat untuk menyaingi Twitter. Pengguna Threads dilaporkan menurun 43% dari puncaknya pada 7 Juli. Sepertinya Meta akan menambah jumlah proyek gagal Meta.  Isu yang menghantui Threads adalah kebijakan moderation atau sensor informasi yang tidak sesuai dengan pandangan Meta. Diketahui Meta sering mensensor berbagai pendapat yang tidak sesuai dengan pandangan mereka. Hal ini di satu sisi baik di mana akan memilimalisir ujaran kebencian yang ada di platform, namun kebijakan ini juga mendapat kritikan akibat tidak ada standar baku mengenai ujaran kebencian bagi Meta. Meta juga saat ini masih bergelut dengan kompensasi kasus Cambridge Analytica. Sebelum dimiliki oleh Musk, Twitter juga memiliki kebijakan content moderation yang hampir sama. Sementara itu, Elon Musk melakukan rebranding terhadap Twitter. Seperti biasa langkah Musk ini dilakukan dengan bombastis seperti aksi wastafel ketika resmi mengakuisisi Twitter. Kali ini Elon Musk membuat lambang X di markas Twitter di San Fransisco. Musk juga mengklaim pengguna Twitter sampai Juli 2023 mencapai 540 juta itupun menurut Musk akun bot yang kira-kira mencapai 20% dari total pengguna sudah dihapus. Rebranding Twitter ke X ini dimaksudkan untuk mewakili konsep baru aplikasi nantinya akan diperluas fitur dan use casenya. Namun beberapa pihak menyatakan keberatan atas langkah Musk ini, antara lain otoritas AS, Apple dan beberapa selebriti termasuk penulis novel misteri Stephen King.

7. Arab Saudi Memperpanjang Pembatasan Produksi Minyak

Arab Saudi akan memperpanjang kebijakan pembatasan minyak 1 juta barel per hari sampai bulan September. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengkerek harga sekaligus menekan AS. Arab Saudi akan menggunakan pengaruhnya di OPEC+, organisasi negara-negara pengekspor minyak ditambah Rusia, untuk memuluskan rencana ini. Kebijakan pengurangan produksi ini sejatinya sudah dilakukan sejak Agustus/September 2022, namun masih belum mampu menaikan harga minyak mentah secara signifikan bahkan cenderung mengalami tren penurunan. Salah satu faktor mandeknya kebijakan ini adalah Rusia yang ternyata masih belum sepenuhnya berada di koridor yang sama dengan Arab Saudi, artinya Rusia masih melakukan produksi besar-besaran, maklum Rusia masih memiliki ‘kebutuhan’ lain di Ukraina. AS sendiri mulai membangun kembali kapasitas produksi mereka seperti era presiden Donald Trump. Hal ini dimaksudkan untuk menopang konsumsi dalam negeri sekaligus menjamin ketersediaan energi bagi sekutunya di Eropa. Bahkan Canada, negara yang sangat mendukung energi terbarukan, saat ini sedang berinvestasi besar-besaran untuk infrastruktur produksi minyak dalam negeri mereka. Maklum Canada adalah negara dengan cadangan minyak ketiga terbesar di dunia yang bertetangga dan bersekutu dengan AS. Apakah kebijakan Arab Saudi kali ini akan mengangkat harga minyak dunia? Kita lihat saja perkembangan beberapa bulan ke depan.

Notable Stocks

NIO Ekspansi ke Eropa

Produsen kendaraan listrik dari Tiongkok, NIO, akan melakukan ekspansi ke Belanda dengan membuka Nio Hub. Ini merupakan ekspansi pertama NIO di luar Tiongkok. Ekspansi NIO ini didukung penuh oleh pemerintah Tiongkok melalui National Development and Reform Commission (NDRC). NIO adalah salah satu pelopor mobil listrik cerdas yang berdiri sejak 2014. NIO mengembangkan teknologi seperti Battery as a Service (BaaS) dan Autonomous Driving as a Service (ADaaS). Jika dibandingkan dengan Tesla kapitalisasi pasar NIo masih tergolong cukup kecil sekitar $25 miliar (Tesla $830 miliar) namun terbuka kesempatan besar bagi NIO untuk bersaing dengan Tesla karena perbedaan kapabilitas teknologi antar keduanya tidak begitu besar.

Rangkuman Saham yang Upgrade Selama 24-28 Juli 2023

[table id=26 /]

Rangkuman Saham yang Downgrade Selama 24-28 Juli 2023

[table id=27 /]

Weekly Top Movers

Gainers

  • Aurora Acquisition Corp (AURC) +319,08%
  • UroGen Pharma (URGN) +143,38%
  • Vicor Corporation (VICR) +62,28%

Losers

  • Mersana Therapeutics Inc (MRSN) -66.53%
  • Kodiak Sciences (KOD) -60,77%
  • Rimini Street Inc (RMNI) -51,72%

Technical Analysis – U.S Stocks

By. Frederick Marvel – Frederick.marvel@nanovest.io

Stockpick

1. QS – BUY // DCA

  Dengan keluarnya Earnings Report Q2, QuantumScape mencetakan kenaikan yang cukup tinggi. Dengan laporan masuknya QS ke industri mobil listrik, para Investor menyambut baik dengan kenaikan harga saham yang cukup tinggi.  Price: 197000 Take Profit: 315000  (60%) Stop Loss: 131500  (33%)

2. NIO –  BUY SCALPING

  Bangkit dari kubur, NIO kembali bullish setelah dapat support dari pemerintah China untuk ekspansi bisnisnya. Selagi indeks masih cukup bullish, kita dapat  Buy Scalping untuk memanfaatkan potensi yang ada. Price: 220000 Take Profit: 249000 (14%) Stop Loss: 200000  (8%)

3. GOOGL – BUY SCALPING

  Sama seperti tech stock lainnya, kita dapat melakukan Buy Scalping untuk memanfaatkan momentum bullish oleh indeks saham AS. Price: 1987500 Take Profit: 2137000 (8%) Stop Loss: 1911500  (4%)

Nanovest News v3.23.0