Tarif Baru Tekan Industri Otomotif, Pemerintah Tawarkan Skema Kompensasi
Tarif impor 25% untuk suku cadang otomotif mulai berlaku 3 Mei. Pemerintah beri insentif destacking dan reimbursement untuk kurangi beban produsen.

Ajeng • May 6, 2025

Tarif 25% atas suku cadang otomotif impor resmi diberlakukan mulai 3 Mei oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
Meskipun disertai sejumlah kelonggaran, kebijakan ini tetap menimbulkan beban berat bagi produsen otomotif besar seperti Ford, General Motors (GM), dan Stellantis.
Langkah ini diresmikan lewat perintah eksekutif pekan lalu dan mencakup berbagai komponen vital kendaraan, termasuk powertrain, jok, hingga airbag yang dibuat di luar negeri.
Skema “Destacking” dan Reimbursment Bertahap
Dalam rangka meredam dampak ekonomi langsung, pemerintah menerapkan skema “destacking”—yakni mencegah pengenaan tarif berlapis atas satu komponen.
Artinya, jika suatu suku cadang sudah terkena tarif impor 25%, produsen tidak perlu lagi membayar tarif tambahan atas bahan baku (misalnya baja) yang juga dikenakan bea masuk.
Selain itu, suku cadang yang sesuai dengan ketentuan USMCA (Amerika Serikat-Mexico-Canada) dibebaskan dari tarif baru ini.
Pemerintah juga memberikan kompensasi bertahap dalam bentuk reimbursement terhadap tarif suku cadang yang belum bisa dialihkan ke sumber produksi domestik.
Tahun pertama, besaran penggantian mencapai 3.75% dari nilai kendaraan yang dirakit di AS, turun menjadi 2.5% di tahun kedua sebelum dihentikan.
Skema ini diharapkan memberi waktu bagi produsen untuk melakukan reshoring rantai pasok dan memperluas fasilitas manufaktur domestik.
Respons Industri: Klarifikasi Dibutuhkan, Beban Masih Berat
Meski kelonggaran disambut baik, para pelaku industri menyatakan beban tarif tetap signifikan. GM memperkirakan kebijakan tarif akan menggerus $4–5 miliar dari EBIT tahunannya, dengan $2 miliar berasal dari kendaraan impor dan sisanya dari suku cadang.
Stellantis bahkan menarik panduan kinerja keuangan tahunannya karena ketidakpastian seputar tarif, sementara Ford baru akan memperbarui proyeksi setelah laporan laba kuartal pertamanya dirilis.
CEO Ford, Jim Farley, menyampaikan bahwa pihaknya menghargai upaya pemerintah dalam memberikan kelonggaran:
"Keputusan Presiden Trump ini akan membantu mengurangi dampak tarif terhadap produsen, pemasok, dan konsumen. Kami akan terus bekerja sama dengan pemerintahan untuk mendukung pertumbuhan industri otomotif dalam negeri,” ujarnya.
Ancaman Rantai Pasok dan Daya Saing Global
Kendati demikian, risiko disrupsi rantai pasok dan kenaikan biaya produksi tetap menjadi kekhawatiran utama.
Dengan sebagian besar suku cadang masih tergantung pada impor dari Asia dan Eropa, industri harus bergerak cepat mengadaptasi strategi sourcing untuk menjaga daya saing global dan efisiensi biaya.
Langkah tarif ini sekaligus menjadi sinyal politik menjelang kampanye Presiden Trump untuk pemilu mendatang, menekankan visi “America First” dalam industri manufaktur.