Bitcoin Mendekati $66.000, Tapi Apakah Siap Cetak Rekor Baru?
Meskipun Bitcoin mencapai harga tertinggi dua bulan, sinyal dari pasar ritel dan derivatif menunjukkan pasar masih berhati-hati. Apakah Bitcoin siap mencetak rekor baru?
M • Oct 1, 2024
Harga Bitcoin (BTC) mencapai titik tertinggi dalam dua bulan terakhir pada 28 September, mendekati level $66.000 setelah reli yang diikuti oleh kenaikan di indeks S&P 500.
Kenaikan ini dipicu oleh indikator ekonomi yang kuat serta kebijakan pemerintah Tiongkok yang bertujuan meningkatkan kepercayaan pasar. Namun, meskipun ada momentum positif, beberapa metrik menunjukkan bahwa Bitcoin masih jauh dari memasuki pasar bullish yang stabil.
Skeptisisme Investor di Tengah Reli Bitcoin
Meskipun harga Bitcoin sedang dalam tren naik, banyak investor tetap skeptis. Salah satu alasan utama adalah pengalaman penolakan harga Bitcoin di level $70.000 pada beberapa waktu lalu, serta ketakutan akan resesi yang bisa menghantam pasar aset berisiko, termasuk kripto. Kekhawatiran ini membuat pasar rentan terhadap FUD (Fear, Uncertainty, and Doubt) yang dapat menekan harga lebih lanjut.
Beberapa analis juga mengingatkan bahwa kebijakan moneter ekspansioner yang diambil oleh bank sentral di berbagai negara bisa menjadi sinyal risiko ekonomi.
Di sisi lain, perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Google, Amazon, dan Apple masih dapat meraup keuntungan bahkan saat pendapatan global menurun.
Namun, investor Bitcoin perlu mempertimbangkan apakah kondisi pasar benar-benar berubah setelah penolakan berulang di harga $70.000, atau apakah suku bunga yang lebih rendah dan utang pemerintah yang tinggi cukup untuk mendorong harga lebih tinggi.
Data Investor Menunjukkan Tanda-Tanda Kehati-hatian
Salah satu indikator penting yang menunjukkan masih lemahnya permintaan investor ritel terhadap Bitcoin adalah peringkat aplikasi seluler Coinbase. Pada 28 September, aplikasi Coinbase hanya menempati peringkat ke-385, meskipun ada kenaikan 21% dalam harga Bitcoin selama tiga minggu terakhir. Meskipun ini merupakan peningkatan dari posisi ke-482 pada pertengahan September, angka ini tetap menunjukkan minat yang lemah dari investor ritel.
Selain itu, di pasar Tiongkok, data menunjukkan adanya penurunan permintaan stablecoin, yang sering kali menjadi indikator sentimen pasar kripto.
Biasanya, permintaan stablecoin yang tinggi menyebabkan premi sebesar 1,5% atau lebih dibandingkan dolar AS. Namun, selama dua minggu terakhir, premi USDT di pasar Tiongkok justru berada di bawah paritas, mengindikasikan sentimen bearish di kalangan investor di kawasan tersebut. Ini berlawanan dengan tren positif yang terlihat di pasar Amerika Serikat melalui peningkatan permintaan terhadap Spot Bitcoin ETF.
Selain data stablecoin, pasar derivatif Bitcoin juga memperlihatkan sikap hati-hati. Kontrak berjangka Bitcoin yang biasanya diperdagangkan dengan premi 5-10% untuk jangka waktu yang lebih panjang, menunjukkan angka yang stagnan di 6% meskipun harga Bitcoin mendekati $66.000 pada 29 September.
Para trader derivatif ini tampaknya mengambil sikap netral, menahan diri karena kekhawatiran akan kehilangan momentum, tetapi sekaligus memberikan peluang bagi bears untuk mengambil kendali.
Meskipun ada lonjakan harga, masih ada ketidakpastian apakah pasar memiliki cukup kekuatan untuk mendorong Bitcoin menuju rekor tertinggi baru dalam waktu dekat. Sinyal dari pasar ritel, institusi, dan derivatif menunjukkan bahwa jalan menuju pasar bullish penuh dengan tantangan.