Supply Chain

Cari tahu apa itu Supply Chain, fungsi, contoh, cara kerja dan berbagai hal lainnya yang saling berkaitan hanya di Kamus Investasi Nanovest

article author image

RendyJul 1, 2024

article cover image

Apa itu Supply Chain?

Supply Chain, atau yang sering kita sebut dengan rantai pasokan, merupakan inti dari operasional setiap bisnis. Dalam kerangka paling dasarnya, supply chain menggambarkan alur dari bahan mentah hingga produk jadi di tangan konsumen. Namun, jika dilihat lebih dalam, ada banyak nuansa dan komponen yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi sebuah supply chain. Rantai pasokan melibatkan serangkaian proses bisnis, mulai dari perencanaan, pembelian bahan baku, manufaktur, distribusi, hingga pelayanan konsumen setelah penjualan. Proses-proses ini tidak berjalan secara isolasi, tetapi saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh, pilihan bahan baku yang tidak tepat atau keterlambatan dalam pengiriman dapat mengganggu proses produksi, yang pada akhirnya akan berdampak pada ketersediaan produk di pasaran. Hal ini, tentu saja, akan mempengaruhi reputasi brand, loyalitas pelanggan, dan tentunya, pendapatan perusahaan. Dalam konteks keuangan, supply chain memiliki dampak signifikan terhadap profitabilitas sebuah perusahaan. Efisiensi rantai pasokan dapat mengurangi biaya operasional, sementara inovasi dalam supply chain bisa menjadi pembeda dalam persaingan pasar. Selain itu, pengelolaan risiko dalam supply chain, seperti risiko gangguan akibat bencana alam atau fluktuasi harga bahan baku, menjadi penting bagi kestabilan operasional dan keuangan perusahaan. Tidak hanya itu, di era digital saat ini, supply chain juga melibatkan teknologi informasi. Integrasi teknologi seperti IoT (Internet of Things), AI (Artificial Intelligence), dan analisis data memungkinkan supply chain menjadi lebih cerdas, responsif, dan adaptif terhadap perubahan dinamika pasar. Sebagai tambahan, keberlanjutan kini menjadi salah satu pertimbangan utama dalam supply chain. Perusahaan yang mampu menjalankan supply chain dengan pertimbangan lingkungan dan sosial akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari konsumen yang semakin sadar akan isu-isu tersebut. Dengan demikian, supply chain bukan hanya tentang alur barang, tetapi juga tentang bagaimana mengintegrasikan proses bisnis, teknologi, dan nilai-nilai keberlanjutan untuk menciptakan nilai tambah bagi pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya. Bagi kamu yang ingin sukses dalam dunia bisnis dan investasi, pemahaman mendalam tentang supply chain adalah kunci. Bagaimana definisi supply chain menurut pakar? Dr. Hau Lee, Salah satu profesor terkemuka di Stanford University, Dr. Hau Lee, mendefinisikan supply chain sebagai "rangkaian aktivitas yang menciptakan nilai dalam bentuk produk dan jasa untuk konsumen akhir". Menurutnya, supply chain tidak hanya terbatas pada produksi, tetapi juga melibatkan aspek distribusi, pengembalian, dan pelayanan pelanggan. Martin Christopher, Sebagai guru besar di Cranfield School of Management, Martin Christopher mendefinisikan supply chain sebagai "jaringan organisasi yang saling terkait, melalui tautan naik dan turun, dalam proses dan aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk produk dan jasa dalam tangan konsumen".

5 Tipe Supply Chain

Supply Chain memiliki beragam tipe yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik bisnis tertentu. Pemahaman terhadap berbagai jenis supply chain ini memungkinkan perusahaan untuk memilih model yang paling sesuai, sehingga operasional menjadi lebih optimal. 1. Supply Chain Terpusat (Centralized Supply Chain) Model ini mengandalkan satu titik pusat untuk mengendalikan semua aktivitas rantai pasokan.  Keuntungannya adalah koordinasi yang lebih baik, reduksi redundansi, dan potensi pengurangan biaya. Akan tetapi, kelemahannya terletak pada risiko gangguan besar jika pusat mengalami masalah, karena semua aktivitas terkonsentrasi pada satu titik. 2. Supply Chain Terdesentralisasi (Decentralized Supply Chain) Di sini, keputusan dibuat di tingkat lokal atau regional. Pikirkan model ini sebagai federasi, di mana setiap unit memiliki otonomi dalam pengambilan keputusan tetapi tetap berada dalam kerangka besar yang sama. Kelebihannya adalah kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan dan kebutuhan lokal. Namun, bisa terjadi inkonsistensi dalam kebijakan dan praktek antar unit. 3. Supply Chain Agile Didasarkan pada prinsip ketangkasan, model ini menekankan pada kecepatan dan fleksibilitas. Dengan Supply Chain Agile, perusahaan dapat merespons perubahan pasar dengan cepat, seperti tren konsumen yang berubah atau gangguan pasokan mendadak. Hal ini cocok untuk industri yang memiliki permintaan yang fluktuatif dan tidak dapat diprediksi, seperti fashion atau teknologi. 4. Supply Chain Lean Terinspirasi dari prinsip manufaktur Lean, fokus utama dari model ini adalah menghilangkan pemborosan. Dengan meminimalkan limbah, waktu tunggu, dan persediaan berlebih, Supply Chain Lean bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Cocok untuk industri dengan permintaan yang stabil dan prediktabil, seperti manufaktur otomotif. 5. Supply Chain Hijau (Green Supply Chain) Di era kesadaran lingkungan yang meningkat, Supply Chain Hijau menjadi semakin relevan. Model ini memprioritaskan praktek-praktek ramah lingkungan, mulai dari pemilihan bahan baku yang berkelanjutan, proses produksi yang ramah lingkungan, hingga distribusi yang efisien. Keunggulan dari model ini adalah reputasi positif di mata konsumen dan potensi insentif dari pemerintah bagi perusahaan ramah lingkungan. Memahami tipe-tipe supply chain ini penting untuk memastikan bahwa operasional perusahaan kamu sesuai dengan kebutuhan pasar dan karakteristik industri. Memilih model yang tepat dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan. Selain itu, adaptasi dengan tipe supply chain yang sesuai juga dapat memberikan keunggulan kompetitif di pasar yang semakin kompetitif.

Nanovest News v3.23.0