Di Tengah Data Ekonomi Suram, Microsoft dan Meta Dorong Wall Street ke Zona Hijau
Meski ekonomi AS berkontraksi dan data manufaktur melemah, pasar saham tetap menguat berkat kinerja impresif Microsoft dan Meta yang mempertegas nilai jangka panjang AI.

Kiki • May 2, 2025

Wall Street kembali bergairah. Kamis lalu (1/5), pasar saham Amerika Serikat ditutup menghijau, dipimpin oleh dua raksasa teknologi Microsoft dan Meta Platforms yang berhasil mengangkat semangat investor dengan laporan keuangan kuartalan yang lebih kuat dari ekspektasi. S&P 500 dan Dow Jones membukukan kenaikan selama delapan hari berturut-turut, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam hampir satu tahun terakhir. Dan yang menarik, narasi seputar kecemasan belanja besar-besaran untuk kecerdasan buatan (AI) mendadak berubah: dari kekhawatiran menjadi optimisme.
Microsoft Melesat, Azure Kembali Berkilau
Saham Microsoft melonjak 7,6%, mencetak level penutupan tertinggi sejak Januari. Dorongan utama datang dari proyeksi pertumbuhan bisnis cloud computing Azure yang menjanjikan. Bahkan, lonjakan ini sempat menempatkan Microsoft kembali di posisi teratas sebagai perusahaan paling bernilai di dunia, menggeser Apple setidaknya untuk sesaat.
Ini bukan hanya soal angka. Lonjakan ini menunjukkan bahwa investor mulai percaya bahwa investasi besar Microsoft dalam AI, terutama integrasi teknologi OpenAI ke dalam produk Azure dan Microsoft 365, akhirnya mulai menghasilkan uang nyata.
AI bukan lagi janji kosong di slide presentasi investor, tapi mulai berbicara dalam bahasa favorit pasar: earnings.
Meta dan Bisnis Iklan yang Bangkit
Meta Platforms, perusahaan induk Facebook dan Instagram, naik 4,2% setelah mencatatkan pendapatan yang melebihi perkiraan analis, berkat kinerja kuat bisnis iklannya. Ini menandakan bahwa kekuatan belanja iklan digital belum surut, bahkan di tengah tekanan regulasi dan ketidakpastian ekonomi global.
Sebagai bagian dari "Magnificent Seven" kelompok perusahaan teknologi papan atas yang menjadi motor penggerak pasar Meta dan Microsoft menunjukkan bahwa pamor mereka belum padam.
Justru, keduanya membuktikan bahwa mereka bukan hanya survive di era pasca-pandemi, tapi berkembang dengan strategi baru yang bertumpu pada AI dan efisiensi operasional.
Dow, S&P, dan Nasdaq Sama-Sama Menguat
Dow Jones naik 0,21% menjadi 40.752,96; S&P 500 menguat 0,63% ke 5.604,14; dan Nasdaq melonjak 1,52% menjadi 17.710,74. Kenaikan ini terasa signifikan, terutama karena datang di tengah kekhawatiran akan potensi resesi teknikal setelah data terbaru menunjukkan bahwa ekonomi AS berkontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.
Tapi pasar seperti tidak peduli. Sebaliknya, investor memilih fokus pada yang positif earnings, teknologi, dan harapan akan inovasi baru.
Tarik Ulur Sentimen Data Ekonomi vs. Narasi AI
Sinyal ekonomi memang campur aduk. Klaim pengangguran mingguan menunjukkan peningkatan, dan data ISM PMI memperlihatkan bahwa sektor manufaktur AS kembali menyusut.
Namun data ini juga mengungkap tekanan harga input yang masih tinggi, artinya inflasi belum sepenuhnya reda. Bahkan, laporan dari hari sebelumnya mengindikasikan bahwa ekonomi AS mengalami kontraksi pada kuartal terakhir sesuatu yang biasanya memicu kepanikan. Tapi tidak kali ini.
Tarif perdagangan ala Trump yang kembali dibicarakan juga sempat menimbulkan kekhawatiran soal hambatan pertumbuhan, namun analis menyambut baik fakta bahwa "hari ini pasar dibentuk oleh earnings, bukan oleh kebisingan politik."
Di Balik Panggung Amazon, Apple, dan Qualcomm
Setelah penutupan pasar, Amazon melaporkan kinerja yang mengecewakan di unit cloud-nya, menyebabkan sahamnya turun hampir 4%. Apple, meski tidak terlalu fluktuatif, mendapat perhatian karena keputusan hakim federal yang menyatakan raksasa Cupertino itu melanggar perintah pengadilan soal reformasi App Store. Saham Apple tetap naik tipis 0,4%.
Sementara itu, Qualcomm menjadi salah satu yang terpukul paling keras dengan penurunan 8,9% setelah memproyeksikan penurunan pendapatan akibat dampak dari perang dagang.
Sektor Kesehatan Terpukul, Saham Eli Lilly Anjlok
Bukan semua berita baik. Saham Eli Lilly jatuh 11,7% setelah CVS Health menghapus obat anti-obesitas Zepbound dari daftar penggantian biaya di beberapa skema asuransi. Sektor kesehatan pun anjlok 2,8%, menjadi sektor dengan kinerja terburuk hari itu.
McDonald's juga melaporkan penurunan mengejutkan dalam penjualan global kuartal pertama, mendorong sahamnya turun 1,9%.
Apa Artinya Semua Ini?
Pasar kini berada di persimpangan penting. Satu sisi, kita melihat kekuatan perusahaan teknologi besar yang mulai panen dari investasi masif di AI. Tapi di sisi lain, ancaman makroekonomi seperti inflasi, kontraksi ekonomi, dan gejolak kebijakan perdagangan tetap membayangi.
Namun untuk saat ini, narasi yang menang adalah: AI works, and it pays. Dan di Wall Street, itulah yang paling penting.