AS Larang Ekspor Chip AI Nvidia ke China, Perang Teknologi Makin Memanas

Nvidia alami pukulan besar dari kebijakan ekspor AS yang diperketat. Larangan chip AI H20 picu gejolak di pasar global dan memperdalam persaingan teknologi dengan China.

article author image

KikiApr 17, 2025

article cover image

Langkah cepat Amerika Serikat dalam memperketat ekspor chip AI ke China kembali menorehkan babak baru dalam perang dagang teknologi yang kian panas. Dan korban terbarunya?

Nvidia perusahaan raksasa chip asal California yang harus menelan pil pahit berupa kerugian sebesar USD 5,5 miliar hanya dalam satu kuartal akibat larangan ekspor chip AI seri H20 ke China.

Ini bukan sekadar kerugian finansial. Ini adalah tanda bahwa perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia telah bertransformasi menjadi pertempuran supremasi kecerdasan buatan.

Nvidia Tersandung Aturan yang Terus Bergerak

Ironisnya, chip H20 yang diluncurkan tahun lalu dirancang khusus untuk mematuhi pembatasan ekspor AS sebelumnya, dengan performa yang diturunkan dibandingkan H100 yang lebih canggih.

Namun dalam langkah yang mengejutkan, pemerintahan Trump justru memperketat kembali aturan, mewajibkan lisensi ekspor khusus bahkan untuk H20.

"Aturan berubah di tengah permainan, dan Nvidia kehilangan USD 5 miliar," ujar Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital Advisors.

Chip H20 sendiri telah digunakan oleh DeepSeek, perusahaan AI asal China, untuk mengembangkan model AI bernama R1 sebuah model yang disebut-sebut sebagai saingan ChatGPT dengan biaya pelatihan jauh lebih murah.

Keberhasilan ini menjadi semacam alarm bagi Washington yang khawatir China bisa menyusul atau bahkan melampaui AS dalam kompetisi AI.

Saham Nvidia Terkapar, Pasar Global Cemas

Usai pengumuman pembatasan tersebut, saham Nvidia (NVDA) langsung merosot hampir 7%, memperkuat kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian regulasi yang merugikan.

Kejatuhan ini juga memperburuk sentimen global. World Trade Organization (WTO) menyatakan proyeksi perdagangan dunia tahun ini telah “memburuk secara tajam”, terutama karena kombinasi tarif baru dan kebijakan ekspor yang tidak menentu.

WTO memperkirakan pertumbuhan GDP global akan turun 0,6 poin dari proyeksi semula, dengan Amerika Utara sebagai kawasan paling terdampak 1,6 poin lebih rendah.

Tekanan Ganda Dari Gedung Putih dan Beijing

Kebijakan ekspor ini tak datang dalam ruang hampa. Ini merupakan bagian dari arahan Presiden Trump untuk melindungi keamanan nasional dengan memutus aliran teknologi canggih ke negara-negara yang dianggap “berisiko tinggi”.

Departemen Perdagangan AS menegaskan bahwa kebijakan baru mencakup chip Nvidia H20, AMD MI308, dan seluruh produk sejenis. Lisensi ekspor diberlakukan tanpa batas waktu yang jelas. Dalam situasi seperti ini, kepastian hukum jadi barang langka bagi pelaku industri.

Sementara itu, China tidak tinggal diam. Sejak keberhasilan DeepSeek mengguncang industri global, pemerintah Tiongkok mendorong lonjakan investasi di sektor AI domestik. Raksasa seperti Huawei dan Cambroon mulai memproduksi chip tandingan meski analis menyebut chip buatan dalam negeri masih tertinggal dalam aspek ekosistem dan performa.

Mimpi AI Global Terancam?

Larangan ekspor ini bukan hanya menutup pintu ekspor Nvidia ke pasar China yang menyumbang 13% dari total pendapatan tahun lalu tetapi juga memicu kekhawatiran lebih besar tentang nasib inovasi global.

“Pembatasan ini bisa menghancurkan pertumbuhan dan kesempatan ekonomi, serta membahayakan kemajuan AI secara global,” tulis Ned Finkle, Wakil Presiden Urusan Pemerintahan Nvidia, dalam sebuah blog perusahaan.

Dia menambahkan bahwa adopsi AI bukan hanya penting untuk AS, tetapi juga untuk industri global di berbagai sektor, dari otomotif hingga kesehatan.

Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

Sinyal dari Washington cukup jelas: pembatasan teknologi akan terus berlanjut. Bahkan ada kemungkinan pembatasan baru terhadap rantai pasok elektronik dan semikonduktor, sebagai bentuk “pertahanan nasional”.

Dan ini hanya sebagian dari efek domino. Banyak analis, termasuk dari Morgan Stanley dan Wedbush Securities, percaya bahwa serangan balasan dari China bisa menyusul, baik dalam bentuk larangan ekspor logam tanah jarang maupun pembatasan terhadap perusahaan teknologi AS yang beroperasi di sana.

AI Jadi Medan Perang Utama

Perang dagang AS China kini melampaui tarif dan bea masuk. Ia telah menjelma menjadi pertarungan penguasaan teknologi masa depan. Dan Nvidia, sebagai simbol kekuatan chip AI dunia, tengah berdiri di titik paling rawan.

Investor, pengembang teknologi, hingga negara-negara sekutu AS kini harus berpikir ulang: apakah dominasi AI bisa dicapai tanpa pasar China, atau apakah benteng teknologi AS akan menjadi tembok yang juga menutup diri dari peluang global?

Nanovest News v4.8.0