Nvidia Kantongi Deal $7 Miliar dari Arab Saudi, Ekspor AI Chip Kembali Dibuka
Nvidia amankan kontrak miliaran dolar dari proyek AI Humain milik Arab Saudi, sementara pemerintahan Trump melonggarkan pembatasan ekspor chip era Biden. Peluang ekspansi global terbuka lebar.

Kiki • May 15, 2025

Di tengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian regulasi, Nvidia (NASDAQ: NVDA) kembali mencuri perhatian pasar dengan cara yang spektakuler: kesepakatan miliaran dolar dengan Arab Saudi dan kabar pelunakan kebijakan pembatasan ekspor AI chip era Biden
Harga sahamnya langsung terbang lebih dari 4% pada Rabu (14/5), menggenapi reli 15% dalam lima hari terakhir dan mengembalikan performa tahunannya ke zona hijau.
Namun, di balik lonjakan angka ini, ada narasi yang jauh lebih besar: kebangkitan kembali Nvidia sebagai simbol kekuatan teknologi Amerika di kancah global dan bagaimana kebijakan luar negeri bisa mengubah peta dominasi AI hanya dalam hitungan minggu.
Arab Saudi dan Ambisi AI Dari Minyak ke Mikroprosesor
Dalam forum investasi yang dihadiri Presiden Trump di Riyadh, Nvidia mengumumkan penjualan ratusan ribu AI chip ke proyek AI nasional Arab Saudi, “Humain,” yang dimiliki oleh Public Investment Fund (PIF) senilai $925 miliar dan diketuai langsung oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Kesepakatan awal mencakup penjualan superkomputer Grace Blackwell yang menggunakan 18.000 chip GB300, sebagai bagian dari pengiriman chip selama lima tahun ke depan. Menurut Bank of America, nilai keseluruhan kontrak ini mencapai $7 miliar, mendorong mereka menaikkan target harga saham Nvidia dari $150 menjadi $160.
Humain sendiri bukan proyek sembarangan. Diluncurkan hanya sehari sebelum kunjungan Trump, inisiatif ini mencerminkan upaya besar Saudi untuk keluar dari ketergantungan pada energi fosil dan bertransformasi menjadi hub AI regional dan global.
Para Sekutu Bergabung AMD, Qualcomm, dan Super Micro
Nvidia tidak sendirian dalam momen kebangkitan ini. Advanced Micro Devices (AMD) juga meneken kesepakatan senilai $10 miliar dengan Humain, sementara Qualcomm mengumumkan kemitraan jangka panjang untuk memasok chip guna mendukung pembangunan pusat data AI kelas dunia di Timur Tengah.
Tak kalah mengejutkan, Super Micro Computer (SMCI) perusahaan server yang terkenal menggunakan desain dan chip AI dari Nvidia mengumumkan kontrak senilai $20 miliar dengan DataVolt, perusahaan data center Saudi. Harga saham SMCI langsung melonjak hampir 32% dalam dua hari.
Washington Longgarkan Aturan Era Baru Ekspor Teknologi?
Di tengah euforia korporat, Gedung Putih juga melemparkan sinyal positif. Departemen Perdagangan AS resmi memulai proses pencabutan “AI Diffusion Rule” era Biden, aturan yang sebelumnya melarang ekspor chip AI (terutama buatan Nvidia) ke negara-negara tertentu karena alasan keamanan nasional.
Langkah ini menandai pergeseran besar. Setelah sempat memblokir ekspor ke China, kini pemerintahan Trump tampaknya lebih pragmatis: menjaga keunggulan teknologi Amerika lewat dominasi pasar, bukan sekadar kontrol distribusi.
Namun, ancaman tetap ada. Laporan menyebut bahwa Huawei, raksasa teknologi China, mengembangkan chip Ascend generasi baru yang diklaim mampu menyaingi chip “Hopper” buatan Nvidia.
Meski chip ini tak dibuat dengan teknologi AS, Departemen Perdagangan tetap memperingatkan bahwa penggunaannya bisa dianggap melanggar kontrol ekspor sebuah sinyal keras ke arah Beijing.
Perspektif Investor Antara Euforia dan Kewaspadaan
Bagi investor, pengumuman ini menjadi penghapus sementara kekhawatiran akan “capex peak” yaitu titik jenuh belanja infrastruktur AI oleh korporasi besar. Stacy Rasgon dari Bernstein menyebut Saudi kini menjadi pembeli besar baru dengan kantong dalam dan visi strategis jangka panjang.
Namun, ia juga memperingatkan: “Masih harus dilihat seberapa besar janji ini benar-benar terealisasi. Tapi untuk saat ini, hal ini menjadi penyangga psikologis penting bagi pasar yang takut bubble AI segera pecah.”
Nvidia, AI, dan Arah Baru Dominasi Teknologi
Apa yang dilakukan Nvidia minggu ini bukan sekadar menjual chip. Ini adalah permainan geopolitik dan bisnis dalam skala penuh. Dengan pasar Tiongkok yang dibatasi dan Eropa yang belum sepenuhnya bergerak, kawasan Teluk dengan dana melimpah dan keinginan kuat untuk diversifikasi ekonomi muncul sebagai medan baru pertarungan dominasi AI global.
Trump, meskipun kontroversial, menunjukkan bagaimana kebijakan luar negeri bisa memuluskan jalan ekspansi teknologi. Bagi Nvidia, ini lebih dari sekadar rebound saham ini bisa menjadi babak awal dari penguatan supremasi AI Amerika di era baru yang semakin multipolar.