OpenAI dan Nvidia Diskusikan Masa Depan Infrastruktur AI dengan Pemerintah AS
Para pemimpin industri AI dan pejabat pemerintah AS membahas langkah-langkah untuk mendukung pertumbuhan AI, termasuk pengembangan pusat data dan solusi energi bersih guna menghadapi persaingan global yang semakin ketat.
Kiki • Sep 18, 2024
Dalam pertemuan tingkat tinggi di Gedung Putih, CEO OpenAI Sam Altman dan CEO Nvidia Jensen Huang bergabung dengan sejumlah pemimpin industri teknologi untuk membahas kebutuhan infrastruktur kecerdasan buatan (AI) yang kian mendesak.
Pertemuan ini, yang juga dihadiri oleh para pejabat senior pemerintahan Biden, menyoroti kebutuhan besar dalam pengembangan pusat data dan pasokan energi guna mempertahankan posisi AS sebagai pemimpin global dalam teknologi AI.
Selain Altman dan Huang, pertemuan tersebut juga dihadiri oleh tokoh-tokoh teknologi lainnya seperti CEO Anthropic Dario Amodei, Presiden Google Ruth Porat, Kepala Layanan Cloud Amazon Matt Garman, dan Presiden Microsoft Brad Smith.
Dari pihak pemerintah, hadir Menteri Perdagangan Gina Raimondo, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, dan Menteri Energi Jennifer Granholm. Pertemuan ini berlangsung di tengah persaingan global yang semakin ketat di bidang AI, di mana perusahaan-perusahaan teknologi berlomba untuk memimpin dalam inovasi dan penerapan AI di berbagai sektor.
Inisiatif Baru untuk Infrastruktur AI
Setelah diskusi tersebut, Gedung Putih mengumumkan pembentukan gugus tugas antarlembaga yang akan fokus pada pengembangan pusat data di AS. Inisiatif ini juga mencakup percepatan perizinan untuk pembangunan fasilitas tersebut, langkah yang dinilai krusial untuk memastikan bahwa AS tetap memegang kendali dalam bidang AI.
Kebutuhan akan investasi besar dalam pusat data dan pasokan energi semakin mendesak seiring dengan perkembangan pesat teknologi AI. Infrastruktur yang kuat dan andal menjadi fondasi bagi pengembangan AI yang lebih maju.
Departemen Energi AS juga akan berperan dalam membantu pemilik dan operator pusat data mendapatkan akses ke berbagai sumber daya seperti pinjaman, hibah, dan insentif pajak. Fokusnya adalah pada penggunaan sumber energi yang bersih dan andal.
Dalam konteks ini, CEO Exelon, Calvin Butler, turut hadir dalam pertemuan tersebut untuk membahas integrasi antara kebutuhan energi dan pengembangan infrastruktur AI.
Ambisi Besar OpenAI dan Persaingan Global
OpenAI, sebagai salah satu pelopor dalam pengembangan AI, berencana menginvestasikan puluhan miliar dolar untuk mengembangkan infrastruktur AI di dalam negeri, termasuk pusat data, kapasitas energi, transmisi, dan manufaktur semikonduktor.
Investasi ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat posisi OpenAI, tetapi juga untuk memastikan bahwa AS dapat bersaing dengan negara-negara lain yang memiliki ambisi serupa, seperti Tiongkok, yang berupaya menjadi pemimpin global di bidang AI pada akhir dekade ini.
Pihak OpenAI menyatakan bahwa infrastruktur adalah kunci dalam membentuk masa depan AI dan ekonomi. Dalam pernyataannya, perusahaan tersebut menekankan bahwa investasi di pusat data akan membawa dampak ekonomi yang signifikan, termasuk penciptaan sekitar 40.000 lapangan kerja di berbagai negara bagian.
Di sisi lain, pemerintah AS juga menyadari bahwa investasi besar dalam infrastruktur AI ini harus dilakukan dengan cermat, terutama terkait dengan masalah keamanan nasional dan pengaruh investasi asing.
Permintaan Energi yang Melonjak dan Tantangan
Pertumbuhan AI dan pengembangan pusat data yang pesat diperkirakan akan mendorong permintaan listrik di AS naik sebesar 15% hingga 20% dalam dekade mendatang, menurut Departemen Energi.
Data ini sejalan dengan laporan dari Electric Power Research Institute yang memperkirakan pusat data akan menyerap sekitar 9% dari total produksi listrik AS pada tahun 2030, naik dari 4% pada tahun 2023.
Pemerintah AS mendorong penggunaan sumber energi terbarukan seperti angin dan tenaga surya serta penyimpanan baterai untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat ini. Menurut Departemen Energi, pertumbuhan kebutuhan listrik yang didorong oleh pusat data juga merupakan peluang untuk mempercepat pembangunan solusi energi bersih, meningkatkan fleksibilitas permintaan, dan memodernisasi jaringan listrik, sekaligus menjaga keterjangkauan energi bagi konsumen.
Namun, Departemen Energi juga memperingatkan bahwa proyeksi pertumbuhan permintaan listrik ini masih bisa berubah seiring dengan berkembangnya berbagai kasus penggunaan AI dan faktor lainnya.
Laporan lengkap mengenai konsumsi energi oleh pusat data akan dirilis akhir tahun ini untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang tantangan yang ada dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasinya.
Pertemuan antara para pemimpin industri AI dan pemerintahan Biden menyoroti betapa pentingnya infrastruktur dan energi dalam mendukung kemajuan AI. Dengan persaingan global yang semakin intens, terutama dari negara-negara seperti Tiongkok, AS harus berinvestasi secara strategis dalam infrastruktur yang akan mendukung perkembangan teknologi AI.
Langkah-langkah yang diambil, termasuk pembentukan gugus tugas antarlembaga dan percepatan perizinan pusat data, menunjukkan komitmen AS untuk tetap berada di garis depan inovasi AI.
Namun, investasi besar dalam AI juga memunculkan tantangan, terutama dalam hal pasokan energi. Lonjakan permintaan listrik dan kebutuhan akan sumber energi yang bersih dan andal menjadi masalah krusial yang harus diselesaikan.
Oleh karena itu, bagaimana AS menangani keseimbangan antara pertumbuhan AI dan kebutuhan energi akan menjadi penentu penting dalam persaingan global di bidang teknologi.