Spirit Airlines Alami Krisis Finansial dan Saham Anjlok 90%
Spirit Airlines memperpanjang tenggat waktu refinancing utang hingga Desember, di tengah krisis finansial yang semakin memburuk.
M • Oct 22, 2024
Spirit Airlines menghadapi tantangan besar saat perusahaan kembali memperpanjang batas waktu refinancing utang hanya beberapa jam sebelum tenggat waktu berakhir. Dalam pengumuman yang dirilis Jumat malam, Spirit mengonfirmasi bahwa kesepakatan baru dengan prosesor kartu kredit mereka memungkinkan perpanjangan hingga Desember 2024.
Sebelumnya, batas waktu refinancing utang ini telah diperpanjang pada September dan Oktober, menunjukkan tekanan finansial yang semakin kuat pada maskapai asal Florida ini.
Dalam laporan terbarunya, Spirit juga mengungkapkan bahwa mereka telah menarik seluruh fasilitas kredit revolver senilai $300 juta dan memperkirakan akan mengakhiri tahun dengan likuiditas lebih dari $1 miliar.
Krisis Finansial yang Makin Memburuk
Spirit Airlines, yang dikenal sebagai maskapai berbiaya rendah, saat ini tengah menghadapi krisis finansial yang sangat mendalam. Selain kesulitan refinancing, harga saham perusahaan anjlok ke titik terendah baru, ditutup pada harga kurang dari $1,50 per lembar saham pada Jumat, turun 3% dalam satu hari perdagangan. Sepanjang tahun ini, saham Spirit telah kehilangan lebih dari 90% nilainya, dan pada Oktober saja, harga sahamnya merosot hampir 40%.
Sebagai bagian dari strategi bertahan, Spirit telah melakukan pemangkasan besar-besaran dalam beberapa bulan terakhir, termasuk merumahkan sejumlah karyawan, mengurangi jadwal penerbangan, serta menunda pengiriman pesawat baru.
Tantangan tambahan datang dari masalah teknis besar, banyak pesawat mereka terpaksa di-grounded akibat penarikan mesin Pratt & Whitney. Kondisi ini diperburuk dengan tingkat pemesanan tiket yang lebih rendah dari perkiraan.
Dampak dari Gagalnya Akuisisi JetBlue
Situasi Spirit semakin diperparah oleh gagalnya rencana akuisisi oleh JetBlue Airways, setelah pengadilan federal memblokir kesepakatan tersebut dengan alasan antitrust. Langkah ini, yang diharapkan bisa menyelamatkan Spirit dari krisis, kini justru meninggalkan maskapai dalam kondisi yang semakin genting.
Spekulasi semakin berkembang terkait kemungkinan Spirit akan mengajukan kebangkrutan dalam waktu dekat. The Wall Street Journal melaporkan bahwa maskapai ini sedang mempertimbangkan opsi tersebut, meskipun hingga saat ini pihak Spirit dan penasihat finansialnya, Perella Weinberg Partners, belum memberikan komentar resmi terkait rumor kebangkrutan.
Apa Langkah Selanjutnya bagi Spirit Airlines?
Dengan prospek bisnis yang semakin tertekan, Spirit Airlines harus segera menemukan solusi jangka panjang untuk menyelamatkan diri dari krisis yang memburuk. Saat ini, fokus utama perusahaan adalah refinancing utang senior yang akan jatuh tempo pada 2025 dan 2026. Diskusi dengan pemegang obligasi utang senior ini, menurut laporan Spirit, masih berlangsung aktif dan konstruktif.
Meskipun maskapai ini berhasil memperpanjang tenggat refinancing hingga Desember, para analis masih meragukan kemampuan Spirit untuk bertahan dalam jangka panjang tanpa perubahan drastis dalam model bisnis atau suntikan dana besar. Banyak yang meyakini bahwa tanpa solusi cepat, Spirit bisa berakhir di meja pengadilan kebangkrutan.
Dengan kondisi pasar penerbangan yang masih belum pulih sepenuhnya dan persaingan yang semakin ketat, Spirit Airlines berada di persimpangan jalan kritis. Para investor dan pemangku kepentingan kini hanya bisa menunggu dan melihat langkah apa yang akan diambil oleh manajemen untuk menghadapi tantangan ini.