Waller dari The Fed Mengatakan Bahwa Bank dan Non-Bank Harus Diizinkan Untuk Menerbitkan Stablecoin
Gubernur Federal Reserve Christopher Waller juga menyatakan keyakinannya pada sektor swasta untuk mengembangkan solusi stablecoin.

Albert • Feb 13, 2025

Gubernur Federal Reserve Amerika Serikat, Christopher Waller, menyatakan bahwa stablecoin berpotensi memperluas penggunaan dolar AS. Ia juga menekankan perlunya regulasi yang memungkinkan bank menerbitkan mata uang digital yang dipatok pada dolar.
Menurut Waller, stablecoin merupakan inovasi penting dalam dunia kripto yang dapat meningkatkan transaksi ritel dan lintas negara. Dalam konferensi di San Francisco pada 12 Februari, ia menyampaikan bahwa pasar stablecoin telah berkembang pesat dan akan mendapat manfaat dari regulasi serta pengawasan di AS yang dapat menangani risikonya secara langsung, menyeluruh, dan spesifik.
Ia menegaskan bahwa baik bank maupun lembaga non-bank sebaiknya diizinkan untuk menerbitkan stablecoin. "Kerangka regulasi ini harus memungkinkan bank dan non-bank mengeluarkan stablecoin yang diatur serta mempertimbangkan dampaknya terhadap sistem pembayaran, termasuk persaingan dengan instrumen pembayaran lain," ujarnya.
Waller juga menyatakan keyakinannya bahwa sektor swasta mampu mengembangkan solusi stablecoin yang bermanfaat bagi bisnis dan konsumen, asalkan ada regulasi yang jelas. "Saya percaya sektor swasta dapat menciptakan solusi yang menguntungkan, sementara sektor publik bertugas menetapkan aturan yang adil bagi para pelaku pasar," tambahnya.
Ia mengakui bahwa stablecoin saat ini digunakan sebagai alat penyimpan nilai dalam perdagangan kripto, menyediakan akses ke dolar AS di negara-negara dengan inflasi tinggi, serta memfasilitasi transaksi lintas negara dan pembayaran ritel, meskipun penggunaannya masih terbatas. "Saya melihat banyak pelaku baru di sektor swasta yang mencari cara agar stablecoin bisa lebih banyak digunakan dalam pembayaran ritel," kata Waller.
Meski demikian, ia juga menyoroti berbagai tantangan, termasuk belum adanya regulasi yang jelas di AS, perbedaan aturan di tingkat negara bagian dan internasional, serta perlunya keseimbangan antara keamanan dan inovasi. Waller juga memperingatkan risiko seperti "depeg"—situasi di mana nilai stablecoin menyimpang dari patokannya—serta potensi kegagalan sistem.
Dalam pernyataan sebelumnya pada 6 Februari di Atlantic Council, Waller menyebut stablecoin sebagai "dolar sintetis" yang mirip dengan uang di bank komersial dan dapat membuka peluang baru dalam sistem pembayaran. "Jika stablecoin bisa meningkatkan persaingan, memperluas jangkauan sistem pembayaran, menekan biaya, serta membuat transaksi lebih cepat dan murah, maka saya mendukungnya," ujarnya.
Ia mengakhiri pernyataannya dengan harapan bahwa pertumbuhan stablecoin akan bergantung pada manfaatnya bagi konsumen dan ekonomi secara keseluruhan. Waller juga menegaskan bahwa sektor swasta perlu terus mengembangkan solusi inovatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan memiliki model bisnis berkelanjutan. Sementara itu, sektor publik harus menetapkan regulasi yang jelas serta terkoordinasi di tingkat nasional dan internasional agar inovasi sektor swasta dapat berkembang secara global.