Lithium Dorong Pertumbuhan Kendaraan Listrik
Lithium Dorong Pertumbuhan Kendaraan Listrik
Atikah • Dec 30, 2024
Kendaraan listrik dan litium kini menjadi pusat perhatian dalam upaya dekarbonisasi sektor transportasi. Permintaan lithium (komponen penting dalam teknologi baterai) melonjak seiring pesatnya pertumbuhan penggunaan kendaraan listrik.
Laporan terbaru oleh International Council on Clean Transportation (ICCT), “A Global and Regional Battery Material Outlook”, mengungkapkan perihal tren ini.
Laporan tersebut lebih lanjut menyoroti dinamika penawaran dan permintaan lithium, kemajuan teknologi yang membentuk kinerja baterai, dan peran kendaraan listrik dalam mencapai tujuan keberlanjutan global. Kami menganalisis aspek-aspek ini dalam laporan, dengan wawasan utama berikut.
Demam Lithium Picu Ledakan Kendaraan Listrik
Lithium, atau yang sering disebut sebagai “emas putih,” adalah tulang punggung dorongan global menuju elektrifikasi. Perannya dalam memberi daya pada baterai lithium-ion membuatnya sangat diperlukan dalam kendaraan listrik, elektronik konsumen, dan sistem penyimpanan energi terbarukan.
Pada tahun 2023, kendaraan menyumbang 80% dari permintaan baterai lithium-ion, angka yang diperkirakan akan meningkat secara signifikan seiring dengan percepatan adopsi kendaraan listrik di seluruh dunia.
Seiring meningkatnya ukuran baterai kendaraan listrik, sehingga jarak tempuh menjadi lebih jauh, permintaan lithium diperkirakan akan meningkat empat kali lipat pada tahun 2030.
Kebutuhan tahunan dapat melebihi 622 kiloton pada tahun 2040 berdasarkan skenario dasar, dengan kendaraan listrik memberikan kontribusi terbesar, menurut laporan ICCT.Kepadatan energi dan sifat ringan baterai lithium-ion membuatnya ideal untuk aplikasi yang membutuhkan portabilitas dan kinerja tinggi.
Namun, signifikansi lithium melampaui EV. Sistem energi terbarukan, yang mengandalkan solusi penyimpanan skala jaringan, dengan cepat mendorong permintaan untuk baterai berbasis lithium.
Dengan pemerintah di seluruh dunia yang mendorong jaringan yang lebih hijau, kebutuhan akan penyimpanan energi yang andal dan efisien telah melonjak, yang semakin memperkuat peran penting lithium dalam transisi energi.
Inovasi untuk Atasi Tantangan Pasokan Lithium
Memenuhi permintaan lithium yang melonjak datang dengan rintangan yang substansial. Kapasitas penambangan dan pemurnian perlu ekspansi yang cepat, tetapi beberapa tantangan menghalangi. Masalah lingkungan, masalah akses lahan, dan proses persetujuan peraturan yang panjang sering kali memperlambat laju proyek baru.
Ketergantungan geopolitik semakin mempersulit pasokan lithium. Tiongkok mengendalikan sekitar 60% dari kapasitas pemurnian lithium global, yang menciptakan kerentanan dalam rantai pasokan yang sangat bergantung pada satu wilayah.
Menurut analisis ICCT, pada tahun 2030, kapasitas penambangan litium yang beroperasi dan sangat mungkin dapat memenuhi 68% dari total permintaan litium di sektor kendaraan dan non-kendaraan. Termasuk semua proyek penambangan yang diumumkan, total kapasitas dapat melampaui permintaan, mencapai 122% dari kebutuhan litium yang diproyeksikan.
Upaya untuk mendiversifikasi operasi ini sedang berlangsung, dengan Amerika Serikat, Australia, dan Kanada meningkatkan kemampuan domestik mereka. Untuk mengurangi risiko pasokan, industri ini mengeksplorasi solusi inovatif.
Mendaur ulang baterai lithium-ion bekas menghadirkan peluang yang signifikan. Pada tahun 2030, lithium daur ulang dapat mencapai hingga 10% dari pasokan global, sehingga mengurangi kebutuhan akan bahan baru.
Perusahaan seperti Redwood Materials dan Li-Cycle mengembangkan teknologi daur ulang, memulihkan lithium, kobalt, dan nikel dari baterai bekas untuk memasukkannya kembali ke dalam siklus produksi.
Kebijakan pemerintah memainkan peran penting dalam mengurangi tantangan pasokan. Misalnya, Undang-Undang Pengurangan Inflasi di Amerika Serikat memberikan insentif untuk penambangan dan pemrosesan dalam negeri, sementara Undang-Undang Bahan Baku Kritis Eropa bertujuan untuk membangun rantai pasokan lithium yang tangguh di kawasan tersebut.
Terlepas dari upaya ini, mencapai keseimbangan antara permintaan dan pasokan lithium akan membutuhkan investasi berkelanjutan, terobosan teknologi, dan kolaborasi internasional.