Tesla Tunda Fitur FSD di Tiongkok, Tabrak Regulasi Data Nasional

Tesla menunda uji coba fitur Full Self-Driving (FSD) di Tiongkok karena regulasi data yang ketat. Kolaborasi dengan Baidu jadi kunci, tapi izin pemerintah masih jadi hambatan utama.

article author image

KikiMar 25, 2025

article cover image

Tesla kembali menjadi pusat perhatian di pasar otomotif global bukan karena peluncuran model baru atau kenaikan harga saham, melainkan karena sebuah fitur yang belum bisa dijalankan: Full Self-Driving (FSD) di Tiongkok.

Perusahaan milik Elon Musk ini mengumumkan penundaan uji coba terbatas fitur mengemudi semi-otonomnya di Tiongkok, hanya beberapa hari setelah rencana peluncurannya diumumkan. Penyebabnya?

Persetujuan regulasi yang belum selesai. Dan bagi Tesla, ini bukan sekadar urusan birokrasi ini adalah pertarungan antara ambisi teknologi dan kedaulatan data negara.

FSD Impian Tesla yang Tertunda di Negeri Tirai Bambu

Tesla awalnya menjadwalkan uji coba gratis fitur Full Self-Driving (FSD) di Tiongkok antara 17 Maret hingga 16 April 2025. FSD adalah sistem bantuan mengemudi canggih berbasis kecerdasan buatan generatif (generative AI) yang dirancang untuk menangani kondisi lalu lintas kompleks.

Fitur ini merupakan pengembangan lanjutan dari Autopilot, dan di Amerika Serikat sudah diperkenalkan secara lebih luas walau tetap menimbulkan kontroversi soal keselamatan dan akurasi.

Namun, impian itu ditangguhkan sementara di Tiongkok. Perusahaan melalui akun resmi layanan pelanggan di platform Weibo menjelaskan bahwa peluncuran FSD baru akan dilakukan setelah semua persetujuan regulasi terpenuhi.

“Semua pihak sedang secara aktif memajukan proses yang relevan, dan kami akan segera meluncurkannya begitu siap,” tulis Tesla dalam komentarnya.

Masalahnya Bukan Teknologi Tapi Data

Apa yang menghambat Tesla di Tiongkok bukanlah soal kecanggihan teknologinya. Justru sebaliknya: teknologi ini terlalu canggih dan terlalu haus data.

Di Amerika Serikat, FSD tidak sepenuhnya mengandalkan peta navigasi yang akurat karena AI-nya dilatih secara lokal untuk memahami kondisi jalan. Namun, di Tiongkok, Tesla tidak bisa melakukan pelatihan berbasis data dari 2 juta unit kendaraan listrik (EV) yang telah terjual di negara tersebut.

Alasannya adalah hukum keamanan data yang ketat.

Tiongkok mewajibkan semua data kendaraan yang dikumpulkan secara lokal tetap berada di dalam negeri, serta melarang ekspor data sensitif tanpa izin eksplisit dari otoritas. Ini menjadikan pelatihan AI seperti milik Tesla menjadi terbatas, bahkan nyaris mustahil tanpa kerja sama domestik.

Baidu dan Jalan Tengah

Untuk mengatasi hambatan ini, Tesla bekerja sama dengan raksasa teknologi lokal Baidu, yang memiliki otorisasi peta digital dan izin untuk pengembangan kendaraan otonom di Tiongkok. Baidu juga merupakan penyedia teknologi utama dalam proyek-proyek robotaxi dan sudah dikenal luas oleh regulator lokal.

Namun, kerja sama saja tidak cukup. Pada Februari lalu, Kementerian Perindustrian Tiongkok mengeluarkan aturan baru yang mengharuskan setiap pembaruan software kendaraan otonom berbasis over-the-air (OTA) untuk mendapatkan persetujuan resmi terlebih dahulu.

Artinya, bahkan jika Tesla ingin memperbarui sistem FSD dari jarak jauh, mereka tetap harus menunggu lampu hijau dari regulator.

Implikasi Global dan Pertarungan “Sinyal” Teknologi

Langkah Tiongkok ini bukan sekadar hambatan teknis bagi Tesla ini adalah pesan global bahwa negara-negara dengan kekuatan teknologi digital yang besar mulai mengambil sikap atas kedaulatan data.

Tesla, dalam banyak hal, adalah simbol kebebasan inovasi ala Silicon Valley. Namun ketika masuk ke pasar Tiongkok yang notabene adalah pasar EV terbesar di dunia Tesla harus menyesuaikan diri dengan arsitektur digital yang dikontrol ketat oleh negara.

Pertanyaannya sekarang: apakah ini akan memperlambat ekspansi global Tesla? Atau justru menjadi titik balik di mana perusahaan-perusahaan teknologi Amerika mulai menyadari bahwa setiap pasar membutuhkan pendekatan budaya, hukum, dan teknis yang berbeda?

Lebih dari Sekadar Penundaan

Penundaan peluncuran FSD di Tiongkok bukan hanya berita biasa. Ini adalah cermin dari dinamika kekuasaan digital global, di mana regulasi bisa menjadi penentu arah teknologi. Tesla masih optimistis, dan mungkin dalam waktu dekat, lampu hijau dari Beijing akan menyala.

Namun yang jelas: masa depan kendaraan otonom tidak hanya ditentukan di laboratorium R&D melainkan juga di ruang-ruang rapat pemerintah, di balik firewall, dan dalam lembaran regulasi yang tak kalah rumit dari sistem navigasi AI.

Nanovest News v3.23.2